Perhimpunan Dokter Spesialis Kedokteran Jiwa Indonesia Cabang Denpasar menjadi tuan rumah Denpasar Psychiatric Symposium 1 dengan Tema "Mental Health Tourism, Suicide & Addiction" digelar pada Jumat (10/5/2024) di Bali Sunset Road Convention Center, Badung.
Bali sebagai pusat pariwisata dunia tidak dapat terlepas dariberbagai tantangan terkait kesehatan mental, seperti kasusbunuh diri dan masalah kecanduan.
Semua menyadari bahwa pariwisata memberikandampak, baik positif maupun negatif.
Di satu sisi, pariwisata telah memberikan banyak manfaat bagi perekonomian dan kesejahteraan masyarakat Bali. Namun, di sisi lain, terdapatpermasalahan yang harus kita hadapi bersama, terutama dalambidang kesehatan mental.
Sekda Kota Denpasar Alit Wiradana mengatakan beban yang ditimbulkan akibat masalah kesehatan jiwa cukup besar bahkan menimbulkan dampak sosial.
Antara lain meningkatnya angka kekerasan baik di rumah tangga maupun di masyarakat umum, kejadian bunuh diri, penyalahgunaan Napza (Narkotika Psikotropika Dan Zat Adiktif Lainnya), masalah dalam perkawinan, pekerjaan, masalah pendidikan. Semua dampak tersebut akan mempengaruhi produktivitas dan kualitas hidup seseorang.
Disebutkan profil Kesehatan Kota Denpasar tahun 2023 menunjukkan data kenaikan pelayanan Orang Dengan Gangguan Jiwa (ODGJ) setiap tahunnya. Hal ini membutuhkan kesadaran dan perhatian kita bersama. Saat ini saja jumlah ODGJ Berat yang dilayani di Kota Denpasar sebanyak 1.163 orang.
Pemkot Denpasar selama ini berupaya melakukan pencegahan dan pengendalian masalah kesehatan jiwa di Kota Denpasar secara masif dan komprehensif dengan melibatkan seluruh lintas sektor mulai dari upaya promotif, preventif, kuratif maupun rehabilitatif.
Kepala Dinas Kesehatan Kota Denpasar, dr. Anak Agung Ayu Agung Candrawati menjabarkan, pemerintah sudah membentuk Tim Pelaksana Kesehatan Jiwa Masyarakat. TPKJM berintikan personel satuan polisi pamong praja, dinas kesehatan, dinas sosial dan badan penanggulangan bencana daerah (BPBD).
Tim ini bertugas menangani orang dengan masalah kejiwaan (ODMK) dan orang dengan ganguan jiwa (ODGJ).
"Jadi ketika ada gangguan jiwa yang terlantar atau pun di tempat-tempat umum, tim inilah yang bergerak. Yang pertama kali bergerak adalah Satpol PP. Karena dalam bentuk pengamanan," jelas Kepala Dinas Kesehatan Kota Denpasar di Bali Sunset Road Convention Center.
"Setelah itu baru berkoordinasi dengan OPD (organisasi perangkat daerah) terkait. Kemudian kalau memang diperlukan penanganan yang gawat darurat, itu ditangani dulu, biasanya ke Rumah Sakit Wangaya, setelah tenang baru dirujuk ke Rumah Sakit Jiwa Bangli," lanjutnya.
Selain itu, Pemerintah Kota Denpasar telah mendirikan Rumah Berdaya sebagai wadah bagi ODGJ. Keberdaan Rumah Berdaya diharapkan dapat mempercepat pemulihan bagi orang dengan gangguan jiwa.
Pola penanganan komprehensif itu diklaim sebagai kepedulian Pemerintah Kota Denpasar terhadap permasalahan kesehatan jiwa.
"Ada tempat untuk keterampilan misalnya membuat dupa atau pun baju-baju atau lainnya. Dan di sana ada tempat untuk memajang semacam showroom, dan masyarakat bisa membeli di sana," jelasnya.
"Jadi Denpasar sudah membuat wadah atau tempat untuk pasien-pasien yang sebelumnya ODGJ, sudah dalam perawatan, yang sudah bagus, jadi bisa dioptimalkan kemampuannya, sehingga bisa bermanfaat bagi dirinya sendiri dan orang lain," pungkasnya.
Ketua Perhimpunan Dokter Spesialis Kedokteran Jiwa Indonesia (PDSKJ) Cabang Denpasar dr. I Gusti Rai Putra Wiguna Sp.KJ mengatakan seminar ini juga menjadi sarana untuk mengurangi stigma seputaran isu-isu kesehatan mental, membuka dialog terbuka, dan mendorong kolaborasi antara berbagai pihak termasuk lembaga kesehatan, pemerintah, dan masyarakat umum.
"Dengan cara ini diharapkan dapat tercipta lingkungan yang lebih inklusif dan mendukung individu yang mengalami masalah psikiatri, khususnya di bidang pariwisata, suicide, dan adiksi," sebutnya.
Tema yang diangkat terkait pariwisata kesehatan mental, bunuh diri dan adiksi menurutnya adalah isu krusial yang membutuhkan perhatian serius, terutama di daerah pariwisata seperti Bali. Sebagai pusat pariwisata dunia, Bali tidak dapat terlepas dari berbagai tantangan terkait kesehatan mental, seperti kasus bunuh diri dan masalah kecanduan.
"Kita semua menyadari bahwa pariwisata memberikan dampak, baik positif maupun negatif. Di satu sisi, pariwisata telah memberikan banyak manfaat bagi perekonomian dan kesejahteraan masyarakat Bali. Namun, di sisi lain, terdapat permasalahan yang harus kita hadapi bersama, terutama dalam bidang kesehatan mental," jelasnya.
Dari 148 kasus bunuh diri tahun 2023 sebagian dilakukan oleh Warga Negara Asing (WNA) yang tinggal dan berlibur di Bali dan sebagian besar lainnya adalah warga Bali sendiri. Selain itu, masalah kecanduan, baik narkoba maupun alkohol, juga menjadi permasalahan yang semakin mengkhawatirkan di kalangan pekerja pariwisata dan masyarakat sekitar.
Sementara Ketua Panitia Psychiatric Symposium 1, Dr. Luh Nyoman Alit Aryani, dr., Sp.KJ., Subsp. Ad. (K) mengatakan seminar psikiatri di bidang suicide dan adiksi ini didasarkan pada kebutuhan meningkatnya kesadaran dan pemahaman terhadap masalah kesehatan mental.
Seminar ini diikuti 169 peserta yang terdiri para dokter umum, psikiater spesialis dari seluruh Indonesia baik dari Bali sendiri, Nusa Tenggara Timur (NTT) Papua, Kalimantan dan Pulau Jawa. Diharapkan melalui seminar para profesional ini dapat menambah keterampilan dalam menangani kasus bunuh diri dan adiksi.
Kasus kejadian bunuh diri atau suicide dalam 10 tahun terakhir semakin meningkat dan tidak jarang kasus suicide ini sering berkorelasi dengan adiksi atau penyalahgunaan zat narkotika, psikotropika, dan adiktif lainnya," ujarnya.
Maka, itu dengan melibatkan para ahli di bidang psikiatri, psikologi, dan rehabilitasi, seminar ini bertujuan untuk menyediakan wawasan mendalam, strategi pencegahan dan intervensi terkini dalam penanganan kasus suicide dan adiksi.
Tuangkan Komentar Anda