Nama Virgi Chang, 49, masih sangat asing dalam dunia seni sastra di Bali. Namun perempuan kelahiran Palembang, Sumatera ini telah lama menulis sebagai seorang jurnalis di Jakarta. Berkat pawisik yang diterimanya selama dua tahun menekuni dunia spiritual di sebuah Ashram di Padanggalak milik Prabhu Darmayasa, ibu dua anak ini berhasil membukukan pengalaman spiritualnya dalam bentuk novel yang diberi judul 'Singasana Antartika'.
Novel setebal 222 halaman ini resmi diluncurkan di Gamelan Resto, Sanur. "Ini buku pertama saya. Awalnya sempat ragu apakah bisa menulis novel. Tapi berkat semangat dan dorongan orang-orang terdekat, akhirnya novel ini bisa terwujud," ujarnya yang saat menyelesaikan novel ini menulis sambil berpuasa.
Secara umum, Virgi mengisahkan kondisi dunia pada 15 juta tahun silam, saat kelima Benua masih menjadi satu yang disebut Antartika. Disanalah terdapat sebuah kerajaan yang berpusat di Bali, kala itu bernama Dewata. Turut hadir sekaligus membedah novel ini yakni Guru Besar Fakultas Sastra Unud, Prof AA Gde Putra Agung.
Diakui Virgi, kisah yang diceritakan berdasarkan pengalaman nyata di dunia niskala. "Saya bukan ahli sejarah, bukan pula antropolog, juga bukan ilmuwan. Saya hanyalah seorang perempuan yang menulis sebuah kisah tatkala saya mengalami sebuah proses transformasi spiritual yang sama sekali tidak saya rencanakan. Oleh karena itu, saya pun tidak berhasrat untuk mencari bukti secara akademis sebagai bahan bukti kebenaran yang mendukung karya berbentuk novel ini," jelasnya.
Kisah Singasana Antartika adalah sebuah rentang waktu yang tidak sebentar baginya untuk bisa mengerti sampai pada akhirnya menjadikannya sebuah karya tulis. "Sangat sering saya diterpa rasa malas untuk menulisnya, rasa takut salah akan kebenaran kisah ini menjadi sebuah hambatan untuk menunda untuk menyelesaikannya," ujarnya.
Menurut Virgi, paling tidak ada dua hal penting yang bisa dipetik dari novel ini. Pertama, bahwa Tuhan yang Esa benar-benar kreator dalam setiap proses perjalanan seorang insan. Manakalah sebuah kesadaran itu tumbuh, maka saat itulah apa yang dinamakan kedewasaan itu terlihat. Kedua, Singasana Antartika adalah sebuah kisah sejarah negeri bernama Indonesia.
Sebuah sejarah tentang kemakmuran dan kebesaran sebuah negeri di Benua Antartika di tengah Samudra Atlantis ketika masih menyatu yaitu Jawa, Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, Irian Jaya (Papua), Bali serta ratusan bahkan ribuan pulau kecil lainnya. Peradaban ini sudah ada, jauh sebelum munculnya nama besar kerajaan Sriwijaya di Palembang dan kebesaran Kerajaan Majapahit di Jawa Timur dan kerajaan-kerajaan lainnya kemudian.
Virgi yang seorang Muslimah, mengakui bahwa sebelumnya tidak mengerti sedikit pun tentang reinkarnasi. Namun, setelah mengalami proses “pembersihan”, membaca buku, bertanya kepada teman-teman penganut Hindu, barulah ia paham tentang reinkarnasi yaitu sebuah ajaran Tuhan tentang proses terlahir kembali.
"Saya berani mengatakan bahwa saya seorang muslimah karena ke lima rukun Islam sudah saya lakukan, yaitu bersyahadat, sholat, berpuasa, berzakat dan sudah 2 kali ke tanah suci Mekkah. Meski saya penganut Islam yang taat dan sempat mendalami ajaran Islam pada sebuah komunitas pengkajian Islam di sebuah pesantren, ternyata saya ma’rifat di Bali pada sebuah komunitas Hindu dalam praktek yoga dan meditasi," ujarnya.
Di Bali, secara perlahan, setapak demi setapak selama dua tahun lebih, Tuhan menganugrahkannya menjadi seorang healer, penyembuh khusus perempuan. "Saya juga menjadi seorang peramal yang bisa membaca arti tanda tubuh seperti tahi lalat, tanda lahir, bentuk jemari yang mempunyai arti tersendiri yang isinya adalah takdir kehidupan seseorang tanpa sedikit pun saya belajar. Maaf, saya secara tiba-tiba bisa mengerti kehidupan seseorang baik dimasa lalunya pada kehidupan sebelumnya, pun dikehidupannya yang akan datang," terangnya.
Di Bali, ia menemukan serta merasakan sebuah rasa bahagia, tenteram, damai yang selama ini begitu sulit untuk didapatkan sebelumnya. "Di Bali saya ber-reuni dengan mereka yang pada kehidupan terdahulu begitu dekat dengan saya," akunya.
Novel Singasana Antartika ini akan menceritakan sosok seorang Dewi Sri Danaswari di sebuah kerajaan yang bernama Kerajaan Antartika. "Pembaca boleh mempercayai atau tidak akan hal ini. Bahwa Dewi Sri Danaswari adalah sosok pemimpin perempuan yang tangguh, jujur, amanah, tegas berwibawa adalah diri saya dikehidupan terdahulu. Dewi Sri disebut Dewi Kesuburan dan kemakmuran yang tetap dikenang dan diagungkan serta disembah sampai saat ini oleh penganut Hindu dan orang-orang Kejawen di negeri ini," ujarnya
Tuangkan Komentar Anda