Nimpung

Nimpung

Seperti Perang makanan, demikian suasana tradisi unik nimpung di Nusa Penida. Saling lempar makanan  sesama warga yang berasal dari sesaji ( red : persembahan ) yang telah haturkan. Sorak sorai sambil melemparkan Jajan, buah-buahan, ikan bakar dan tidak terkecuali ayam panggang ke warga desa yang lain.

Saling tantang pun terjadi, tawar menawar untuk melempar dan dilempari makanan. Ada senang dilempar ketika makanan yang dilemparkan lezat , mengenai  tubuh tidak terlalu sakit seperti ayam bakar.  Tidak sedikit pula ada mengaduh kesakitan saat yang dilempar dengan kencang, terlebih yang dilempar apel dan  salak.

Suara tawa pun membuncah ditengah keramaian nimpung yang unik. Apabila tradisi  nimpung dilestarikan,  tentunya  menjadi atraksi wisata unik di Nusa Penida, seperti  siat sampaian   di Kintamani atau perang tomat di Perancis.

Suasana nimpung  tersebut juga terjadi di Desa Pekraman Semaya Nusa Penida. Tepat pada  Anggar Kasih Tambir, Buda Kliwon Enyitan nimpung diadakan di sebelah timur Bale Banjar Semaya. Masyarakat Desa Pekraman Semaya berkumpul di bawah pohon asem tempat nimpung berlangsung. Mereka duduk rapi melingkar  menghadap ke padmasana perempatan Desa.

Banten dan sesajen dihaturkan ke Ide Bhatara-bhatari ( red : dewa-dewi )dipimpin seorang pemangku. Mantra teruncar, suara genta memecah pagi yang cerah itu. Setiap Keluarga telah menyiapkan pajegan berisi  buah-buahan, berbagai  ikan dan ayam bakar  yang dipajang berjejer.

Setelah pemangku nyakap banten, dilanjutkan persembahyangan bersama. Panca sembah pun dilaksanakan, dilengkapi dengan nunas tirta sekaligus bija sebagai simbol anugerah dari Hyang Widhi. Setelah dirasa semua siap, bendesa adat ( red : kepala adat ) dengan menggunakan pengeras suara, mengajak masyarakat mengambil pajegannya masing-masing  untuk dipangku. Sejurus kemudian bendesa adat kembali mengumumkan dengan bahasa Nusa Penida “yen tiang maang aba-aba mare nimpung jalanang” ( red : kalau saya memberi aba-aba baru dimulai ).

Setelah semua siap, Bendesa Adat memberi aba-aba , “jani ( red : sekarang ) “.  Masyarakat mulai saling lempar dengan makanan yang dicabut  dari pajegan yang dipangku. Perang makanan  itu berlangsung satu jam,  diiringi canda tawa. Diakhir acara semua mendapatkan makanan dari milik peserta nimpung lainnya,   seperti barter ( red :saling tukar ).

Tuangkan Komentar Anda
Gunakan kode HTML berikut untuk format text: <a><br><strong><b><em><i><blockquote><code><ul><ol><li><del>
CAPTCHA Image
Reload Image
Berita Terkait