Salah satunya Mangsi Coffee di Jl Hayam Wuruk Denpasar yang mulai buka 2013. Namun, pada 5 Juli 2014 Mangsi Coffee justru merayakan ulang tahun ke-10. Lho, kok?
Usut punya usut, Mangsi Coffee memang sudah memproduksi kopi sejak sepuluh tahun lalu. Sedangkan, kedai kopi Mangsi Coffee baru dibuka tahun lalu.
“Sepuluh tahun itu pabriknya. Sebenarnya Mangsi berawal dari pabrik kopi yang berdiri pada 2004. Tapi, baru pada 2013 kami percaya diri untuk mendirikan coffee shop sendiri,” ungkap Windu Segara, pemilik Mangsi Coffee.
Dalam rangka menyambut hari ulang tahun ke-10, Mangsi Coffee menggelar “Mangsi Virus Coffee Fever”. Acara ini sukses mengumpulkan anak-anak muda Bali di Mangsi Coffee hingga semua meja terisi penuh. Sembari merayakan ulang tahun, pengunjung menikmati penampilan Black Revolver, Pygmy Marmoset dan Bayu Cuaca.
Hal menarik lainnya, pengunjung juga mendapatkan kopi gratis.
“Malam ini kita bisa menikmati signature coffee secara gratis. Kami meracik kopi ini dengan bahan yang tidak biasa, seperti cengkeh, kurkuma, arak dan lain-lain. Bahan-bahan itu adalah olahan dari alam Bali sendiri. Kami ingin mengenalkan kopi Bali dengan campuran sumber daya alam yang ada di Bali,” ujar Windu.
Setelah sepuluh tahun berdiri, Mangsi Coffee terus menghadirkan racikan kopi yang inovatif. Mangsi Coffee berusaha menciptakan produk yang lain dari yang lain. Seluruh menu di Mangsi Coffee adalah hasil kreativitas tim barista yang handal. Bahkan, Windu mengaku perlu waktu dua tahun lamanya untuk membuat satu racikan kopi.
Kedai kopi kini menjadi tren baru di kalangan anak muda Denpasar. Banyaknya kedai kopi yang bermunculan tentu akan menimbulkan persaingan. Namun, Windu tak merasa takut dengan munculnya kedai kopi lain. Windu justru mendukung fenomena ini.
“Saya melihat memang semakin banyak coffee shop di Denpasar. Saya mendukung hal ini, sebab budaya minum kopi semakin meluas. Pada dasarnya kan setiap orang Bali punya kebiasaan minum kopi sehari-hari. Tapi belum menjadi tren. Saya berharap virus Mangsi ini membuat minum kopi asli Bali menjadi pembaharuan budaya di Denpasar,” tutup Windu. [b]
Tuangkan Komentar Anda