Memasuki bulan Agustus, itu artinya tiba dimana banyak warga Indonesia yang mempersiapkan berbagai macam tipe perayaan tujuh belasan (hari kemerdekaan), baik itu di kota maupun daerah-daerah di seluruh penjuru tanah air. Perayaan biasanya dilakukan dengan cara menggelar berbagai perlombaan dan festival-festival yang meriah, yang pula dilengkapi dengan berbagai macam atribut serba merah-putih.
Berbeda dengan para pecinta alam yang memang memiliki hobby mendaki gunung. Bulan Agustus merupakan moment yang paling ditunggu untuk melakukan perayaan hari kemerdekaan dengan cara yang berbeda. Menjelang hari kemerdekaan yakni 17 Agustus, para pendaki ini justru banyak yang membuat agenda pendakian, alasannya tentu saja untuk melaksanakan pengibaran Sang Merah-Putih di atas puncak gunung. Bersama-sama melaksanakan upacara pengibaran bendera yang sederhana namun begitu mengharukan.
Jangan cuma naik gunung karena nonton film saja, tetapi pertimbangkan baik – baik sebelum naik gunung. Naik gunung perlu persiapan, gunung bukan tempat sampah :)
Namun bagaimanakah mengenai keamanan dan kenyamanan mendaki gunung diwaktu high season seperti pada hari kemerdekaan tersebut?! kali ini ingin membahas mengenai pertimbangan maupun resiko yang harus ditanggung para pendaki bila melakukan pendakian menjelang high season dan hari kemerdekaan. Berikut ulasan yang kami rangkum berdasarkan pendapat dari empat nara sumber yang kami wawancarai.
Velysia Zang – Littlenomadid.com ( @velyzz )
1. Mendaki Saat High Season Karena Tidak Punya Pilihan
Sebisa mungkin saya selalu mencoba untuk menghindari pendakian disaat high season. Namun karena sekarang bekerja, mau tidak mau hanya bisa mendaki disaat libur panjang saja. Pasti kendala semacam ini telah banyak pendaki lain rasakan bukan?! Karena tidak banyak hari cuti yang dimiliki, mau-tidak-mau hanya dapat mengandalkan weekend dan hari libur.
2. Harus Tetap Merasa Enjoy Meskipun Ramai
Harus mengantri ketika mendaki, ingin ngecamp pun harus berebut untuk mendapatkan tempat dengan view yang oke, belum lagi harus mendengar banyak suara dari rombongan lain. Sejujurnya saya tidak menikmatinya, tetapi mau tidak mau ya harus tetap enjoy. Karena itu adalah resiko yang harus dihadapi, maka harus tetap dijalani dengan enjoy.
3. Kapok Untuk Mendaki Ketika High Season
Pengalaman saya yang paling buruk ketika dulu pernah mengikuti pendakian bersama dengan salah satu brand outdoor terkenal ke Semeru di tahun 2012. Saya benar-benar kapok, karena ingin ke puncak harus mengantri, bahkan mengambil foto juga harus menunggu antrian. Selain itu, pasca pendakian timbul masalah karena banyaknya sampah di gunung yang disebabkan oleh pendaki yang tidak bertanggung jawab.
Menurut saya tidak masalah jika seorang pendaki memutuskan ingin melakukan pendakian disaat high season, terutama yang ingin melakukan upacara penghormatan merah putih ketika Hari Kemerdekaan di atas gunung. Hanya saja, jangan mengesampingkan keselamatan, jadilah pendaki yang bertanggung jawab dan jagalah alam.
Bem – Simplyindonesia.wordpress.com
1. Sebisa Mungkin Hindari Mendaki Ketika High Season
Pengalaman mendaki ketika high season adalah kehabisan spot ideal untuk mendirikan tenda, berisik, belum lagi peluang menginjak “ranjau darat” yang seringnya selalu lebih banyak bertebaran saat high season. Dan yang paling buruk adalah ketika mengantri panjang untuk menggunakan jalur setapak yang sempit, semua itu membuat saya tidak dapat merasakan nikmatnya mendaki gunung.
2. Mensiasati Waktu Kedatangan dan Kepulangan Ketika High Season
Sebaiknya datang beberapa hari lebih cepat dari tanggal-tanggal high season. Karena biasanya semakin cepat akan semakin baik. Contohnya seperti; Untuk pendakian 17 Agustus, sebisa mungkin sampai di lokasi pada tanggal 15 atau 16 Agustus. Dengan begini, selain pilihan lahan untuk mendirikan tenda masih banyak tersedia, kalian juga bisa menghindari konsentrasi massa pendaki saat proses registrasi dan di jalur pendakian. Pulang 2-3 hari lebih lama dari tanggal-tanggal berakhirnya high season.
