Bursa Karbon Indonesia merupakan momentum bersejarah Indonesia dalam mendukung upaya Pemerintah mengejar target untuk menurunkan emisi gas rumah kaca (GRK) sesuai ratifikasi Paris Agreement.
Bursa karbon Indonesia menjadi salah satu bursa karbon besar dan terpenting di dunia karena volume maupun keragaman unit karbon yang diperdagangankan dan kontribusinya kepada pengurangan emisi karbon nasional maupun dunia.
Indonesia memiliki target menurunkan emisi GRK, sebesar 31,89 persen (tanpa syarat dan tanpa bantuan internasional) atau sebesar 43,2 (dengan dukungan internasional) dari tingkat emisi normalnya (atau Business As Usual) pada 2030.
Tahun depan akan ada 450 pembangkit yang kena (pembatasan karbon)," kata Kepala Divisi Pengembangan Bisnis 2 Bursa Efek Indonesia Ignatius Denny Wicaksono di sela menerima kunjungan media dari Bali di Jakarta, baru-baru ini.
Untuk mendukung pengembangan potensi itu, BEI melalui IDX Carbon berkomitmen untuk mengembangkan perdagangan karbon yang transparan, teratur dan sesuai dengan praktik dunia. Ada pun mekanisme yang dapat ditempuh di antaranya lelang, negosiasi, lelang berkelanjutan (reguler), dan melalui loka pasar (market place) yakni pemilik proyek mitigasi emisi dapat menjual unit karbon dengan harga yang telah ditentukan. Saat ini, lanjut dia, ada dua jenis pasar karbon yakni sistem perdagangan emisi salah satunya ditunjuk langsung pemerintah untuk membatasi emisi karbon.
Sesuai berlakunya UU No. 4 tahun 2023 tentang Pengembangan dan Penguatan Sektor Keuangan (P2SK), OJK memiliki kewenangan dalam mengatur dan mengawasi perdagangan karbon melalui Bursa Karbon di Indonesia.
Menurutnya, tujuan yang sangat penting dari perdagangan karbon di Indonesia, yaitu memberikan Nilai Ekonomi atas unit karbon yang dihasilkan ataupun atas setiap upaya pengurangan emisi karbon ini, guna tercapainya target NDC (Nationally Determined Contributions) dari pemerintah Indonesia dan optimalisasi potensi Indonesia sebagai negara produsen unit karbon.
Tahun ini, kata dia, ada 170 pembangkit listrik yang menggunakan dengan bahan bakar berbahan batu bara dan rencananya pada 2025 ada sekitar 450 pembangkit listrik tenaga serupa yang dibatasi karbonnya dengan jumlah kuota tertentu. Ignatius menambahkan pasar karbon kedua yakni dibuka untuk pasar karbon sukarela atau semua pihak dapat berkontribusi menurunkan emisi karbon
"Jadi siapa saja atau daerah mana saja bisa membuat proyek penurunan emisi. Itu bisa menjual unit karbon dan ini bisa mendorong pemerataan," ucapnya
Tuangkan Komentar Anda