Sepasang Kaos Kaki Hitam Bagian 16

Sepasang Kaos Kaki Hitam Bagian 16

"HUUAA.....JAM SETENGAH SEMBILAAN!!" setengah berteriak gue bangun dan menatap jam dinding.

"berisik. gue juga tau," kata Indra dengan santai sambil kucek-kucek mata.

"lo kok nggak bangunin gue dul?"

"nih, lo liat gue juga masih ileran noh.." dia menunjuk mulutnya. "gue juga baru bangun."

gue pandangi lagi jam dinding. berharap dengan begitu jarum-jarumnya akan berputar mundur. tapi gue tau itu nggak mungkin. hari ini pertama kalinya gue bangun kesiangan di hari kerja.

"santai aja lah nggak usah dibikin panik," kata Indra lagi. dia rebahkan diri di kasur.

"busett..kesiangan gini malah nyantai?!"

"terus mau ngapain? maksain berangkat? kebayang nggak gimana bos lo bakal ngomelin plus maki-maki lo gara-gara dateng terlambat dua jam?"

gue diam. sepertinya gue mendapat pembenaran dari statement Indra.

"so?" tanya gue pelan.

"tidur lagi."

gue diam lagi. masih memikirkan mana yg lebih baik..memaksakan berangkat dan mendapat 'kopi anget' dari bos yg galak atau melanjutkan tidur seperti kata Indra. menganggap hari ini adalah hari kemerdekaan sehingga sekolah diliburkan.

"ngapain puyeng-puyeng? tinggal bilang aja kalo kita sakit. beres kan?"

"sakit kan mesti ada surat keterangan dari dokternya?"

"halaaah...gampang itu mah. bayar sepuluh rebu juga dapet kertas gituan mah."

gue masih berpikir.

"kelamaan mikir lo," kata Indra. "udah lo tau beres aja. entar sore gue bikinin surat sakit buat elo."

"serius lo dul?"

"dua rius, empat, lima, serebu rius gue jamin deh!" dia tertawa lebar.

"asli nggak nih? gue kan nggak pernah bolos gawe. gue nggak pengalaman kayak gituan."

Indra mengacungkan jempol tangannya.

"tenang aja," katanya.

dan terbujuk kata-kata Indra akhirnya gue rebahan lagi di kasur. terlanjur kesiangan Ri, ngapain berangkat? kira-kira kalimat itu yg menghibur gue dari kegalauan. maklum aja, selama enam bulan ini absen gue di kantor sangat baik. baru kali ini gue nggak masuk.

"eh, gimana sama si cewek itu?" mendadak gue ingat Mevally.

"mana gue tau? kan tadi gue udah bilang gue baru bangun. lo coba cek deh ke kamer gue, jangan-jangan dia kabur."

"kenapa sih kalo bagian yg kayak gitu pasti gue yg kena?"

"yaelaah.....timbang ngecek doang jual mahal amat lo? kagak ada pahalanya pisan."

"lo deh yg liat."

"ya udah anggep aja tuh cewek masih ada di kamer gue. beres kan?"

"ah, elo mah suka ngegampangin masalah."

"lha, daripada gue bikin susah? pilih yg mana hayoo??"

gue mendengus kasar.

"iya..iya...gue yg ngecek."

gue lalu beranjak keluar menuju kamar sebelah. pintunya masih tertutup. dengan pelan gue buka pintu dan mendapati wanita itu sedang duduk bersandar ke dinding kamar. sebagian rambutnya menutupi wajahnya dengan mata terpejam.

"hey, met pagii..." gue coba menyapanya.

hening. nggak ada jawaban. padahal gue yakin dia mendengar suara gue.

"met pagii Va.." gue ulangi salam gue.

matanya terbuka. dan dia menatap gue. cuma ada kengerian sendiri melihat tatapannya. gue tunggu dia menjawab salam gue.

"kok nggak jawab salam gue?" gue masih pura-pura menganggap dia nggak mendengar suara gue tadi. "met pagi..."

senyum di wajah gue hilang mendapati kamar tetap hening. wanita itu belum mau mengucapkan sepatah kata pun. hanya sebuah tatapan tajam yg nyaris menusuk menembus kepala gue.

"bangun jam berapa tadi?" gue masih sok ramah. malah sekarang gue duduk di tepi kasur.

sh*t !
wanita ini masih membisu !

"sabar Ri...sabar......" gue dalam hati.

gue alihkan pandangan dari matanya. aneh memang ditatap dengan cara seperti itu. sambil berjaga-jaga siapa tau wanita ini melakukan hal ekstrim, gue mengajaknya bicara lagi.

"lo laper nggak? dari kemaren belum makan kan?" gue ingat nasi goreng semalam yg membusuk di pojok kamar gue.

guys, dia masih clep diem! cewek macem apa sih sebenernya dia???

"gue beliin sarapan ya? nasi atau bubur?"

aaaaarrrgggghh..!!! sumpah pengen banget gue getok kepala tuh cewek! dia bener-bener nggak nanggepin gue yg udah cape ngomong?!

"ya udah gue beliin bubur aja ya," entah kenapa mulut dan hati gue nggak kompak banget.

gue bergegas ke kamar gue, cuci muka lalu turun keluar ke warung nasi langganan gue. biasanya di sana juga sekalian jual bubur. tapi katanya buburnya udah habis jadi ya terpaksa gue jalan ke depan gang ke tempat mangkal tukang bubur sop.

dari sana gue balik ke kamar membawa dua bungkus nasi uduk buat gue dan Indra, serta sekantong kecil bubur sop buat cewek aneh plus nyebelin itu.

"nih, silakan dimakan." gue menyodorkan mangkuk berisi bubur dan segelas air dari dispenser. "kalo udah makan, lo minum obatnya. nih obatnya."

gue sodorkan bungkusan obat ke dekat mangkok.

"nggak perlu gue suapin kan?" canda gue.

sepi.

"ah, cape juga ngomong nggak diladenin! serah lo deh!" gue kesal.

gue masuk ke kamar gue dan langsung melahap nasi uduk tanpa sela, menghiraukan ekspresi keheranan Indra. mending Ndra, lo cuma heran. gue nih cape plus kesel daritadi ngomong nggak diladenin!!

"dasar cewek aneh!" omel gue dalam hati. 


Ditayangkan sebelumnya dari situs haha.hehe
Tuangkan Komentar Anda
Gunakan kode HTML berikut untuk format text: <a><br><strong><b><em><i><blockquote><code><ul><ol><li><del>
CAPTCHA Image
Reload Image
Berita Terkait