Pada saat, pasar sedang bergejolak dan nilai NAB Reksadana sedang turun drastis seperti sekarang, apa langkah dan strategi yang perlu dilakukan oleh pemodal. Bagaimana cara menghadapinya supaya nilai investasi Reksadana tetap bisa terkelola dengan baik.
Gonjang ganjing pasar keuangan membuat banyak orang panik. Naiknya dollar dan anjloknya IHSG mengkhawatirkan banyak orang.
Apalagi bagi keluarga yang mengunakan Reksadana untuk membiayai banyak hal – hal penting, seperti uang muka anak sekolah, uang muka rumah atau dana pensiun. Kinerja Reksadana memang sedang buruk seiring gejolak di pasar uang dan bursa saham.
Bagaimana menghadapi ini ? Itu pertanyaan yang muncul di benak mayoritas pemodal saat ini. Apakah harus segera melepas, mendiamkan saja atau malah membeli unit Reksadana.
Berikut ini langkah – langkah yang sebaiknya perlu dilakukan oleh para pemodal menghadapi kondisi gejolak ini.
Pesan utamanya adalah jangan panik, terpancing dan mudah ikut arus. Ambil langkah yang paling sesuai dengan kondisi dan tujuan keuangan masing – masing.
Bahayakah Kondisi Pasar Saat ini
Hal pertama kali perlu dilihat adalah apakah kondisi di 2015 ini sudah berbahaya. Apakah ini kondisi krisis.
Untuk menjawabnya, perlu melihat ke beberapa tahun ke belakang. Melihat dalam rentang waktu cukup lebar. Bukan dalam hitungan bulanan, tapi tahunan.
Investasi itu bersifat jangka menengah dan panjang. Jika hanya melihat jangka pendek, analisanya sangat bisa tidak akurat dan tidak memberikan informasi yang tepat.
Hasilnya jika pemodal melihat dalam periode 5 tahun adalah meskipun kondisi saat ini sedang turun, tapi dalam trend 5 tahun, kinerja Reksadana Saham sebenarnya masih meningkat. Keuntungannya masih lebih tinggi dibandingkan harga 5 tahun lalu.
Pemodal yang memiliki Reksadana perlu melihat dan mempertimbangkan fakta ini.
Pilihan Langkah
Untuk mengambil keputusan yang tepat, pemodal perlu melakukan langkah – langlah sebagai berikut:
Pertama, melihat Tujuan melakukan investasi.
Karena tujuan keuangan menentukan atau mengarahkan pemodal dalam memilih jenis instrumen, Reksadana, dan tingkat risiko.
Misalnya, tujuan keuangan menentukan jangka waktu investasi yang akan dipilih. Mau pilih jangka waktu investasi 1 bulan, 5 tahun atau bahkan 10 tahun tergantung pilihan tujuan keuangan.
Jika tujuan keuangan adalah dana pendidikan yang diperlukan 10 sd 15 tahun kedepan, gonjang ganjing ekonomi sekarang bukan sesuatu yang perlu dicemaskan.
Dalam waktu 1 atau 2 tahun, gejolak biasanya sudah pulih kembali. Bahkanmenurut pengalaman harga setelah gejolak bisa lebih tinggi dari harga sebelumnya.
Tapi, jika tujuan keuangan adalah untuk DP rumah KPR yang diperlukan bayar 1 bulan lagi, Anda perlu mempertimbangkan untuk melakukan langkah langkahantisipasi.
Kedua, Merubah Komposisi Investasi.
Jika membutuhkan dana dalam waktu dekat, perlu segera menjual dan mengganti ke instrumen lebih aman, seperti Reksadana Pasar Uang atau deposito.
Reksadana pasar uang memberikan keamanan. Meskipun returnnya relatif lebih rendah, risiko jenis Reksadana ini kecil.
Pada dasarnya, pemodal seharusnya memilih jenis instrumen berdasarkan apa tujuan keuangannya.
