Generasi Z tumbuh ketika popularitas media sosial seperti Instagram sedang dalam posisi puncak. Dunia di mata mereka jelas tidak sama bagi kaum milenial yang masih menikmati kehidupan sosial tanpa gadget.
Fenomena menonjol di kalangan Generasi Z adalah para remaja yang mulai bekerja lewat Instagram. Mereka bekerja sebagai endorser suatu produk, meskipun bukan dari perusahaan besar.
Berdasarkan laporan The Atlantic, lebih banyak anak remaja Amerika Serikat (AS) yang mencari uang tambahan lewat Instagram ketimbang bekerja sebagai babysitter atau kerja di tempat perbelanjaan.
Alasannya adalah kerja lewat Instagram dipandang lebih mudah ketimbang repot bekerja sambilan di suatu tempat. Berbeda dengan kerja Instagram yang lebih praktis meraup uang sampai puluhan dolar AS.
"Dengan melakukan ini, kamu bisa membuat satu postingan, yang tidak butuh waktu lama. Satu postingan bisa menghasilkanmu sekitar USD 50," ucap seorang anak 13 tahun asal Pennyslvania yang namanya enggan disebut.
Bila dirupiahkan, satu postingan bisa meraup anak itu sampai Rp 732 ribu (USD 1 = Rp 14.643). Pengikutnya sendiri berkisar 8 ribu orang. Tahap negosiasi pun terbatas lewat Direct Message, dan tidak melibatkan hal seperti tandatangan kontrak.
Seperti yang terjadi di Indonesia, remaja AS mempunyai paket. Jadi, harga yang dipatok untuk posting produk permanen berbeda dengan pos produk yang hanya muncul sehari lalu dihapus. Hitungan pembayarannya ada di kisaran USD 3 (Rp 43 ribu) per 1.000 pengikut Instagram).
Berdasarkan pengakuan para remaja, cukup beberapa ribu pengikut. Kemudian, perusahaan kecil, seperti toko baju dan aksesoris yang memang menyasar para Generasi Z, akan meminta jasa mereka.
Tuangkan Komentar Anda