Inflasi di Bali Pada Februari 2023 Melandai

Inflasi di Bali Pada Februari 2023 Melandai

Berdasarkan rilis BPS Provinsi Bali, inflasi gabungan dua kota di Provinsi Bali (Denpasar dan Singaraja) pada Februari 2023 sebesar 0,07% (mtm), menurun dibandingkan bulan sebelumnya (0,66%, mtm) dan lebih rendah dari inflasi Nasional (0,16%, mtm). Penurunan inflasi Februari 2023 tidak terlepas dari pengaruh positif respons kebijakan moneter Bank Indonesia dan sinergi pengendalian inflasi melalui Tim Pengendalian Inflasi Pusat dan Daerah (TPIP dan TPID).

 Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bali, Trisno Nugroho menjelaskan," inflasi secara tahunan masih cukup tinggi sebesar 6,35% (yoy), lebih tinggi dibandingkan dengan inflasi bulan sebelumnya 5,81% (yoy) akibat pengaruh base effect periode yang sama tahun sebelumnya,"ujarnya di Denpasar Jumat(3/2).

"Berdasarkan komoditasnya, terjadinya inflasi disebabkan oleh kenaikan harga pada komoditas beras, bahan bakar rumah tangga (gas LPG), bawang merah, dan cabai merah. Kenaikan harga beras karena terbatasnya pasokan gabah dan belum masuknya masa panen padi, sedangkan kenaikan harga gas LPG disebabkan oleh pembatasan pembelian gas LPG 3 kg dan penyesuaian Harga Eceran Tertinggi (HET),"ungkapnya.

 Adapun kenaikan harga bawang merah dan cabai merah akibat penurunan produksi seiring dengan tingginya curah hujan pada Februari 2023. Namun demikian, inflasi yang lebih tinggi dapat tertahan dengan menurunnya harga canang sari, daging ayam ras, telur ayam ras, tomat dan angkutan udara. 

Harga canang sari kembali menurun sejalan dengan normalisasi permintaan pasca berakhirnya perayaan Galungan- Kuningan. Adapun penurunan harga daging ayam ras, telur ayam ras dan tomat didorong oleh peningkatan pasokan, sedangkan penurunan tarif angkutan udara terjadi seiring dengan penurunan harga avtur.

Pada Maret 2023, beberapa risiko yang perlu diwaspadai karena dapat menyebabkan kenaikan inflasi antara lain kenaikan permintaan bahan makanan dan makanan jadi menjelang bulan puasa dan hari raya Nyepi, kenaikan harga BBM Non Subsidi (Pertamax, Pertamax Plus) per 1 Maret 2023 yang berpotensi menyebabkan first and second round effect terhadap inflasi, dan curah hujan yang masih tinggi dapat menyebabkan penurunan produksi hortikultura. Sebaliknya, peningkatan pasokan beras oleh Bulog dan mulainya musim panen padi pada Maret 2023 diprakirakan menurunkan tekanan kenaikan harga beras.

Trisno menambahkan,"TPID Provinsi dan Kabupaten/Kota di Bali terus aktif melakukan pengendalian inflasi melalui kerangka 4K. Beberapa upaya yang telah dilakukan antara lain melalui kegiatan operasi pasar untuk komoditas pangan strategis, peningkatan kerjasama antara Bulog dan Perumda, serta pemberian subsidi ongkos angkut untuk menekan kenaikan harga komoditas pangan,"paparnya.

"Selain itu, TPID juga mendorong peningkatan kualitas data komoditas yang keluar masuk Bali, peningkatan Kerja sama Antar Daerah (KAD) dalam Provinsi Bali dan dengan wilayah di luar Provinsi Bali, serta peningkatan komunikasi kepada masyarakat melalui berbagai media mengenai perkembangan harga dan ketersediaan pasokan pangan di Bali,"imbuhnya.

Admin
Author : Admin

Kabardewata.com | Media cerdas dari Bali adalah media online independen, berintegritas dan terpercaya menjadi rujukan informasi oleh pembaca.

Tuangkan Komentar Anda
Gunakan kode HTML berikut untuk format text: <a><br><strong><b><em><i><blockquote><code><ul><ol><li><del>
CAPTCHA Image
Reload Image
Berita Terkait