Sepanjang pantai yang berada di timur Hotel Grand Inna Bali Beach Sanur dipenuhi 1.000 spa terapis dengan mengenakan baju berwarna ungu. Mereka berjejer guna memijat para peserta lari lintas alam Asia Pacifik Hash yang jumlahnya juga 1.000 orang.
Tujuannya tiada lain untuk menciptakan rekor nasional sekaligus memecahkan rekor dunia yang sebelumnya berhasil diraih Thailand dengan jumlah 641 terapis dalam waktu 12 menit.
Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Mari Elka Pangestu hadir langsung ditemani Jaya Suprana dari Museum Rekor Indonesia secara resmi menyatakan "Two Thousand Hands of Traditional Indonesian Massage" memecahkan rekor dunia dengan pemukulan gong pemecah rekor. Dalam kesempatan tersebut, Menparekraf menyapa para terapis dan wisatawan yang menikmati pijatan.
Sementara Dirjen Destinasi Pengembangan Pariwisata, Kemenparekraf RI, Firmansyah rohim mengatakan, pijatan ini untuk merileksasi para pelari yang telah mengelilingi Bali hingga Labuan Bajo. "Seharian mereka sudah berjalan dan kami mencoba memberikan mereka hospitality dengan mengerakan 1.000 terapis untuk memijat," paparnya saat ditemui di Sanur, Denpasar.
Firmansyah menjelaskan, di Indonesia pernah diselenggarakan Internasional Hash pada tahun 2013 yang akhirnya menginspirasi terselenggaranya Asia Pacifik Hash 2014 ini. "Kami buat Asia Pasifik Hash ini. Kami lakukan di Bali, Lombok dan Pulau Komodo," ujarnya Firmansyah berharap dengan menikmati pijatan 20 menit ini, wisatawan bisa kembali datang ke Bali untuk berlibur dan menikmati spa tradisional.
"Tahun 2016 akan ada lagi di Bali. Denpasar sebagai tuan rumah, dengan targetan sekitar 5.000 wisatawan yang datang ke Bali," ucapnya.
Menurut Jaya Suprana dari Museum Rekor Indonesia, memijat dengan 2.000 tangan ini pantas didapatkan Indonesia. "Ya kegiatan ini sudah sangat layak disebut memecahkan rekor dunia karena paling banyak peserta dan terapisnya," jelasnya.
Sedangkan pihak penanggung jawab acara tersebut Sulityasti Supriadi spa terapis yang terlibat tidak saja dari Bali. "Sebagian besar memang dari Bali. Tapi ada juga terapis yang datang dari Jawa Tengah dan Surabaya," jelasnya. Ada 9 spa Indonesia yang mewakili keragaman karakteristik budaya Indonesia, yakni Batangeh Spa dari Minang Sumatera Barat; Oukep Spa dari Sumatera Utara; Tangas dari Betawi DKI Jakarta; Bakera Spa dari Minahasa Sulawesi Utara; Tellu Sullapa Epa Spa dari Bugis Sulawesi Selatan; Jawa Spa dari Jawa; Bali Spa dari Bali; Batimung Spa dari Banjar Kalimantan Selatan; serta So O'so Spa dari Madura. Sementara untuk peserta Hash kali ini, kata Sulis terdiri dari 2.000 orang dari 19 negara se Asia Pasifik. "Paling banyak Malaysia dan Australia," jelasnya.
Untuk para terapis, selain mempromosikan keahliannya, saat acara selesai dibekali uang transport sebanyak Rp 200 ribu. "Saat gladi kotor sudah dibagikan Rp 100 ribu, dan sekarang diberi uang transport lagi Rp 100 ribu. Sebenarnya bukan itu pointnya, kehadiran mereka menunjukkan sisi nasionalisme karena semangat sebagai bagian dari pemecah rekor,"paparnya.
Dampaknya bagi hotel Grand Inna Bali Beach, diakui Public Relation Putu Santi, peserta Hash mengisi sebagian kamar yang ada. "Peserta Hash semua menginap di sini. Dan kamar yang terisi mencapai 250 kamar," jelasnya.
Ni Wayan Sudani, salah satu spa terapis Putri Beauty Salon Banjar Gelulung Sukawati mengaku tertarik ikut karena mendapatkan sertifikat partisipasi memecahkan rekor. "Ya seneng aja sih, apalagi kami terlibat langsung untuk memecahkan rekor," jelasnya.
Tuangkan Komentar Anda