BI Bali Optimis Ekonomi Bali Positif Tahun 2021

BI Bali Optimis Ekonomi Bali Positif Tahun 2021

Sesuai keputusan Rapat Dewan Gubernur tanggal 18 Februari 2021, Bank Indonesia menurunkan suku bunga kebijakan BI 7-Day Reverse Repo Rate (BI7DRR) sebesar 25 bps, menjadi 3,50%. Suku bunga Deposit Facility dan suku bunga Lending Facility masing-masing juga diturunkan, menjadi 2,75% dan 4,25%.

Pertumbuhan positif diperkirakan akan dimulai pada triwulan II 2021 sehingga secara keseluruhan tahun 2021 perekonomian diperkirakan tumbuh positif. Optimisme terhadap pertumbuhan positif didukung oleh perkiraan selesainya proses pemberian vaksin kepada warga Bali yang disertai dengan menurunnya kasus covid-19 sehingga mengembalikan aktivitas ekonomi di berbagai sektor, termasuk aktivitas konsumsi, investasi, kinerja fiskal, ekspor dan impor.

Disebutkan bahwa pemulihan ekonomi Bali dinilai lebih lambat dibandingkan perekonomian nasional mengingat Bali yang bergantung kepada sektor pariwisata. 

Menurut Deputi Kepala Perwakilan wilayah Bank Indonesia (KPwBI) Provinsi Bali, Rizki Ernadi Wimanda, hasil tracking sampai triwulan I 2021 menunjukkan bahwa pemulihan berlangsung lebih lambat dibandingkan perkiraan sebelumnya. 

"Wisatawan Nusantara kami perkirakan pulih lebih awal dan berpotensi menjadi penopang pariwisata Bali. Dan kunjungan wisman kami proyeksikan baru akan kembali pulih pada 2024,"ujar Rizki Ernadi Wimanda Dalam acara Obrolan Santai BI Bareng Media (OSBIM) yang digelar Kantor Perwakilan wilayah Bank Indonesia (KPwBI) Provinsi Bali yang  didampingi Donny H. Heatubun dan Ekonom Ahli Grup Perumusan dan Implementasi KEKDA, M. Setyawan Santoso, di Denpasar, Selasa,(23/2/2021).

Sementara itu, Kepala Perwakilan BI Provinsi Bali, Trisno Nugroho menjelaskan,"tingkat suku bunga tersebut adalah yang paling rendah sejak Bank Indonesia mulai memberlakukan BI7DRR sebagai suku bunga acuan pada 2016," ujar Trisno Nugroho. 

Ia menjelaskan bahwa keputusan tersebut konsisten dengan prakiraan inflasi yang tetap rendah dan stabilitas nilai tukar Rupiah yang terjaga, serta sebagai langkah lanjutan untuk mendorong momentum pemulihan ekonomi nasional. 

BI juga berkoordinasi dengan Pemerintah dan Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK) dengan fokus pada upaya untuk mengatasi permasalahan sisi permintaan dan penawaran dalam Paket Kebijakan Terpadu untuk Peningkatan Pembiayaan Dunia Usaha dalam rangka Percepatan Pemulihan Ekonomi.

Dan untuk mendukung implementasi program Pemulihan Ekonomi Nasional, dari awal tahun hingga 16 Februari 2021, BI telah melakukan pembelian SBN di pasar perdana sebesar Rp 40,77 triliun, yaitu Rp 18,16 triliun melalui mekanisme lelang utama dan Rp 22,61 triliun melalui Greenshoe Option (GSO).

Selain itu, menurut Trisno Nugroho, BI juga melakukan penambahan likuiditas di perbankan (quantitive easing) sebesar Rp 23,81 triliun.

Ia juga menyampaikan bahwa disamping keputusan terkait suku bunga, Bank Indonesia juga mengambil beberapa langkah kebijakan. 

Mendukung pengembangan ekosistem ekonomi dan keuangan digital yang inklusif dan efisien khususnya UMKM dalam rangka mendorong pemulihan ekonomi, termasuk Gerakan Nasional Bangga Buatan Indonesia (Gernas BBI) dan Gerakan Bangga Berwisata Indonesia (GBWI) dengan memperpanjang MDR QRIS 0 persen bagi usaha mikro hingga 31 Desember 2021, perluasan akseptasi QRIS 12 juta merchant dengan kolaborasi bersama PJSP.

Lalu Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah serta mendorong kolaborasi e-commerce, UMKM dan Pemerintah untuk memperkuat daya saing produk UMKM domestik baik untuk penjualan dalam negeri maupun ekspor.

"Terkait perekonomian Bali terkini, ekonomi Bali pada triwulan IV 2020 tumbuh -12,21 persen (yoy), sedikit membaik dibanding triwulan sebelumnya sebesar -12,32 persen (yoy). Secara keseluruhan tahun, ekonomi Bali tumbuh -9,31 persen pada tahun 2020. Dari sisi penggunaan, kontraksi tahunan tertinggi terjadi pada komponen impor luar negeri (-78,34 persen), ekspor luar negeri (-76,23 persen), investasi (-12,21 persen), dan konsumsi rumah tangga (-3,65 persen). Sementara konsumsi pemerintah masih tumbuh positif 0,17 persen (yoy)," ungkapnya.

Sedangkan dari sisi lapangan usaha, menurut Trisno Nugroho, hampir seluruhnya mengalami pertumbuhan negatif dengan kontraksi tahunan terdalam pada lapangan usaha transportasi dan pergudangan (-31,79 persen), akomodasi makan dan minum (-27,52 persen) serta pengadaan listrik, air, dan gas (-16,49 persen).

Lebih jauh Trisno Nugroho menyampaikan bahwa pertumbuhan positif diperkirakan akan dimulai pada triwulan II 2021 sehingga secara keseluruhan tahun 2021 perekonomian diperkirakan tumbuh positif. 

"Optimisme terhadap pertumbuhan positif didukung oleh perkiraan selesainya proses pemberian vaksin kepada warga Bali yang disertai dengan menurunnya kasus Covid-19 sehingga mengembalikan aktivitas ekonomi di berbagai sektor, termasuk aktivitas konsumsi, investasi, kinerja fiskal, ekspor dan impor," ucap Trisno Nugroho. 

Kemudian Ia juga merekomendasikan lima langkah strategis. Pertama, mendorong pelaku pariwisata untuk memperoleh sertifikat CHSE untuk meyakinkan bahwa Bali siap menerima wisatawan. Kedua, mendorong UMKM onboarding sehingga memperluas pemasaran. Ketiga, mempercepat realisasi belanja daerah. 

Keempat, mendorong sektor pertanian untuk menerapkan GAP (Good Agriculture Practice), menggunakan teknologi digital dalam berproduksi (digital farming) dan memasarkan produknya melalui e-commerce. Dan kelima, mendorong pembayaran secara non tunai, utamanya menggunakan QRIS. 

Tuangkan Komentar Anda
Gunakan kode HTML berikut untuk format text: <a><br><strong><b><em><i><blockquote><code><ul><ol><li><del>
CAPTCHA Image
Reload Image
Berita Terkait