Masalahnya banyak yang tidak melakukan tindakan tersebut. Banyak yang memilih semata-mata berdasarkan berapa return-nya sekarang.
Tetapi mereka lupa memperhitungakn risikonya. Keuntungan yang tinggi mendatangkan risiko yang tidak rendah.
Tahun lalu, karena return Reksadana Saham sedang sangat menarik, banyak yang berbondong-bondong memindahkan dana pendidikan, tabungan ke instrument ini, tanpa mempertimbangkan apakah instrumen ini cocok dengan tujuan keuangan mereka. Asumsinya return tinggi tersebut akan terjadi selamanya.
Akibatnya, mereka melakukan hal yang kurang tepat. Memilih instrument dengan risiko tinggi (dalam hal ini Reksadana Saham) untuk mencapai tujuan keuangan jangka pendek (kurang dari 5 tahun).
Alhasil, ketika terjadi gonjangan di pasar saham, pemodal mengalami kerugian yang tidak kecil.
Ketiga, Meningkatkan Investasi.
Segera tambah investasi. Pemodal perlu meningkatkan jumlah unit Reksadana.
Bagaimana mungkin dalam kondisi pasar yang sedang bergejolak ?
Ini dilakukan untuk Anda yang punya tujuan investasi diatas 5 tahun.
Karena dalam jangka panjang harga saham punya kecenderungan meningkat.
Berdasarkan pengalaman di tahun 2008, ketika krisis lebih dahsyat melanda di bursa saham, butuh waktu sekitar 2 tahun untuk harga saham pulih kembali. Dan yang penting, harga saham pulih ke tingkat yang lebih tinggi dari sebelum krisis.
Bayangkan jika cepat-cepat menjual (padahal kebutuhan dana masih lama), hanya gara-gara panik, kerugian pasti terjadi karena kehilangan kesempatan untuk menikmati kenaikkan harga saham.
Pernah melihat saat kejadian pasar saham anjlok di 2008, banyak yang panik menyaksikan nilai investasi turun drastis, mereka merubah instrumen dana pensiun dari Reksadana Saham ke Reksadana pasar Uang (sumber referensi).
Sementara, mereka membutuhkan dana pensiun itu dalam 10 sampai 15 tahun lagi.
Akibatnya, ketika pasar saham pulih, mereka kehilangan kesempatan menikmati kenaikkan harga saham.
Pada dasarnya harga saham yang turun itu akan kembali naik. Hanya saja, tidak ada yang tahu pasti kapan kenaikkan tersebut akan terjadi.
Daripada pusing menebak kapan waktu yang tepat untuk beli, lebih baik back-to-basics melakukan investasi secara rutin.
Justru harga yang sedang murah sekarang menjadi kesempatan untuk bisa memborong Reksadana dalam jumlah lebih banyak.
Yang penting, dana yang digunakan adalah untuk jangka panjang sehingga tidak perlu ditarik ketika harga sedang jatuh.
Keempat, Bijaksana Mengatur Pengeluaran.
Karena dalam kondisi penurunan ekonomi, ini langkah yang efektif mengelola keuangan dan mempersiapkan diri terhadai kondisi the worst.
Melihat lagi apakah ada pos – pos pengeluaran yang masih bisa dihemat. Dengan penghematan, kita bisa punya ruang fiskal yang cukup dalam anggaran rumah tangga untuk antisipasi atau kompesansi investasi yang merosot.
Penutup
Kondisi ekonomi dan pasar saham yang sedang dihajar badai saat ini pasti menimbulkan rasa gundah dan khawatir di kita semua, terutama yang punyauang di reksadana dan saham.
Tapi masalah anjloknya harga investasi bukan tidak bisa diatasi. Bisa. Dan itu sudah biasa terjadi. Bisa keluar dengan selamat, asalkan bisa mengambil langkah yang tepat.
Tuangkan Komentar Anda