Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Provinsi Bali menyampaikan bahwa industri jasa keuangan (IJK) di Bali hingga Januari 2025 tetap stabil, ditopang permodalan yang solid, likuiditas memadai, dan manajemen risiko yang terkendali.
Data sektor perbankan di Bali menunjukkan penyaluran kredit mencapai Rp111,56 triliun, tumbuh 6,34 persen year-on-year (yoy), sedikit lebih rendah dibandingkan pertumbuhan pada Desember 2024 yang sebesar 6,81 persen yoy. Pertumbuhan tersebut didorong oleh peningkatan kredit investasi sebesar Rp5,17 triliun atau 17,19 persen yoy, mengindikasikan keyakinan masyarakat terhadap pemulihan ekonomi Bali.
Pada Selasa, 25 Maret 2025, Kepala OJK Provinsi Bali Kristrianti Puji Rahayu menjelaskan, Kredit kepada sektor UMKM mencapai 52,44 persen dari total kredit dengan pertumbuhan sebesar 5,38 persen yoy. Berdasarkan sektornya, penyaluran kredit terbesar terdapat pada sektor konsumtif (34,32 persen) dan perdagangan besar dan eceran (28,68 persen). Kenaikan penyaluran kredit terbesar tercatat pada sektor konsumtif sebesar Rp2,25 triliun (6,23 persen yoy) dan sektor penyediaan akomodasi dan makanan minum sebesar Rp1,71 triliun (15,11 persen yoy).
Di sisi penghimpunan Dana Pihak Ketiga (DPK), jumlahnya mencapai Rp191,56 triliun dengan pertumbuhan 11,96 persen yoy, meskipun lebih rendah dibandingkan pertumbuhan pada Januari 2024 sebesar 20,74 persen yoy. Peningkatan terbesar tercatat pada tabungan sebesar Rp12,03 triliun. Loan to Deposit Ratio (LDR) Januari 2025 tercatat sebesar 58,24 persen dengan kecukupan modal (CAR) yang solid di angka 35,38 persen.
“Meskipun rasio kredit bermasalah atau Non Performing Loan (NPL) gross mengalami sedikit peningkatan menjadi 3,14 persen, nilai ini masih dalam batas aman. Penyelesaian kredit restrukturisasi juga berhasil menurunkan rasio Loan at Risk (LaR) menjadi 12,18 persen dibandingkan Januari 2024 yang sebesar 19,21 persen,” jelasnya.
Pada sektor pasar modal, jumlah investor saham di Bali mencapai 146.093 Single Investor Identification (SID), tumbuh 22,96 persen yoy. Nilai kepemilikan saham meningkat menjadi Rp5,46 triliun (19,73 persen yoy), sementara nilai transaksi saham tercatat sebesar Rp2,4 triliun (9,00 persen yoy).
Sektor perusahaan pembiayaan mencatatkan piutang sebesar Rp11,79 triliun dengan pertumbuhan 7,95 persen yoy. Tingkat pembiayaan bermasalah atau Non Performing Financing (NPF) berada di angka 0,92 persen, membaik dari posisi Januari 2024 yang sebesar 0,99 persen.
OJK Bali terus mendorong peningkatan literasi dan inklusi keuangan dengan menggelar 25 kegiatan edukasi sepanjang tahun 2025 hingga Februari. Edukasi tersebut menjangkau lebih dari 1.787 orang secara tatap muka dan sekitar 37.987 orang melalui media sosial.
Terkait perlindungan konsumen, OJK Provinsi Bali menerima 95 pengaduan sepanjang 2025 hingga Februari, dengan mayoritas pengaduan berasal dari sektor perbankan dan perusahaan peer-to-peer lending. OJK juga melayani penarikan data Informasi Debitur (Ideb) Sistem Layanan Informasi Keuangan (SLIK) untuk 575 orang secara online dan 1.623 orang secara langsung.
Dalam mendukung pengembangan ekonomi daerah, OJK turut mendorong pengembangan komoditas pertanian potensial, seperti kakao di Kabupaten Jembrana dan Tabanan, serta pisang cavendish sebagai upaya mendukung perekonomian lokal.
Dengan sinergi bersama pemerintah, Bank Indonesia, dan industri keuangan, OJK optimistis sektor jasa keuangan Bali dapat terus tumbuh stabil dan berkelanjutan.
Tuangkan Komentar Anda