Pasokan listrik Bali Masuki Fase Krisis Pelindo III Siapkan LNG

Pasokan listrik Bali Masuki Fase Krisis Pelindo III Siapkan LNG

Pasokan listrik Bali memasuki fase krisis, penggunaan bahan bakar minyak untuk pembangkit listrik dinilai kemahalan. Maka itu Bali ditawarkan sumber energi lain untuk meminimalkan biaya operasional yaitu dengan penggunaan bahan bakar gas. Pihak Pelindo III Benoa pun sedang meneliti paket pabrik LNG (Liquid Natural Gas) yang rencananya dibangun di kawasan Benoa, dan saat ini tengah menunggu rekomendasi dari Walikota, Gubernur dan masyarakat Bali.

"Begitu Pak Gub oke, Pak Wali oke, masyarakat oke, kita bikin. Itu bangunannya sendiri perlu waktu sekitar 14 bulan paling cepat," ujar Direktur Utama Pelindo III Djarwo Surjanto saat ditemui  dalam sebuah acara di Kuta.

LNG yang dibangun untuk mengatasi krisis listrik di Bali
Bali, kata Djarwo harus dibicarakan terlebih dahulu dengan masyarakat Bali, terutama untuk menentukan lokasi LNG. "Ini kan jadi persoalan masalah LNG, gas untuk listrik. Karena Bali sekarang listriknya kurang. Pelabuhan diminta supaya bantu Indonesia Power, membantu PLN supaya bisa mendatangkan gas. Ini kan kami harus bicarakan dong dengan masyarakat. Kalau kita bikin instalasi gas itu dimana," terangnya.

Ada dua opsi yang ditawarkan Pelindo III untuk proyek LNG, yaitu dibangun di atas lahan atau dibuat terapung (floating). "Kalau floating, jadi kalau ada apa-apa gampang ditarik ke laut. Ini kan kita lagi bicarakan. Tapi bahwa Bali perlu gas itu ia. Kalau tidak, listrik di Bali akan semakin krisis," ungkapnya.

Mengenai pendanaan, kata Djarwo pihaknya siap kapanpun diperlukan. Ketika sudah ada kesepakatan dari masyarakat Bali menerima proyek LNG tersebut, opsi manapun yang dipilih pihaknya siap dengan pendanaan. "Masyarakat oke, opsi mana mau dipilih langsung kita siapkan dananya," ungkapnya.

Secara pribadi, Djarwo mengatakan lebih aman kalau LNG dibuat secara floating. Namun pihaknya tidak punya wewenang untuk memutuskan. "Saya pribadi lebih aman kalau floating, cuma saya juga kan pekerja. Apapun keputusannya ya saya ikuti," ujarnya.

Ketika dikaitkan dengan Pelabuhan Benoa yang akan dijadikan kawasan wisata tirta, khususnya sebagai tempat berlabuh kapal-kapal cruise, menurut Djarwo proyek LNG akan dibangun pada lokasi yang tidak mengganggu. "Ya disekitar pulau Serangan itu. Nanti lokasi mana yang paling tidak menggangu kegiatan orang, tidak mengganggu bakau tapi mendatangkan manfaat, tempat itu yang dipilih. Bahwa gangguan ada pasti dong, wong tadinya gak ada jadi ada. Gangguan pasti ada, tapi gangguannya minimum," ucapnya.

Yang jelas pihak Pelindo III siap bergerak ketika sudah ada kesepakatan dari masyarakat Bali. Ketika sudah sepakat, pembangunan fisik LNG diperkirakan rampung sekitar 14 bulan. "Kalau pilih floating kan tidak pakai lahan, pipa tok," imbuhnya

Sementara terkait ditunggunya rekomendasi proyek LNG dari Walikota Denpasar IB Rai Dharma Wijaya Mantra, Kabag Humas dan Protokol Pemkot Denpasar IB Rahoela mengatakan Walikota ingin supaya proyek tersebut dikaji lebih dalam. "Pak Wali ingin dikaji lebih dalam tentang keberadaan LNG di Benoa supaya tidak membawa dampak negatif. Harus diperhitungkan dengan matang," jelasnya

Tuangkan Komentar Anda
Gunakan kode HTML berikut untuk format text: <a><br><strong><b><em><i><blockquote><code><ul><ol><li><del>
CAPTCHA Image
Reload Image
Berita Terkait