Aku menempati kamar kosku yang baru di kawasan sekitar kota dekat kampusku. Biaya perbulanya agak sedikit mahal ya tentu saja karena dekat dengan Kampus. Ruangannya nyaman untuk di tempati untuk mahasiswa sepertiku. Ruangan itu di cat hijau lembut. Kamar itu berukuran 3x3 meter persegi. Ada satu tempat tidur beserta bantal dan gulingnya, satu lemari plastik, satu set meja belajar, dan juga tentu saja ada kamar mandi.
Aku segera menata baju-bajuku, perlengkapanku, memasang seprai untuk tempat tidur, meletakan buku-bukuku di rak meja belajar. Setelah selesai aku istirahat sebentar sambil membuka laptopku dan menyalakan musik kesukaanku. Tidak lama kemudian aku tertidur. Sesaat setelah aku tertidur aku melihat ada orang yang berjalan masuk ke kamarku menuju kamar mandi. Aku tidak melihat wajahnya. Dia memakai baju berwarna serba merah. Kulitnya putih sekali. Saat aku terjaga kemudian aku bangun, aku kemudian menuju kamar mandi untuk melihat orang tadi.
“Hei siapa yang di dalam?” Kataku sedikit berteriak
Tidak ada jawaban.
“Heii!! Siapa yang di dalam?” kataku agak sedikit marah karena ada orang yang tanpa ijin memasuki kamarku.
Tidak ada jawaban lagi. Kali ini terdengar suara keran menyala
“Aku akan mendobrak pintu ini! Jika kau tidak menjawab” kataku sambil berusaha membuka pintu yang terkunci itu
Kali ini aku benar-benar akan mendobrak pintu ini.
Entah yang di dalam laki-laki atau perempuan aku tak peduli. Urusan nanti dimarahi ibu kos karena merusak pintu kamar mandi itu masa bodoh. Aku sudah merasa jengkel sekarang. Dan, BRAAKKK! Pintu kamar mandi berhasil aku buka. Tapi aneh, tidak ada siapa-siapa di dalam. Kemana orang tadi pergi? Di sini tidak ada jalan keluar selain pintu ini. Apa aku yang salah terhadap pandanganku tadi? Ah ngga salah kok. Keran juga menyala seperti habis di pakai oleh seseorang. Lalu siapa orang tadi? Kemana orang itu pergi? Sesaat angin berhembus pelan menyapu bulu kudukku hingga berdiri. Aku merasa takut. Apa yang terjadi di sini?
“Eh mbak lihat orang masuk ke sini ga? Pake barju serba merah. Kulitnya putih banget” Tanyaku pada penghuni kamar kos yang lain
“Engga kok. Semuanya tadi pada tidur siang. Ga ada yang keluar kamar atau berjalan di sekitar sini apalagi masuk kamarmu”
“Haah? Beneran mbak?” rasa takut mulai menyelimutiku
“Iya beneran lah. Tadi yang di luar Cuma kita bertiga. Kita ga lagi bengong. Ada apa sih?”
“Ngga apa-apa kok mbak” kataku sekarang benar-benar takut
Aku menyeruput kopi panasku, sambil berusaha melupakan kejadian tadi. Kuputuskan Ruri, sahabatku untuk datang menemaniku sekarang.
“Dit, lo kenapa sih kok murung gitu?” Tanya Ruri
“Gue mau cerita sesuatu ma lo” kataku sambil duduk di tempat tidur
“Lo mau cerita apa?” jawab Ruri
Kemudian aku menceritakan semua kejadian tadi. Setelah selesai. Wajah Ruri tampak seperti sedang memikirkan sesuatu. Kemudian dia tertawa ringan dan mencubit pipiku.
“Haha. Dita, dita! Lo tu ada-ada aja. Mungkin lo lagi kecapekan kali makanya jadi kaya gini” kata ruri
“ah, tapi keranya beneran nyala kok, kayak habis di pakai” Jawabku yang tidak setuju dengan pendapat Ruri
“Udah lah dit. Lo tenang aja. Masa ada setan di siang bolong”
Aku tersenyum kecut. Perkataan Ruri memang ada benarnya. Aku merasa sedikit lebih tenang dan lega. Setelah itu aku dan Ruri memutuskan untuk berjalan-jalan di pusat kota. Benar-benar membuatku melupakan kejadian di kos itu.
Malam harinya, badanku terasa capek sekali. Aku kemudian mandi untuk menyegarkan badanku. Kemudian aku menyalakan laptopku sebentar dan mengirimkan e-mail kepada saudaraku. Menanyakan kabarnya di sana. Karena lelah, aku putuskan untuk tidur. Aku mengunci pintu kamarku supaya tidak ada orang yang masuk. Jendela di kamarku kubiarkan terbuka, Karena udara malam itu sedikit panas.
Malam itu kejadian tadi terulang. Antara masih bermimpi atau sudah terbangun aku kembali melihat orang yang berpakaian serba merah memasuki kamar mandiku. Dan bedanya sekarang orang itu berlumuran darah. Aku takut sangat takut. Aku tidak berani membuka mata. Aku putuskan tetap terpejam sambil berdoa.
Pagi harinya aku berniat akan menanyakan hal ini kepada ibu kos. Aku sudah tidak tahan terhadap semua ini. Ketakutanku tidak dapat di sembunyikan. Atau jika perlu aku akan pindah kos yang lebih baik. Jauh dari kesan menyeramkan.
Aku juga bertanya-tanya dari mana orang yang berpakaian serba merah kemarin masuk. Pintu kan sudah aku kunci? Masa lewat jendela? jelas tidak mungkin, karena tidak akan cukup jika di lewati orang. Atau jangan-jangan dia bukan orang melainkan..? ketakutanku makin bertambah
Aku bergegas menuju tempat ibu kos berada. Sesampai disana aku di sambut ramah oleh ibu kos.
“Ada apa dit, kamu mau bayar kos?” kata ibu Kos sedikit bercanda
“Bu, saya mau menceritakan sesuatu” kataku serius
“Cerita apa? Jika tentang hal-hal bodoh ibu tidak ada waktu. Kau lihat kan ibu lagi sibuk?”
“Tapi aku minta waktu sebentar bu. Ini akan sangat membantuku”
“Baiklah apa yang ingin kau ceritakan?”
Aku kemudian menceritakan semua kejadian menyeramkan yang aku alami kemarin. Setelah selesai. Raut wajah ibu kos berubah. Rautnya menunjukan keseriusan. Tidak seperti dugaanku dia akan tertawa.
“Mungkin yang kamu lihat adalah Alessana” ujar Ibu kos
“Siapa itu Alessana ?”
Ibu kos menghembuskan nafas panjang.
“8 tahun yang lalu alessana mati di kos-kosan ini diduga dia bunuh diri karena depresi karena ditinggal kekasihnya yang telah meninggal. Dia anak yang cantik. Dia melukai dirinya dengan pisau. Dia mengalami pendarahan hebat. Hingga dia kemudian di temukan mati menggenaskan di kamar mandi. Hingga sampai sekarang orang yang menempati kamar itu selalu diperlihatkan sosok alessana sedang berjalan di kamar mandi. Hingga belum 2 hari menempati kamar itu orang yang menempati sudah angkat kaki dari kamar itu. Tidak tahan. Pernah juga ada orang yang di perlihatkan sosok Alessa yang berlumuran darah dan menyeramkan…”
Setelah ibu kos selesai bercerita aku benar-benar kaget sekaligus shock. Aku berjanji akan pindah kos-kosan besok paginya. Aku sudah tidak tahan.
Bersambung....
Tuangkan Komentar Anda