Hari Internasional Pengurangan Risiko Bencana (The International Day for Disaster Risk Reduction)

Hari Internasional Pengurangan Risiko Bencana (The International Day for Disaster Risk Reduction)

Memperingati Hari Internasional Pengurangan Risiko Bencana (The International Day for Disaster Risk Reduction) dengan rencana mitigasi dan adaptasi terhadap perubahan iklim, oleh IDEP Foundation.

Banjir bandang dan tanah longsor terjadi di Indonesia, tepatnya Nusa Tenggara Timur yang telah menelan ratusan korban dan kerugian lebih dari Rp. Di belahan bumi lainnya, bencana yang tak terduga terjadi. Laporan pertama dari Intergovernmental Panel on Climate Change pada 1990 telah menyebutkan konsekuensi-konsekuensi yang terjadi akibat dari emisi gas rumah kaca. Fenomena ini akan menyebabkan cuaca ekstrim dengan laut dan atmosfer yang semakin panas dan mengancam sebagian besar wilayah di bumi. 

Namun bencana yang terjadi dari tahun 2020-2021 telah melampaui ramalan para ilmuwan, sebab hadir sebanyak dan secepat di luar perkiraan. 

Ketersediaan Pangan di Tengah Krisis Iklim

Bencana dari krisis iklim datang sangat cepat hingga mengejutkan ilmuwan, menarik perhatian dunia, dan mengancam makhluk hidup.Dalam pertemuan Global Center on Adaptation , dinyatakan bahwa perubahan iklim telah menekan produksi pangan global hingga 30%.Krisis iklim juga akan meningkatkan kemiskinan, kekurangan air, krisis pangan dan melonjaknya tingkat migrasi. Ketua GCA dan mantan Sekretaris Jenderal PBB Ban Ki-Moon mengatakan kepada Aljazeera, «Ini terjadi jauh, jauh lebih cepat dari yang kita kira, menyebabkan risiko dan dampak yang berjenjang. 

Mitigasi dan Adaptasi terhadap Perubahan Iklim

Selain menyerap karbon dioksida, hutan juga berfungsi sebagai daerah resapan air, sehingga meminimalisir terjadinya bencana kekeringan, banjir bandang, dan tanah longsor. Untuk itu, IDEP melakukan beberapa upaya perlindungan hutan sebagai bagian dari mitigasi perubahan iklim. Kehadiran Hutan Belajar tidak hanya sebagai media pembelajar, melainkan juga areal konservasi yang mencerminkan hubungan yang selaras antara lingkungan, sosial, ekonomi, dan budaya. Terbentuknya Hutan Belajar tidak terlepas dari keterlibatan masyarakat lokal yang turut menjaga ekosistem hutan itu sendiri. 

Masyarakat sekitar juga menerima pendampingan, terkait upaya mitigasi dan adaptasi terhadap perubahan iklim. Mereka diajak perlahan menjadi masyarakat yang tangguh, baik itu secara pangan maupun sumber daya manusia-nya. Dimulai dari pendampingan pembuatan kebun pekarangan keluarga, produksi produk pasca-panen, serta langkah-langkah mitigasi bencana. Pendampingan terhadap masyarakat lokal juga menjadi upaya adaptasi terhadap perubahan iklim. 

Mereka mulai mandiri dengan memperoleh kebutuhan dapur melalui kebun, mengolah hasil panen yang berlebih, memanfaatkan benih organik yang lebih tanah terhadap perubahan iklim, dan melakukan seed saving. Di Bali, IDEP juga mengupayakan ketangguhan masyarakat yang adaptif terhadap perubahan iklim melalui seed saving. Salah satunya, kerja sama dengan petani dari Pedawa, Buleleng.Beberapa benih yang berlebih pun dapat didistribusikan oleh IDEP. 

Konsep wanatani ini diproyeksikan menjadi contoh pengelolaan lahan berbasis keadilan iklim yang memasukan hak, kebutuhan,partisipasi masyarakat, dan keberlanjutan ekosistem sebagai pertimbangan utama. Untuk menerapkan konsep ini, IDEP akan mendukung masyarakat lokal dalam mengidentifikasi potensi dan zona yang ada. Food Forest menjadi konsep yang ideal dalam upayanya mewujudkan keadilan iklim dan keberlanjutan alam. Krisis iklim memaksa kita untuk mengambil langkah cepat dalam melakukan mitigasi dan adaptasi, maka «perlu adanya pembangunan kedaulatan pangan yang berarti menjaga kesehatan tanah dan keanekaragaman hayati,melihat kembali pengetahuan tradisional yang mengarah pada keberlanjutan pertanian, dan mendukung pengembangan benih lokal yang mampu beradaptasi dengan perubahan iklim,» ungkap Shefali Sharma dari Institute Kebijakan Pertanian dan Perdagangan.

Diatas adalah kesimpulan yang diperoleh dari press release Upaya Mitigasi dan Adaptasi terhadap Perubahan Iklim oleh IDEP Foundation.

 

Keterangan:

IDEP Foundation (Yayasan IDEP Selaras Alam) merupakan lembaga swadaya masyarakat yang bergerak dibidang permakultur dan penanggulangan resiko bencana. Melalui Hari Internasional Pengurangan Risiko Bencana ini, IDEP ingin mengajak masyarakat untuk bersama-sama melakukan langkah-langkah mitigasi dan adaptasi terhadap perubahan iklim yang tengah terjadi saat ini.

Informasi lainnya mengenai IDEP dapat dilihat melalui: http://www.idepfoundation.org/id/ & https://idep.bio.link/ 

Siaran Pers ini juga dapat dilihat di: https://bit.ly/HariInternasionalDRR_IDEP


Narahubung:

Arimpranata
Author : Arimpranata

Mempunyai passion dalam bidang investigasi, IT dan menulis. Gus Arim mencoba memberikan warna baru dalam informasi di Kabardewata.

Tuangkan Komentar Anda
Gunakan kode HTML berikut untuk format text: <a><br><strong><b><em><i><blockquote><code><ul><ol><li><del>
CAPTCHA Image
Reload Image
Berita Terkait