Gubernur Made Mangku Pastika kembali menggugah kepekaan dan kepedulian krama Bali dalam menyikapi persoalan sosial yang masih terjadi di lingkungannya. Hal tersebut diungkapkan Pastika saat membuka Mahasabha V Warga Kayu Selem (WKS) Gwa Song Songan di Gedung Ksirarnawa Taman Budaya, Denpasar.
Lebih jauh Pastika mengungkap, saat ini Bali masih menyimpan cukup banyak warga miskin yang hidup dalam kesusahan. Ironisnya, dalam beberapa kali kunjungan ke lapangan, Pastika mendapati kekurangpekaan krama yang notabene mampu terhadap keluarganya yang hidup dalam kemiskinan. "Kemarin saya ke Antiga Karangasem. Saya menyaksikan, dalam salah satu pekarangan ada rumah mewah meprada, tapi disebelahnya ada rumah tak layak huni yang dihuni nenek tua," urainya.
Berangkat dari fakta miris itu, dia berharap WKS mampu meningkatkan kepekaan dan kepedulian, khususnya di intern pasemetonan. Untuk itu, Pastika berharap kepengurusan baru menginventarisir anggotanya yang masih hidup miskin dan punya anak putus sekolah. "Tak usah berpikir terlalu jauh, buat program yang praktis untuk mengangkat martabat para sameton kayu selem," ucapnya.
Tanpa bermaksud mengecilkan keberadaan WKS, Pastika pun memberi gambaran bahwa 75 persen penduduk miskin di Bali adalah warga pasek dan kayu selem. "Itu perlu kita pikirkan. Bagaimana mengangkat derajat hidup mereka," tandasnya. Kata Pastika,
masyarakat Bali punya banyak filosofi yang adiluhung seperti menyama braya, paras paros, sagilik saguluk sabayantaka dan lainnya. Filosofi itu jangan hanya menjadi slogan, namun harus bisa diimplementasikan dalam arti luas. "Tak hanya dalam pelaksanaan upacara yadnya, namun juga dalam sosial ekonomi," ujarnya. Kata Pastika, menolong orang miskin, orang sakit dan melarat tak kalah suci dibandingkan yadnya lainnya.
Selain menyinggung masalah kemiskinan, Pastika juga mendorong WKS membuat program terobosan untuk meningkatkan kualitas SDM. "Bali tak punya hasil tambang.
Tapi kita memiliki SDM yang kreatif dan inovatif," jelasnya. Jika dikelola dengan baik, sumber daya manusia akan menjadi kekayaan yang jauh lebih berharga dibandingkan hasil tambang. "Kalau hasil tambang, makin digali akan makin habis. Sebaliknya, SDM makin digali dan diasah, maka akan makin meningkat kualitasnya," tambah dia. Agar tak berat dalam pelaksanaan, WKS juga diminta menyelaraskan program kerjanya dengan agenda pembangunan baik pusat, provinsi dan kabupaten/kota.
Dalam kesempatan itu, Gubernur Pastika juga manyampaikan apresiasi terhadap keberadaan WKS sebagai salah satu komunitas tradisional spiritual yang merupakan bagian sejarah 'Bali Mula'. "Kita memang harus bangga dengan perjuangan para leluhur yang mewariskan semangat dengan berbagai kewajiban mulia," urainya.
Namun demikian, dia mengingatkan agar pasemetonan ini tak terlena dengan kebanggaan masa lalu. "Leluhur kita adalah generasi perintis dan pembangun. Sementara kita adalah generasi pemelihara dan penikmat yang juga harus mampu merintis dan membangun hal-hal baru demi generasi mendatang," pungkasnya.
Sementara itu, Ketua Panitia Mahasabha V WKS Drs. Made Arya,S,Ag melaporkan bahwa kegiatan ini bertujuan untuk mengevaluasi pelaksanaan program selama lima tahun berjalan. Mahasabha juga bertujuan memilih kepengurusan periode 2015-2020 dan menyusun program yang akan dilaksanakan lima tahun ke depan. Made Arya melaporkan, Mahasabha dihadiri 2.351 WKS dari seluruh Bali.
Tuangkan Komentar Anda