Kabardewata - Kepala Badan Lingkungan Hidup Provinsi Bali I Gede Suarjana di Denpasar memaparkan tentang kondisi lingkungan pesisir laut Bali yang mengalami kritis akibat dari pemanasan global . Di mana Air laut telah naik sebesar 142 cm dimana 1cm kenaikan air laut akan memakan daratan sebesar 1 meter. Disamping itu abrasi pantai yang cukup signifikan dimana dari luas total pantai sekitar 430 KM telah mengalami abrasi sebesar 181, 7 KM, tidak hanya itu kerusakan terumbu karang pun perlu mendapatkan perhatian serius dari kita semua dimana dari 774 000 hektar terumbu karang telah mengalami kerusakan sebesar 15-20 %. Begitu pula dengan lahan mangrove, dari lahan mangrove seluas 2 421 hektar sebanyak 12,5 % telah mengalami kerusakan serta luasan dari Padang Lamun sebesar 1360 hektar sebanyak 13 % telah mengalami kerusakan. Suarjana menjelaskan , selain karena faktor diatas, kondisi pesisir pantai juga dipengaruhi oleh banyaknya masyarakat Bali yang tinggal di pesisir pantai dimana hingga saat ini terdapat sekitar 175 desa dengan jumlah penduduk sekitar 1 juta 351 ribu jiwa yang tinggal di pesisir pantai yang tentu saja akan menghasilkan pencemaran dari limbah sampah yang dihasilkan .
Mengantisipasi hal ini dijelaskan dia berbagai upaya telah dilakukan Pemprov Bali beserta dengan jajarannya guna menaggulangi masalah tersebut diantaranya dengan bersinergi dengan Dinas Pekerjaan Umum membangun pemecah gelombang, juga dilakukan upaya lainnya seperti gerakan penanaman pohon , trasplantasi terumbu karang dan tak kalah pentingnya adalah membuat perangkap sampah di alur sungai dimana di Bali terdapat sekitar 401 sungai dengan sungai aliran mantap sebanyak 162 sungai dimana dalam seharinya satu sungai bisa menghasilkan sampah 4 meter kubik sampah .Kedepannya ia menghimbau masyarakat Bali untuk berpikir positif dalam menjaga Bali aman baik dari terjangan tsunami maupun abrasi yang salah satu caranya dapat ditempuh dengan merubah pola pikir tradisional menjadi semi modern dengan tetap memadukan unsur lingkuingan, budaya dan teknologi.
Ia menambahkan terdapat 5 prinsip dalam Pembangunan Bali yaitu prinsip pertama pembangunan harus memenuhi tata ruang sesuai dengan Perda No 16 Tahun 2009 tentang rencana Tata Ruang Provinsi Bali , prinsip yang kedua bahwasannya pembangunan harus berdasarkan pada kemampuan daya dukung dan tampung lingkungan, yang ketiga harus sesuai dengan kajian dampak lingkungan, yang keempat bahwasannya pembangunan yang dilaksanakan merupakan suatu langkah rehabilitasi serta yang kelima yaitu dalam pembangunan harus ada peran serta masyarakat.
Untuk kedepannya dalam menganggulangi permasalahan lingkungan yang ada di Bali khususnya mengenai masalah pesisir pantai perlu diambil terobosan terobosan baru diantaranya dengan melakukan penanaman pohon manggrove lebih banyak lagi serta melakukan kajian ilmiah tentang pembentukan pulau pulau yang fungsinya nanti untuk mengurangi abrasi pantai dan kedepannya dapat dimanfaatkan oleh generasi muda sebagai perlindungan terhadap tsunami.
Oleh karena itu diperlukan komitmen bersama baik dari masyarakat maupun dari Pemerintah serta adanya keberanian dimana keberanian yang dimaksud adalah berani melakukan penegakan hukum, berani mengambil keputusan serta tak kalah pentingnya adalah melakukan perbaikan perilaku atau behaviour dari kita semua. Sehingga kedepannya diharapkan lingkungan alam Bali akan tetap terjaga dan beberapa permasalahan yang kita hadapai dewasa ini kedepannya dapat tersolusikan.
Sementara Made Sedana dari Yayasan Bali Harum menyampaikan pentingnya aksi nyata untuk penanggulangan sampah dan benar benar mengaplikasikan salah satu ajaran Tri Hita Karana yaitu menjaga hubungan antar manusia dengan alam. Ia mengajak masyarakat untuk lebih peduli pada lingkungan terutama masalah sampah plastik .
Tuangkan Komentar Anda