Kebaikan dan kejahatan di dunia ini tidak sesederhana yang mungkin kita pikirkan. Ada beragam sekali niat, alasan dan tujuan di balik suatu tindakan yang sering tidak dapat kita lihat, semata karena tertutup kabut kecenderungan pikiran kita sendiri. Sehingga janganlah terlalu mudah menghakimi orang lain hanya berdasarkan gerak-gerik luarnya saja.
Orang yang mengulurkan tangan untuk menolong, bisa jadi bukan karena dia berhutang atau punya motif tertentu, tapi karena dia memiliki empati pengertian pada kesulitan dan kesedihan orang lain, sehingga muncul belas kasih di dalam dirinya.
Orang yang terlebih dahulu minta maaf setelah bertengkar, bisa jadi bukan karena dia bersalah, tapi karena dia sangat menghargai orang lain.
Orang yang sering membayarkan atau mentraktir, bisa jadi bukan karena dia banyak uang atau pamer kekayaan, tapi karena dia lebih menghargai sebuah hubungan baik dibanding uang.
Orang yang sering mengontakmu, bisa jadi bukan karena dia tidak punya kesibukan ataupun ada maunya, tapi karena dia memiliki rasa kepedulian terhadap kamu.
Orang yang mengambil pekerjaan tanpa ada yang menyuruh, bisa jadi bukan karena dia bodoh atau berniat mencari muka, tapi karena dia memiliki rasa tanggung jawab.
Orang yang sering menyanjungmu setinggi langit, bisa jadi bukan karena dia menganggapmu pahlawan, atau orang suci, ataupun gombal mencari muka, tapi karena dia menerima serta memaafkan semua kelemahan dan keburukanmu.
Orang yang sering mengkritikmu, bisa jadi bukan karena dia membencimu, tapi karena dia ingin menyelamatkanmu ataupun ingin kamu mengeluarkan potensi terbaik dirimu.
Seringkali ketika kita menghakimi orang lain, hal itu justru mencerminkan bagaimana diri kita dan isi pikiran kita dibandingkan bagaimana orang lain tersebut. Kita menilai orang lain semata-mata berdasarkan bagaimana kecenderungan pikiran kita sendiri.
Di jalan dharma, belajarlah memandang orang lain dari sudut pandang positif dan lembut. Karena jika kita menghakimi orang lain, secara pasti akan membuat kejernihan dan kedamaian di dalam diri menghilang. Kita tidak saja sedang menanam bibit-bibit kekerasan di dalam diri kita sendiri, tapi juga sedang menanam bibit-bibit kekerasan pada orang lain.
Belajarlah memandang orang lain dari sudut pandang positif dan lembut. Karena disaat itu juga kebencian, kemarahan dan kesombongan lenyap dari pikiran kita. Kemudian memberikan ruang pada belas kasih dan kebajikan di dalam pikiran kita. Hal ini tidak saja memurnikan jiwa, tapi sekaligus juga akan mengirimkan pancaran energi kesejukan dan kedamaian kepada orang lain.
Sudah sering terbukti jika kita dapat memandang orang lain siapa saja, atau mahluk apa saja, dengan sudut pandang positif dan lembut, dalam jangka waktu tertentu sifat orang atau makhluk tersebut lama-kelamaan juga akan berubah menjadi positif dan lembut. Disebabkan karena pancaran energi kesejukan dan kedamaian yang terus kita kirimkan. Kita tidak saja akan menyelamatkan diri kita sendiri tapi juga menyelamatkan orang lain. Hal ini juga yang kemudian akan menghindarkan kita dari kemungkinan garis nasib yang panas dan sengsara.
Tuangkan Komentar Anda