Pertanian Bali Harus ada Sentuhan Teknologi 

Pertanian Bali Harus ada Sentuhan Teknologi 

Hingga triwulan I-2021, pertumbuhan ekonomi Bali bahkan masih terkontraksi dengan minus 9,85 persen (yoy).

Pakar Ekonomi dari Universitas Pendidikan Nasional Prof Dr Ida Bagus Raka Suardana, SE, MM mengatakan untuk menggeliatkan kembali sektor pertanian Bali di tengah kondisi pandemi COVID-19 haruslah dengan disertai sentuhan teknologi.

"Selama pandemi ini, jika kita berharap banyak dari pariwisata tentu akan sulit. Oleh karena itu, diperlukan transformasi ekonomi di di sektor non-pariwisata, salah satunya melalui pertanian," kata Prof Raka Suardana di acara Capacity Building (Capbul) Media yang digelar Kantor Perwakilan BI Bali di Denpasar, Selasa, (22/6/2021).

Prof Raka mengatakan tidak cukup lagi pertanian jika dikembangkan dengan cara-cara konvensional, yang identik dengan kesan kotor sehingga membuat generasi muda enggan menggelutinya.

Dia mencontohkan betapa komoditas salak dari Sibetan, Kabupaten Karangasem, ketika panen harganya sangat murah sehingga tak jarang petani sampai enggan untuk memanen.

"Beda halnya dengan apel di daerah Malang, Jawa Timur, yang juga diolah menjadi berbagai macam keripik sehingga dapat meningkatkan nilai tambah dan membuat petani lebih sejahtera. Begitu juga dengan sentuhan teknologi yang dimanfaatkan Komunitas Petani Muda Keren di Kabupaten Buleleng," ucap Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Undiknas itu.

Di samping itu, kata dia, sejumlah komoditas pertanian seperti vanili, kakao, kopi dan manggis agar potensi ekspornya lebih digenjot lagi sebagai strategi bertahan di tengah kondisi pandemi. 

Menurut dia, pemerintah pun harus mendukung dengan sejumlah kebijakan dan penganggaran yang berpihak pada sektor pertanian.

"Pandemi menyebabkan ekonomi Bali sangat terpuruk karena 68 persen PDRB-nya dari sektor tersier (jasa), sedangkan sektor pertanian hanya rata-rata 14 persen. Padahal dulu pertumbuhan ekonomi Bali selalu di atas rata-rata nasional," ucapnya.

Selain sektor pertanian, Prof Raka menambahkan, transformasi ekonomi yang dapat dilakukan diantaranya dengan pengembangan ekonomi kreatif berbasis budaya dan berbasis teknologi informasi, kemudian refocusing pariwisata untuk sektor-sektor potensial dan sebagainya.

"Seperti yang kita ketahui, selain pertanian, sektor ekonomi yang masih bergerak di Bali dari sisi UMKM diantaranya usaha kuliner, industri rumahan, industri kreatif dan event organizer. Kemudian di sektor industri berupa pengolahan hasil pertanian dan pengolahan hasil laut," paparnya.

Sementara itu, Deputi Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bali Rizky Ernadi Wimanda mengatakan diperlukan sinergi berbagai komponen untuk menggeliatkan ekonomi Bali yang mengalami keterpurukan dari dampak pandemi COVID-19.

"Ada peran-peran pemerintah pusat, ada peran Kemenpar, ada peran Kementerian Koperasi dan UMKM, pemerintah daerah dan sebagainya," ucapnya.

Sedangkan Bank Indonesia, lanjut Rizky, wilayahnya ada di kebijakan moneter, sistem pembayaran dan makroprudensial, termasuk stabilisasi nilai Rupiah.

"Bank Indonesia tentu tidak bisa langsung memberikan kredit kepada UMKM karena itu melanggar undang-undang," ucapnya didampingi Deputi Direktur Kantor Perwakilan BI Bali Donny H Heatubun yang selaku moderator.

 

Okantara
Author : Okantara

Sudah melang melintang di dunia media dari lulus kuliah. IB Okantara adalah salah satu founder dari Kabardewata.

Tuangkan Komentar Anda
Gunakan kode HTML berikut untuk format text: <a><br><strong><b><em><i><blockquote><code><ul><ol><li><del>
CAPTCHA Image
Reload Image
Berita Terkait