Atasi Dampak Letusan Gunung Raung, Kemenpar Perkuat Crisis Center

Atasi Dampak Letusan Gunung Raung,  Kemenpar Perkuat Crisis Center

Kementerian Pariwisata RI terus memperkuat tim Crisis Center, yang sudah dibentuk 10 Juli 2015 lalu, sejak bencana erupsi Gunung Raung di Jawa Timur mengeluarkan  abu vulkanik yang mengakibatkan terganggunya penerbangan di wilayah sekitar lokasi bencana.

Sebab, material erupsi gunung yang berlokasi di tiga kabupaten: Banyuwangi, Bondowoso, Jember itu sudah semakin mempengaruhi penerbangan di Bandara Ngurah Rai Denpasar, Bandara Internasional Lombok, Bandara Selaparang Mataram, Bandara Blimbingsari Banyuwangi, Bandara Notohadinegoro Jember dan Bandara Juanda Surabaya.

“Kami akan dirikan pusat-pusat krisis di daerah, terutama yang terkait langsung dengan tertundanya sejumlah keberangkatan pesawat yang berakibat pada wisman dan wisnus. Kami himbau seluruh dinas pariwisata di daerah agar juga siap siaga atasi krisis,” kata Arief Yahya Menteri Pariwisata dalam keterangan resminya kepada sejumlah media di Jakarta.

Lebih lanjut menurut Arief Yahya, masalah paling krusial adalah penanganan terhadap penumpang pesawat yang penerbangannya terganggu, tertunda atau dihentikannya sementara akibat erupsi. Termasuk menyiapkan akomodasi (penginapan), ketika mereka harus menunggu  dalam ketidakpastian. “Dinas-dinas pariwisata di masing-masing daerah harus tanggap akan masalah ini (transportasi dan akomodasi),” tegas Arief.

“Mari peduli untuk atasi krisis! Letusan Gunung Raung dan Gamalama itu, khususnya dalam suasana liburan sekolah (peak season) dan arus mudik Lebaran. Dampaknya, sejumlah  penerbangan tertunda, baik di domestik maupun International, baik Bandara Ngurah Rai Bali, Bandara International Lombok Nusa Tenggara Barat, maupun Bandara Juanda Surabaya,” Imbuh Arief.

Bali, Lombok, dan Surabaya telah menjadi daerah tujuan wisata yang paling diminati oleh sejumlah wisatawan mancanegara maupun wisatawan nusantara. Sejak terjadi letusan Gunung Raung akhir Juni lalu hingga saat ini, dampaknya terhadap pariwisata Indonesia khususnya di Bali cukup signifikan. Kondisi ini diperparah dengan letusan yang terjadi di Gunung Gamalama, Ternate Maluku Utara mulai 16 Juli kemarin.

Rencananya, menghadapi dampak letusan yang terjadi di kedua gunung tersebut, Kementerian Pariwisata akan membuat posko “Crisis Center” bagi penumpang pesawat bekerjasama dengan lembaga terkait seperti pengelola bandara, maskapai penerbangan hingga industri pariwisata akomodasi seperti hotel. “Bisa jadi bagi penumpang pesawat dari luar negeri akan tertahan lama dan membutuhkan penginapan untuk menunggu, maka posko “Crisis Center” ini bisa menyalurkan mereka menginap di hotel-hotel dekat bandara untuk menunggu pesawatnya bisa terbang lagi,” jelas Arief.

Posko “Crisis Center" ini dapat mengusahakan potongan tarif menginap yang cukup membantu para penumpang pesawat itu agar tidak terlunta-lunta di bandara,” katanya.

Tidak itu saja, Kementerian Pariwisata juga akan membuat rencana pengalihan (contingency plan) bagi penumpang pesawat via darat dan laut. “Ini berlaku bagi penumpang pesawat domestik yang akan kembali ke kota-kota terdekat. Karena moda transportasi darat (kereta api) dan laut (kapal laut) tak terganggu. Dengan demikian para penumpang pesawat domestik tersebut mendapat alternatif moda transportasi lain ketimbang terlunta-lunta menunggu di bandara sementara bandara ditutup karena abu vulkanik yang membahayakan keselamatan penerbangan,” jelas Arief.

“Secara teknis, Kementerian Pariwisata (Kemenpar) akan membina komunikasi bahkan bekerjasama  dengan lembaga-lembaga terkait seperti PT KAI melalui Daop di wilayah tersebut dan PT Pelni yang memiliki armada kapal laut sesuai tujuan penumpang,” pungkas Arief.

Dijelaskan oleh Kepala Biro Hukum dan Komunikasi Publik M Iqbal Alamsjah, bahwa Kementerian Pariwisata hingga kini terus melakukan monitoring (pemantauan) terhadap aktivitas abu vulkanik yang terjadi akibat  letusan Gunung Raung Bondowoso Jawa Timur dan Gunung Gamalama Ternate Maluku Utara.

Diharapkan dengan membentuk Media Center sekaligus Tim Crisis Center dapat mengantisipasi sekaligus merekomendasi beberapa kebijakan yang perlu diambil segenap stakeholder (pemangku kepentingan) agar dampak letusan tidak menimbulkan kesulitan yang berarti bagi para wisatawan mancanegara (wisman) maupun wisatawan nusantara (wisnus).

“Media Center dibentuk dengan melakukan pemantauan (monitoring) terhadap semua media yang mengangkat berita seputar letusan (erupsi) Gunung Raung maupun Gunung Gamalama; baik cetak, online, televisi, dan social media,” jelas Iqbal.

Tuangkan Komentar Anda
Gunakan kode HTML berikut untuk format text: <a><br><strong><b><em><i><blockquote><code><ul><ol><li><del>
CAPTCHA Image
Reload Image
Berita Terkait