Beda Versi Kisah Kebo Iwa antara Bali dan Jawa

Beda Versi Kisah Kebo Iwa antara Bali dan Jawa

CERITA Kebo Iwa sebetulnya tidak hanya dikenal di Bali. Kisah Kebo Iwa juga dikenal di kalangan masyarakat Jawa, khususnya Jawa Timur. Kisah Kebo Iwa versi Jawa ini sesungguhnya tidak jauh berbeda dengan versi Bali. Akan tetapi, ada sedikit perbedaan dari sudut pandang, terutama menempatkan faktor penyebab datangnya Kebo Iwa ke Jawa.

Kisah Kebo Iwa versi Jawa Timur ini ditemukan dalam buku karangan R.J.L. Russendrager yang berjudul Residentie Passaroeng yang dicetak dalam tahun 1840 Masehi. MM Sukarto K. Atmodjo dalam tulisannya berjudul Ki Kebo Iwa (Lembaga Purbakala dan Peninggalan Nasional, Gianyar Bali, 1974) menyebutkan yang dimaksud sebagai Passaroeng dalam buku Russendrager itu yakni Pasuruan.

Diceritakan di Majapahit ada seorang putri cantik bernama Putri Jejawi. Putri cantik ini konon tidak minum susu dari ibunya, melainkan susu kerbau, domba dan sapi. 

Ketika berumur 15 tahun, secara diam-diam sang putri pergi meninggalkan istana dan bertempat tinggal di dekat Pandakan (Jawa Timur) serta membuat rumah di Desa Jejawi. Tempat itu kini terkenal dengan candinya bernama Candi Jawi. 

Kecantikan sang putri terkenal ke mana-mana, termasuk sampai ke Bali. Seorang prajurit yang sangat sakti, Kebo Suwo Yuwo pun terpesona. Dia sampai memutuskan datang ke Jawa untuk melamar sang puteri. Di dekat Jejawi, Kebo Suwo Yuwo mendiriukan sebagai sebuah desa bernama Suwo Yuwo. 

Putri Jejawi tidak suka dengan Kebo Suwo Yuwo. Namun, sang putri takut menolak lamaran tersebut. Karenanya, sang putri pun mencari akal agar bisa menghindari pernikahan dengan Kebo Suwo Yuwo. Dia meminta kepada Kebo Suwo Yuwo agar dibuatkan sebuah sumur yang dalam. 

Karena memang ingin mendapatkan sang putri, Kebo Suwo Yuwo pun bersedia memenuhi permintaan itu. Mulailah dia menggali sebuah sumur yang dalam. Karena sumur itu sangat dalam, sampai-sampai suara ayam berkokok tidak bisa terdengar. 

Setelah diketahui sumur yang tergali sudah sangat dalam, Putri Jejawi memanggil anak buahnya supaya menimbuni sumur tersebut dengan batu-batu besar. 

Kebo Suwo Yuwo pun sadar dengan apa yang sesungguhnya diinginkan Putri Jejawi. Akhirnya, Kebo Suwo Yuwo mengatakan dengan jujur bahwa dirinya tidak akan mau kalau hanya ditimbun dengan batu, melainkan dengan ditimbun ranting dan garam. Putri Jejawi pun memerintahkan anak buahnya menimbun sumur tersebut dengan ranting serta garam. Kebo Suwo Yuwo pun langsung tewas di dalam sumur. 

Cerita ini masih diyakini masyarakat di sekitar Candi Kawi. Tiga buah arca wanita di candi tersebut diyakini menggambarkan Putri Jejawi. Selain itu, di Desa Suwo Yuwo juga terdapat sebuah sumur kuno yang masih berair. Menurut peta purbakala, Desa Suwo Yuwo terletak di antara Desa Purwosari dan Pandakan. 

Versi Jawa ini memang tidak menyebut nama Kebo Iwa. Namun, Kebo Suwo Yuwo dalam cerita ini tampaknya menunjukkan Kebo Iwa yang dikenal di Bali. Yang menarik dicermati, motif Kebo Iwa pergi ke Jawa dalam cerita ini digambarkan karena tertarik pada kecantikan Putri Jejawi. Sementara pada versi Bali disebutkan kedatangan Kebo Iwa ke Jawa karena tipu daya Gadjah Mada. 

Perbedan versi ini tentu menunjukkan perbedaan pandangan Bali dan Jawa mengenai Kebo Iwa. Versi Jawa seolah menempatkan kedatangan Kebo Iwa ke Jawa sebagai peristiwa kecil yang tidak ada kaitan dengan urusan politik kedua kerajaan yang bertetangga. Sebaliknya versi Bali memberi penekanan pada muatan politis Majapahit untuk menaklukkan Bali dengan segala daya upayanya, termasuk dengan tipu muslihat.


Ditayangkan sebelumnya dari situs I Made Sujaya
Tuangkan Komentar Anda
Gunakan kode HTML berikut untuk format text: <a><br><strong><b><em><i><blockquote><code><ul><ol><li><del>
CAPTCHA Image
Reload Image
Berita Terkait