3. Hindari Untuk Membawa Makanan Basah
Sampah selalu menjadi ancaman bagi gunung-gunung yang dikunjungi oleh ratusan orang secara serempak atau high season. Maka dari itu sebaiknya kurangi membawa makan-makanan yang berpotensi menjadi sampah basah. Kalau sampah kering saja masih banyak yang malas dibawa turun, apalagi sampah basah, ya kan?
Rifqy Faiza Rahman – Papanpelangi.co (@anandarifqy )
1. Menunjukkan Patriotisme dan Nasionalisme
Sebenarnya saya merindukan suasana pendakian yang damai dan tidak terlalu padat. Namun ketika saat ini semua orang ingin naik gunung, maka tidak ada alasan untuk mengeluh bagaimanapun kondisinya. Saya pun ingin suatu saat nanti merasakan upacara di gunung yang tidak terlalu banyak diketahui orang. Karena selain bentuk rasa syukur, dapat juga menunjukkan patriotisme, nasionalisme, dan kebanggaan terhadap Indonesia.
Gunung dan alam seisinya berjalan seperti biasanya, hanya manusia (pendaki) yang membuatnya terlihat berbeda dan berubah. Saat di alam, kita harus mempersiapkan diri dalam kondisi apapun. Termasuk, menikmati saat-saat yang pahit sekalipun. Saat badai atau trek pendakian macet misalnya.
2. Gunung Tidak Hanya Satu
Mencari gunung yang jauh dari ingar-bingar publik (di luar pulau Jawa), karena gunung tidak hanya satu, dan tidak berpindah. Sementara musim pendakian cukup panjang dalam setahun. Bagi yang serius ingin mencari ketenangan, baik di hari kerja atau di hari bukan libur nasional, ketenangan tetap dapat ditemukan. Yang penting esensi mendaki tetap dimiliki. Pengecualian tentu berlaku pada pendaki yang ingin merasakan pengalaman baru upacara di gunung, penasaran, atau mungkin tidak memiliki waktu libur yang memadai.
3. Persiapan dan perencanaan yang matang
Mendaki ketika low ataupun high season harus tetap menjaga diri, menjaga kebersihan dan kelestarian alam. Intinya tetap harus beretika dan mempersiapkan diri dalam segala kondisi apapun, termasuk saat darurat. Persiapan dan perencanaan yang matang, termasuk anggota tim yang solid, akan menghasilkan rasio keberhasilan pendakian (dalam hal ini termasuk pulang dengan selamat) di atas 80-90%. Bahkan dalam cuaca buruk sekalipun.
Satya Winnie Sidabutar – Satyawinnie.com ( @satyawinnie )
1. Tidak Ingin Mendaki Dengan “Setengah Kopling”
Resiko yang harus ditanggung para pendaki yang mendaki ketika high season atau tujuh belasan pastinya lebih capek. Jalur naik gunung yang memang sempit menjadi semakin sempit karena pendaki harus mengantri untuk berjalan. Saya kurang suka kalau misalnya mendaki dengan “setengah kopling” alias berjalan terlalu rapat-rapat dengan pendaki lain.
2. Banyak Cara Untuk Merayakan Hari Kemerdekaan
Mendaki ketika high season atau tujuh belasan menurut saya pribadi tidaklah recomended. Memang banyak cara untuk merayakan hari kemerdekaan dan masih banyak yang senang merayakannya di atas gunung, namun saya bukan salah satunya. Saya tidak pernah tertarik untuk mendaki ketika high season atau hari kemerdekaan, alasannya karena saya tidak suka jika gunung terlalu ramai dan padat. Rasanya seperti tidak terasa sensasi naik gunungnya.
3. Jangan Mengeluh di Media Sosial
Persiapkan pendakianmu dengan matang. Jangan sampai menyusahkan teman satu tim atau pendaki lain. Jangan hanya karena demi eksistensi merayakan hari kemerdekaan di atas gunung lalu lupa menyiapkan fisik dan logistik dengan baik. Jika persiapan matang, mendaki pun jadi senang. Plus jangan ngedumel di jalan, kemudian share di social media kalau gunung macet. Kan kamu salah satu di dalamnya ;) Happy hiking! Stay safe ya!
***
Demikian info dan pendapat dari para narasumber (blogger) pendaki yang bersedia meluangkan waktunya untuk menjawab wawancara dari LiburMulu.com. Dari berbagai jawaban yang didapat, tentu sudah jelas bahwa tidak ada salahnya atau larangan jika kalian ingin mendaki gunung ketika high season (atau di Hari Kemerdekaan).
Karena keinginan seorang manusia untuk kembali pada alam tidaklah dapat dicegah, karena setiap orang berhak untuk menikmati keindahan alam kapanpun. Namun disini, tetap ada beberapa resiko yang harus siap kalian tanggung dan hadapi secara bijak. Selamat Hari Kemerdekaan! Dirgahayu Indonesia ke 70. Kami Putra Putri Bangsa Bangga Padamu. Cepatlah Membaik, Jaya Selalu!
Tuangkan Komentar Anda