Tradisi Ngerebong – Ngurek di Kesiman

Tradisi Ngerebong – Ngurek di Kesiman

Ngerebong ataupun Ngurek salah satu tradisi yang ada di Bali yang dilakukan umat Hindhu tepatnya di Pura Pangrebongan, Desa Kesiman, Denpasar. Selain tradisi unik lainnya oleh tetangga dekatnya di desa Sesetan yang dikenal dengan upacara omed-omedan, ternyata di Denpasar memiliki warisan budaya dari nenek moyang yang prosesi pelaksanaanya masih tetap digelar sampai sekarang ini.

 Ngerebong dalam bahasa daerah setempat berarti berkumpul, sehingga pada saat ngerebong ini diyakini saat berkumpulnya para Dewa. Tradisi ini dirayakan setiap 6 bulan, penaggalan kalender Bali yakni pada hari Minggu/ Redite Pon, wuku Medangsia. Perayaan di  tahun 2013 ini  jatuh pada hari Minggu tgl 14 April 2013.

Awal dari rangkaian upacara ini, umat melakukan persembahyangan bersama pada siang hari menjelang prosesi ngerebong digelar, pembukaan diawali denganpenyisiran jalan oleh petugas pecalang yang merupakan petugas keamanan tradisional dan juga oleh polisi.

Kemudian warga mengarak Barong yang merupakan perlambang kebaikan bagi masyarakat/ umat Hindhu dan diarak menuju Pura Pengerebongan, umat juga keluar dari Pura mengelilingi wantilan sebanyak tiga kali. Sebagai masyarakat yang mengikuti ritual ini mulai kerasukan/ trance ada yang berteriak, menangis, menggeram dan menari dengan diiringi musik tradisional beleganjur.

 Saat kerasukan, warga yang sedang kerasukan melakukan tindakan sangat berbahaya, yakni menghujamkan keris di dada, leher bahkan ubun-ubun, namun mereka tidak ada yang terluka, meskipun telah dihujamkan keris berkali-kali, kekuatan magis dari roh yang menguasai mereka memang membuat mereka seolah-olah kebal tidak terlukai oleh senjata. Kerasukan ataupun kerauhan bisa terjadi pada siapa saja yang terlibat dalam ritual ini.

Jika anda sedang wisata di Bali dan ingin menyaksikan prosesi ini, dan ingin masuk ke areal pura, anda harus menggunakan pakaian adat madya untuk masuk kawasan suci, dan pantangan bagi seorang wanita yang sedang datang bulan memasuki areal pura.Beberapa ruas jalan ditutup untuk pengguna kendaraan bermotor.

Tradisi Ngurek juga disebut Ngunying, dibeberapa pura lainnya di pulau Dewata, diwajibkan untuk melaksanakan ritual ini dan dipercaya sebagai manifestasi dari pengabdian kepada Ida sang Hyang Widi Wasa. Upacara selesai setelah Pemangku (pemimpin upacara) menyiratkan tirta/ air suci ke warga yang sedang kerauhan, dan mengijinkan roh yang menempati badan kasar manusia kembali ke alamnya.

Sumber : wisata.balitoursclub.com

Tuangkan Komentar Anda
Gunakan kode HTML berikut untuk format text: <a><br><strong><b><em><i><blockquote><code><ul><ol><li><del>
CAPTCHA Image
Reload Image
Berita Terkait