Investasi Saham Bisa Bangun Dana Pensiun
Selama ini investasi saham masih tabu di kalangan masyarakat, karena belum literasi dan inklusi yang masih rendah. Padahal saham dan reksadana memberikan return yang lebih besar ketimbang investasi lainnya seperti deposito.
Agus Hely Setyono, Director PT Laxmi Dana Sejahtera, dalam media gathering OJK Regional 8 Bali Nusa Tenggara, di Buleleng, menjelaskan bahwa investasi saham dan reksadana sangat menjanjikan. “Bahkan sangat baik untuk dana pensiun,” jelasnya, Senin (17/12).
Hely, sapaan akrabnya, mengatakan seseorang harus mulai menyiapkan dana pensiun setidaknya sejak usia 30 tahun sehingga saat memasuki usia pensiun antara 50-60 tahun tidak perlu kembali bekerja keras dalam kondisi lanjut usia. “Sebab setelah pensiun kan kita perlu makan dan melanjutkan hidup,” tegasnya.
Sementara banyak orang yang tidak menyiapkan dana pensiun. Sehingga saat tua tetap bekerja keras dan tidak menikmati masa tua dengan beristirahat. “Berdasarkan penelitian rata-rata usia hidup wanita hanya sampai 73 tahun dan pria 71 tahun. Jika rata-rata dianggap usia manusia sekarang sampai 80 tahun, maka dari pensiun ada jeda waktu 20 tahun untuk melanjutkan hidup,” sebutnya.
Untuk itu, sarannya seseorang harus menyiapkan dana pensiun sejak dini. Agar saat usia tidak produktif bisa hidup dengan tenang tanpa menyusahkan orang lain. “Nah kalau bunga deposito hanya 1-3 persen per tahun. Sedangkan return saham minimal bisa sampai 15-20 persen, bahkan ada yang 50-100 persen kalau perusahaannya bagus,” katanya. Untuk itu, seseorang bisa menyisihkan dana dari gajinya dan dialokasikan untuk investasi saham agar mendapatkan imbal hasil maksimal dan bisa menjadi investasi jangka panjang atau dana pensiun.
Selain saham, ia berharap agar pekerja menyisihkan untuk tabungan dan dana mendesak. Begitu juga dengan dana lain untuk membayar utang, yang semuanya dituangkan ke dalam neraca keuangan pribadi. Simulasinya, jika seseorang setelah pensiun memerlukan Rp 5 juta per bulan maka dalam setahun dibutuhkan dana Rp 60 juta untuk menopang hidup. Angka ini dikalikan 20 tahun sisa masa hidup menghasilkan Rp 1,2 miliar. “Nah kalau dibutuhkan Rp 1,2 miliar maka yang perlu diinvestasikan per bulan adalah setidaknya 20 persen dari gaji untuk saham bisa Rp 300 ribu atau Rp 500 ribu sesuai gaji dan kemampuan keuangan,” sebutnya.
Investasi saham baik, kata dia, karena secara modal bisa dijangkau masyarakat banyak. “Apalagi sekarang pemerintah dan OJK menggalakkan Yuk Nabung Saham dengan dana hanya Rp 100 ribu,” katanya. Kemudian kedua sangat fleksibel, karena masuk dan keluar bisa dengan mudah. “Dan sangat likuid, rekening dan institusi jelas diawasi OJK. Kemudian return di Indoensia sangat besar,” jelasnya. Hanya saja untuk saham memang diperlukan edukasi yang terus menerus karena pergerakannya cukup fluktuatif khususnya bagi yang trading langsung.
“Resiko ekonomi gak bagus, politik tidak bagus juga berfungsi. Kalau politik tidak bagus tentu efek ke ekonomi ga bagus. Tapi tentu semua investasi ada resikonya,” tegas Hely. Tips mengambil saham, adalah harus diketahui profile perusahaan kemudian tujuan investasi saham. Termasuk mempelajari analisa teknikal dan fundamental.
Tuangkan Komentar Anda