I. Pada tahun 1556M terjadi usaha kudeta di kerajaan Gelgel ketika itu rajanya adalah I Dewa Pemahyun. Pemberontakan dipimpin oleh Kriyan Batan Jeruk dan I Dewa Anggungan (saudara sepupu raja), yang merasa tidak puas pada system pemerintahan yang lemah. Kudeta ini digagalkan oleh para pendukung raja dibawah pimpinan Kiyai Kubon Tubuh dan Kriyan Dawuh Nginte. Pengaruh usaha kudeta ini, para Manca yang tadinya bersatu, mulai terpecah dan curiga akan adanya kemungkinan saling menyerang. Untuk menjaga keamanan, para Manca memupuk kekuatan militer yang mampu mempertahankan wilayah, membangun tapal batas dan menguatkan tembok-tembok Puri. Saudara-saudara dari I Dewa Anggungan “dibuang secara halus” keluar istana : I Dewa Gedong Arta ke Manggis (Karangasem), I Dewa Nusa ke Sibang (Mengwi), I Dewa Bangli ke Bangli, I Dewa Pagedangan ke Tohpati (Badung). Keempat bersaudara itu diberikan area dan rakyat sehingga lama kelamaan keturunannya dianggap “Dalem” oleh rakyatnya masing-masing.
II. Pada tahun 1578M terjadi lagi pemberontakan terhadap raja I Dewa Pemahyun, bermula dari pertikaian antar Manca, yaitu antara Kryan Pande yang setia pada raja dengan Ki Gusti Talabah didukung oleh sanak keluarganya. Kryan Pande dibantu oleh panglima-panglima kerajaan sehingga akhirnya Ki Gusti Talabah wafat dalam pertempuran.
III. Pada tahun 1665M untuk ketiga kalinya terjadi pemberontakan kepada raja ketika itu yang bergelar Dalem I Dewa Anom Pemahyun Dimade. Kali ini pemberontakan yang dipimpin Kriyan / I Gusti Agung Maruti berhasil menggulingkan pemerintahan. Dalem mengungsi ke Sidemen. Kriyan / I Gusti Agung Maruti menobatkan diri menjadi Raja Gelgel dengan gelar Anglurah Agung Maruti Dimade. Beliau berhasil menjadi raja Gelgel sampai tahun 1704 ( 39 tahun).
Sebelumnya....
Bersambung...
Sumber: pusakka.blogdetik
Tuangkan Komentar Anda