Sepasang Kaos Kaki Hitam Bagian 10

Sepasang Kaos Kaki Hitam Bagian 10

"tok tok tok!"

ketukan di pintu membangunkan gue dari tidur. ketukannya makin cepat terdengar dan hampir saja pintu roboh kalau gue nggak cepat-cepat membukanya.

"apaan sih lo Ndra?" gue mendengus begitu tau yg mengetuk pintu adalah Indra. "masih pagi juga udah gedor-gedor kamer orang."

"ini kan kamer gue?"

"iya iya. gue ulangi deh, ngapain pagi-pagi gedor kamer elo?"

"buruan pake pakean lo!" kata Indra tetap berdiri di tempatnya.

"ada apaan emang?"

"sms gue masuk nggak sih??"

gue cek hp yg masih tersambung dg charger. di layarnya terdapat pemberitahuan memori pesan penuh. maka gue segera hapus semua pesan di inbox dan satu pesan baru dari nomor Indra langsung masuk.

'Echi kecelakaan. dia dirawat di RS Dewi S*i. nanti gue jelaskan lagi, ketemu di sana aja.'

"maksudnya apaan nih?" tubuh gue bergetar cukup hebat. gue berharap yg gue baca ini hanya sms lelucon.

"tadinya gue mau kita ketemu di sana, tapi gue sms elo kok nggak masuk-masuk ya jadi gue pastikan aja ke sini."

"lo becanda kan?"

"gue tau batasan-batasan becanda Ri. ini serius! semalam gue dapet kabar dari family nya Echi, gue kenal baik keluarganya dan mereka tau gue juga ada di karawang yaa jadi mereka ngehubungin temen terdekatnya Echi yaitu gue."

"terus gimana keadaan Echi sekarang??"

Indra menarik nafas berat.

"dia lagi sekarat. kepalanya mengalami pendarahan hebat, itu yg gue denger dari kakaknya yg ngehubungin gue."

"kok bisa? emang gimana kronologinya?"

"yaah...katanya sih Echi lagi nyebrang mau ke mini market gitu, tanpa dia tahu dari arah kanan ada motor yg melaju kencang dan terjadilah tabrakan maut itu. sayangnya pelaku penabrakan itu kabur."

seketika darah dalam tubuh gue memanas. tulang-tulang gue seolah lemas. gue terduduk dalam diam.

"bukannya lebih baik sekarang kita pastikan keadaannya di rumah sakit?"

gue mengangguk. maka setelah merapikan diri seperlunya gue dan Indra bergegas turun keluar.

"lo napa Ndra?" tanya gue melihat Indra berjalan agak tertatih di belakang gue.

"udah sejak tiga hari yg lalu, gue kecelakaan kerja di pabrik. kebentur mesin gitu."

"ya udah gue aja yg bawa motornya," gue berjalan ke tempat parkir. "motor lo mana Dul?"

"tuh yg Sup*a item. gue lagi pake punya cewek gue. motor gue lagi turun mesin di bengkel kemaren."

dan berangkatlah kami berdua menuju rumah sakit tempat Echi dilarikan. saat itu fajar baru menyingsing tapi gue abaikan rasa dingin yg menusuk sekujur tulang dalam tubuh. kami memacu menembus kabut yg memang masih kerap muncul di pagi hari di karawang. gue nggak peduli. seperti yg gue bilang semalam pada Echi, gue akan lakukan apapun untuknya...

-----

ahh.....rasanya sangat sakit. teramat sangat sakit melihat tubuhnya terkapar tak berdaya. dengan nafas masih tercekat di kerongkongan gue cuma bisa terdiam merelakan mobil ambulans yg membawa tubuhnya berlalu dari tempat ini.

"sabar yah Ri..." Indra menepuk bahu gue pelan. "gue tau yg lo rasain saat ini."

entah sudah berapa lama gue menangis. waktu berjalan sangat lambat.

pagi tadi, gue datang saat tim dokter menyatakan menyerah. pendarahan di kepala Echi begitu hebat sehingga nyawanya tidak tertolong lagi. keluarga Echi memutuskan untuk memakamkan jasadnya di kota kelahirannya Surabaya.

nggak perlu bertanya bagaimana rasanya kehilangan orang yg kita sayang dengan begitu tiba-tiba. samasekali nggak pernah terfikir tentang kepergiannya ini. gue dan Echi sedang dalam hubungan yg harmonis dan mulai membicarakan hal serius tentang hubungan kami. tapi kini semua itu tinggal lalu. menyisakan setitik perih yg mengendap di hati.

menurut info yg gue dapat, Echi mengalami kecelakaan naas itu sekitar jam delapan malam.

"nggak mungkin!" gue masih mencari titik lemah kenyataan di hadapan gue. "semalem itu Echi ke sini. gue dan dia berdiri di sini! kita malah pelukan gitu!" gue menunjuk tembok beranda dimana semalam gue yakin gue berdiri di samping Echi.

"Ri, Echi itu ketabrak jam delapan. terus dilarikan ke rumah sakit jam setengah sembilan..kan lo liat sendiri jam masuknya tadi." Indra mencoba menjelaskan.

"terus kalo gitu yg semalem ngobrol sama gue siapa Ndra??" suara gue meninggi diiringi airmata yg jatuh. "yg gue peluk itu siapa??? lo mau bilang kalo itu setan lagi?!!"

Indra diam. dia nggak berani mengkonfrontir gue. dia lagi-lagi menepuk bahu gue mencoba menenangkan emosi yg tengah mengurung gue.

"gue tau lo sayang banget sama Echi, dia juga sayang sama lo. dia selalu cerita ke gue kalo dia tuh pengen lo jadi yg terakhir buatnya."

Indra diam. gue masih sesenggukan menangis.

"gue nggak bilang yg semalem itu setan atau apa lah itu..tapi gue yakin, kehadiran Echi waktu itu karena dia pengen ada di samping lo menjelang saat terakhirnya. mungkin itu semacam ucapan perpisahan buat lo."

sms itu! gue ingat sms terakhir dari Echi. segera gue cek hp. tapi gue terhenyak, karena tadi pagi gue menghapus semua inbox di hp gue. dan dalam terapi kejut itu, mendadak gue rasa semuanya menjadi gelap....


Ditayangkan sebelumnya dari situs haha.hehe
Tuangkan Komentar Anda
Gunakan kode HTML berikut untuk format text: <a><br><strong><b><em><i><blockquote><code><ul><ol><li><del>
CAPTCHA Image
Reload Image
Berita Terkait