Jro Puspita selaku pelaku Usaha Kecil Menengah (UKM). Dia menawarkan jenis kreasi bordir tenun dan kain songket Bali. Bahkan, usahanya yang diberi nama Bali Puspa Bordir dan Tekstil semakin menggeliat di tengah kelesuan dunia usaha saat ini.
Pada Desember tahun ini, karya songket Jro Puspa, demikian wanita ini akrab disapa, ikut dalam pameran kesenian Indonesia di Italia.
"Untuk pameran Lartgiano Italia difasilitasi oleh Kementerian UKM Republik Indonesia. Dari 34 provinsi, ada 11 yang ditunjuk. Dan dari Bali, saya salah satunya yang mewakili,"kata Jro Puspa, ditemui di gerai pameran usaha kesenian dan kreasi, di Nusa Dua, Bali.
Dari Italia, rencananya akan dilanjutkan di Jepang. Menariknya, usaha seni bordir tenun, songket ditawarkannya tidak hanya untuk jenis kain baju. Namun juga berbagai jenis kerajinan seperti kipas, jas, tas, dan lainnya.
Menurut Jro Puspa, songket dibuatnya bukan kain biasa. Secara terbuka, Jro Puspa mengakui jenis songket mengandung aura mistis justru banyak diminat Songket itu jenis kain yang memang sakral. Dalam membuatnya juga sangat-sangat memperhatikan unsur kesucian dan kesakralan, baik itu soal bahan hingga yang membuatnya,"ucap Jro Puspa.
Jro Puspa juga menambahkan Plagiator atau penjiplak selama ini dianggap sebagai duri dalam daging, untuk perkembangan industri kreatif dan Usaha Kecil Menengah (UKM) Tanah Air. Namun para pelaku kreatif di Bali, tidak terlalu ambil pusing dengan sepak terjang para plagiat.
Salah seorang pelaku industri kreatif dan UKM Bali, Jro Puspawati kepada RRI disela-sela Pameran UKM dalam The International Guarantee Seminar 2015 di Bali International Convention Centre Nusa Dua, Selasa (17/11/2015) menilai, penjiplak bukanlah saingan dirinya termasuk penggiat industri kreatif lainnya. Ia menilai, produk hasil jiplakan justru sebagai pecut sekaligus apresiasi terhadap produk aslinya.
"Saya tidak menganggap plagiat sebagai saingan. Justru saya sebagai kreator motif bordir merasa terapresiasi, karena produk saya banyak yang mengikuti,"ungkapnya.
Jro Puspawati mengaku, salah satu hasil karyanya sempat dijiplak atau diduplikasi menjadi 30 item berbeda, dan itu tidak membuatnya patah arang untuk kembali berkreasi.
"Sempat bordiran saya motif jempiring ditiru sampai 30an produk yang sama. Tapi saya tidak terlalu ambil pusing, meski awalnya sempat kecewa dan terpukul,"ungkapnya.
Sementara disinggung metode online yang kini mulai digunakan sebagian besar pelaku UKM, Jro Puspawati mengaku, pihaknya dibawah bendera Bali Puspa, juga menerapkan pola online untuk memasarkan produk.
"Meskipun online, kita tetap mengedepankan mutu dan kepuasan pembeli. Karena itu juga berpengaruh terhadap kredibilitas pelaku industri kreatif Indonesia, khususnya Bali. Saya pun berusaha untuk memberikan masukan kepada para calon pembeli, agar nantinya tidak kecewa dengan produk kita,"tambahnya.
Tuangkan Komentar Anda