Ket foto: tinjauan mendadak Suharso Monoarfa ke Hanggar GMF Bali
Nusa Dua- Industri Maintenance, Repair, and Operation (MRO) anjlok dalam dua tahun terakhir.Hal tersebut dipicu penurunan intensitas penerbangan akibat pandemi Covid-19.
Namun situasi dunia yang kian membaik, membuat operasional penerbangan mulai meningkat dalam beberapa waktu terakhir.
Kondisi ini menjadi asa bagi PT. Garuda Maintenance Facility Aeoro Asia Tbk, selaku perusahaan yang berkecimpung di industri MRO.
Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN), Suharso Monoarfa menilai, industri MRO Tanah Air, utamanya Bali menyimpan potensi luar biasa.
"Bahwa untuk menguasai teknologi, pintu masuknya adalah di perawatan," katanya di sela-sela tinjauan mendadak di Hanggar GMF Bali, Jumat (25/3/2022).
Ia mencontohkan, seseorang yang ingin menguasai teknologi ponsel, harus terlebih dahulu mempelajari dan melatih diri soal handphone/mobile phone.
"Mereka latihan, kemudian mendapat sertifikasi, yang secara otoritas, mereka punya otoritas untuk membongkar, memperbaiki, dan seterusnya," sebutnya.
"Itu adalah jendela untuk menguasai knowledge dari teknologi melalui sebuah produk," imbuhnya.
Suharso mengakui, Indonesia perlu mendorong strategi penguasaan teknologi dengan penyediaan fasilitas.
Ia menyebut, hal itu sudah diwujudkan Garuda Indonesia melalui PT Garuda Maintenance Facility (GMF) Aero Asia (Tbk).
"Saya ingat tahun 80an GMF itu hebat sekali. Bahkan waktu itu mau dipisah, dan akan perusahaan sendiri, dan sangat diandalkan di Asia, karena populasi pesawat paling banyak di Indonesia," ungkapnya.
"Sehingga dengan demikian, perawatannya pun paling efisien seharusnya di Indonesia," lanjutnya.
Keunggulan ini, membuat Indonesia mendapatkan otoritas dari beberapa produsen mesin pesawat terbang, seperti Lockheed Martin, Airbus, BMW, dan Rolls Royce.
"Saya kira itu bagusnya peluang GMF," sebutnya.
Khusus di Bali, Suharso mengemukakan, GMF dapat menangkap peluang pasar dari kawasan timur Indonesia, Australia, Selandia Baru, dan negara pasifik lainnya.
"Saya kira itu bagus, karena populasinya besar. Karena kalau kita melakukan perawatan kan tergantung populasi," tegasnya.
"Jadi pengembangan sayap GMF kesini itu tidak salah. Dan mungkin karena pandemi saja masih sepi. Seharusnya setelah pandemi ini, Bali dibuka, dan sekarang saya lihat sudah mulai ramai, saya yakin akan membawa percepatan pemulihan Bali," pungkasnya.
Tuangkan Komentar Anda