Wakil Gubernur Bali Tjokorda Oka Artha Ardhana Sukawati secara resmi membuka acara sekaligus menjadi Keynote Speaker pada Focus Group Discussion (FGD) terkait Pariwisata Kesehatan atau Health Tourism Discussion : Membangun Pariwisata Berkelanjutan di Bali atau Establishing Sustainable Tourism in Bali, yang diselenggarakan oleh Dinas Pariwisata Provinsi Bali secara daring melalui zoom meeting, Selasa (18/10).
Wagub Cok Ace menyampaikan bahwa bercermin pada dampak pandemi terhadap pariwisata Bali, Pemerintah Bali menyadari bahwa Bali perlu melakukan diversifikasi ekonomi. Untuk tujuan ini, pemerintah memulai rencana yang disebut ‘Transformasi Ekonomi Kerthi Bali’, yaitu rencana restrukturisasi ekonomi yang dilakukan dengan memperkuat pertanian, perikanan, ekonomi kreatif, dan sektor lainnya.
“Ada juga kebutuhan untuk menggeser fokus dari pariwisata massal ke pariwisata berkelanjutan contoh yang bisa kita coba adalah wisata kesehatan. Tantangan di era pasca pandemi adalah bagaimana untuk mendapatkan kembali kepercayaan dari wisatawan. Bagaimana kita dapat memastikan bahwa perjalanan ke Bali benar-benar aman dan semua protokol kesehatan dilaksanakan secara menyeluruh. Ini mungkin terdengar seperti tantangan besar yang harus diatasi oleh orang Bali, tetapi juga dapat menjadi kesempatan bagus,” tutur Wagub Cok Ace.
Lebih lanjut Cok Ace mengatakan bahwa potensi wisata kesehatan sangat penting. Bali bisa memadukan unsur kesehatan dan rekreasi untuk menarik pengunjung yang ingin memulihkan kesehatan dan meremajakan diri di Bali
“Saya yakin bahwa Bali dapat menawarkan layanan kesehatan yang baik karena kami memiliki sumber daya yang baik di bidang kesehatan. Ada banyak SDM hebat di Bali, rumah sakit kami juga berstandar internasional, dan Bali dikenal sangat ramah. Selain itu, kami memiliki udara bersih, air, dan pemandangan alam yang indah yang bisa membantu orang untuk merasa segar kembali dari stres dan kecemasan. Semua potensi tersebut dapat dimanfaatkan untuk mengembangkan Bali sebagai tujuan wisata kesehatan terkemuka,” ucap Wagub Cok Ace.
Menurutnya wisata kesehatan juga bisa menjadi nuansa baru bagi Indonesia. Setiap tahun ada sekitar 2 juta orang Indonesia yang berkunjung ke negara lain untuk berobat. Ini menyumbang hampir 97 triliun Rupiah.
Sementara itu, data menunjukkan bahwa wisata kesehatan mungkin memiliki potensi pendapatan US$ 179,6 juta atau Rp 2,58 triliun. Selain itu, pariwisata baru ini tumbuh pesat hingga 10,8% per tahun menurut Data Kesehatan Global dan dapat meningkat hingga 16% pada pertumbuhan tahun 2025.
Bali terus melakukan pembenahan dan persiapan yang lebih baik seperti pelayanan medis, kesehatan, dan herbal. Saat ini fasilitas kesehatan yang sedang disiapkan di Bali adalah Pembangunan Rumah Sakit (RS) Bali International Hospital di Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Kesehatan di Sanur, Denpasar yang dicanangkan Presiden Joko Widodo (Jokowi) Desember tahun lalu bisa menjadi langkah awal yang akan mengantarkan Indonesia sebagai jawara wisata kesehatan di kawasan ASEAN.
Selain itu, di Rumah Sakit Umum Pemerintah Prof. Ngoerah sedang dibangun Gedung Aesthetic Center yang merupakan satu diantara beberapa rencana pembangunan untuk mendukung transformasi sistem kesehatan nasional serta mengembangkan layanan wisata medis kelas dunia. Sehingga nantinya Bali tidak hanya dikenal karena pariwisata tetapi juga karena keunggulan kesehatan.
Dari segi alat kesehatan, penguatan dilakukan dengan ditempatkannya satu alat genome sequencing di Universitas Udayana. Dengan keberadaan alat tersebut, diharapkan proses pemeriksaan genetik suatu organisme jadi lebih cepat, karena sampel tidak perlu lagi dikirim ke laboratorium di luar Bali. Semua upaya ini dilakukan dengan harapan dapat menciptakan peluang yang lebih baik bagi Bali di era pasca-pandemi.
Pariwisata Kesehatan terdiri dari 2 aspek: medical tourism dan wellness tourism. Wellness tourism di Bali telah berkembang cukup baik (yoga, retreats, meditation, traditional treatment, herbal/ obat2an traditional dll). Yang sebaiknya juga dikembangkan Bali adalah menjadikan pengobatan tradisional Bali warisan leluhur sebagai hal pendukung untuk Pengembangan Pariwisata Kesehatan. Tentu saja pengobatan Bali yang telah memiliki bukti secara empirically dan scientifically proof.
Selain itu, perlu diperhatikan bagaimana Bali harus memperbaiki kualitas medical facilities, seperti misalnya: Peralatan teknologi dan SDM sektor kesehatan yang berkualitas.
Ia berharap diskusi yang diikuti oleh para profesional dalam bidangnya ini dapat menghasilkan sesuatu yang dapat meningkatkan wisata kesehatan di Bali menjadi pariwisata berkelanjutan.
Dalam diskusi yang dimoderatori oleh Kabid Pemasaran Pariwisata Dinas Pariwisata Provinsi Bali Ida Ayu Indah Yustikarini, menghadirkan beberapa narasumber yang ahli dalam bidangnya, yaitu; Bank Indonesia Kantor Perwakilan Bali, Deputi Direktur, M. Setyawan Santoso, Professor of Management in the Department of Tourism School of Business, the George Washington University Prof. Liang (Larry) Yu, Government Health Office, dr. Putu Camelia. dr. I Gusti Ngurah Putra Eka Santosa, doctor and integrated healer, dan Meghan Beth Pappenheim: Founder of Bali Spirit dan the Yoga Barn, Ubud (wellness practitioner in Bali).
Tuangkan Komentar Anda