Di Balik Kerauhan Sulendra, ada Ratusan Makhluk Gaib Penghuni Stadion Dipta

Di Balik Kerauhan Sulendra, ada Ratusan Makhluk Gaib Penghuni Stadion Dipta

GIANYAR - Sebuah pertanyaan muncul dari benak Jero Mangku Ketut Rupawan. Mengapa pemain pemain Bali United, Nengah Sulendra, bisa kerauhan di Stadion Dipta, Gianyar, BaliPertanyaan itu tidak bisa dijawabnya kendati Sulendra bisa ia sadarkan lewat doa dan percikan tirta.

Setelah laga Bali United kontra Persita Tangerang di Stadion Dipta, Senin (7/9/2015) pukul 18.30 Wita, Sulendra tiba-tiba kerauhan di ruang ganti pemain. Pihak Bali United kemudian memanggil Jero Rupawan hingga akhirnya Sule kembali sadar.

"Ini kali pertama ada pemain yang kerauhan. Kalau penonton kerauhan biasa dan saya bisa menyadarkan, bahkan lewat telepon. Tapi yang Nengah itu sulit sekali," kata Jero Rupawan kepadaTribun Bali di rumahnya, Desa Buruan, Selasa (8/9/2015).

Sempat berhasil disadarkan, Sulendra kembali lepas kendali. Jero Rupawan yang sudah melangkahkan kakinya menuju jalan pulang, harus berbalik lagi. Sulendra meronta, berkata, berteriak, dan menari. Melihat ihwal itu, Jero Rupawan lalu berinisiftaif.

"Ada kekuatan besar di dalam tubuhnya. Gerakannya seperti rangda. Kekuatan itu berasal dari seputaran daerah stadion. Saya lalu ajak Nengah ke Pura Subak Parekan," tuturnya.

Pura Subak Parekan adalah pura yang berlokasi di sebelah barat Stadion Dipta. Dalam sejarahnya, pura tersebut diusung para krama subak yang memiliki sawah di seputaran stadion. Sesampai di pura, Jero Rupawan nguncar mantra ke hadapan Ida Bhatara yang berstana di Pura Subak Parekan.

Tirta lalu dipercikkan. Perlahan Sulendra mulai sadar. Ia pun membuka mata. Ia lalu berbicara dengan orang di sekitarnya. Jero Rupawan juga mengajak Sulendra berbincang. Ini dilakukan guna memastikan bahwa Sulendra sudah dalam kondisi sadar betul.

"Saya ajak ngobrol dia untuk memastikan apa dia sudah sadar. Kejadian itu mengingatkan kita agar kita selalu menjaga keseimbangan antara alam bawah dan alam atas," katanya.

Kejadian malam itu membuat Jero Rupawan masih bertanya. Sesampai di rumah ia mencoba mencari tahu apa penyebabnya. Setelah bersemedi, jawaban itu lalu berhasil didapatkan.

Ia menuturkan, sejatinya ada tiga tempat yang sebelum pertandingan harus dihaturkan sesaji. Pertama adalah di Pura Subak Parekan, kedua di dalam stadion, ketiga di pertigaan jalan yang menghubungkan stadion dan pura. Tiga tempat itu ibarat penjaga alam niskala saat pertandingan berlangsung.

"Ada pertigaan jalan, yang menghubungkan pura dan stadion. Di sana ada rerencangan Ida Bhatara yang selama ini luput dari perhatian. Mereka ingin menujukkan bahwa mereka ada dengan cara masuk ke tubuh Nengah," jelas Jero Rupawan.

Hanya ada seutas kalimat yang dikatakan Sulendra. Jero Rupawan mengartikan bahwa rerencangan ingin dikembalikan. Di Stadion Dipta, kata dia, dipenuhi energi mistis. Empat penjuru mata angin masing-masing ada penghuninya. 

Jero pun berani merinci, di sudut timur laut ada 33 makhluk gaib. Wujudnya perempuan tua dengan rambut gimbal. Dadanya besar menggelantung. Di sudut tenggara stadion, ada 100 makhluk gaib. Mereka berwujud anak-anak kecil telanjang yang sering usil. Di barat daya, ada 22 pria muda botak. Tubuhnya berwarna warni. Sementara, 22 raksasa bertubuh besar berwajah seram menguasai barat laut.

"Gambarannya seperti itu. Ini pelajaran agar sesuatu yang niskalatidak kita abaikan. Tuhan dalam manifestasi Siwa Sangkara Diloka, Siwa Adi Guru, Surya Prajapati, Jagadnata, dan Guru Beraspati dengan pengikutnya semua untuk menjaga keamanan dan kenyamanan. Hal ini agar pertandingan apapun bentuknya di stadion selalu damai dan aman," katanya mengingatkan. (*)


Ditayangkan sebelumnya dari situs tribunbali
Tuangkan Komentar Anda
Gunakan kode HTML berikut untuk format text: <a><br><strong><b><em><i><blockquote><code><ul><ol><li><del>
CAPTCHA Image
Reload Image
Berita Terkait