Sepasang Kaos Kaki Hitam Bag. 6

Sepasang Kaos Kaki Hitam Bag. 6

gue tapaki anak tangga menuju kamar. tiba di anak tangga terakhir mata gue terpaku pada sosok wanita yg duduk di beranda sambil memandang kosong ke depan seperti biasanya. malam sudah larut saat gw balik mengantar Echi, dan wanita itu seolah tidak peduli dengan dingin angin ataupun gigitan nyamuk di lengannya. dia benar-benar seperti patung.

gue masuk ke kamar dan menutup pintu tanpa menyapa wanita berkaos kaki hitam itu. lalu gue mulai berguling di atas kasur mencoba mencari posisi yg pas untuk segera tidur. lima menit...sepuluh...duapuluh....sampai setengah jam, mata gue enggan terpejam.

gue duduk. memandang hampa atap kamar lalu memutuskan keluar untuk sekedar menghirup udara segar. dan wanita itu masih di tempatnya. sama persis posisi duduknya seperti yg terakhir gw lihat.

"nih," gue menyodorkan lotion anti nyamuk kepadanya. ada lebih dari lima ekor nyamuk yg sedang asyik menyedot darah di lengan kirinya.

"..............."

wanita itu diam. bola matanya bahkan nggak bergeser satu milimeter pun dari tempatnya.

"ya udah gue aja yg pake," kata gue, lebih tepatnya pada diri sendiri. semenit kemudian kulit gue sudah terlindung dari nyamuk.

gue pandangi wajah wanita itu, lalu mencoba mengikuti arah pandangan matanya. hanya menatap deretan lampu-lampu di kejauhan sana.

"ngeliatin apa sih mbak?" tanya gue.

sunyi.......

"lagi sariawan ya?" kata gue lagi.

tetap sunyi..........

"mau kopi?"

masih sunyi...............

"udaranya dingin banget yah?"

"sendal jepit gue putus."

"tadi di jalan tukang nasi gorengnya brewokan."

aaaahhh.....mulut gue nyaris berbusa mencoba berbicara pada wanita itu tapi tetap nggak ada jawaban satu huruf pun dari mulutnya.

gue mulai kesal. gue masuk kamar, mengambil gitar dan kembali ke beranda lalu duduk di tepian tembok. tanpa memedulikan orang di sebelah gue mulai bernyanyi. ada lagu yg liriknya tepat sekali untuk menyindir wanita ini. sebuah lagu yg waktu itu lagi in banget. dengan sedikit serak tapi banyak fals nya gue coba menyanyikan 'Pelangi di Matamu' milik Jamrud.

"tigapuluh menit kita di sini tanpa suara..."

gue yakin lirik awal lagu ini ngena banget. itu kalau dia mendengarkan.

"dan aku resah...harus menunggu lama...kata darimu......"

gue terdiam. suaranya terdengar dalam. ya, wanita di samping gue tanpa gue duga melanjutkan liriknya. kedua mata gue melongo menatap wajahnya. dia samasekali nggak bergerak dari tempatnya duduk, hanya bibirnya yg tipis terbuka perlahan melantunkan lirik lagu.

gue speechless. jari-jari gue mendadak kaku untuk memetik senar di tangan gue. tapi wanita itu tetap bernyanyi meski tanpa iringan gitar dari gue.

setelah bisa menguasai diri lagi gue kembali memetik gitar membiarkan dia yg bernyanyi. memang ada beberapa kata dalam liriknya yg salah tapi over all ini adalah lagu yg indah dinyanyikan di malam hari bareng seorang wanita.

tepat saat lagu selesai wanita itu turun dari duduknya, tanpa memandang gue, lalu beranjak ke kamarnya. lampu dimatikan. dan hanya hening yg tersisa sekarang.

sampai detik ini gue masih belum yakin kalau yg tadi itu benar-benar terjadi. mimpi apa gue denger dia nyanyi sementara untuk bicara pun dia pelit.

"woy..belom tidur lo?" Indra tiba-tiba muncul dan membuyarkan lamunan gue.

"eh, tadi dia di sini lho. di sebelah gue. kita nyanyi bareng malah, lagunya Jamrud itu lho! yg jam dinding nya bisa ketawa," gue mencecar Indra dengan antusias yg agak berlebih.

Indra geleng kepala sambil elus-elus dadanya.

"gue juga sebenernya pengen ketawa," katanya sambil berjalan mendekati gue. "awalnya gue pikir lo becanda waktu bilang ketemu cewek itu, tapi kayaknya lo beneran deh."

"kan gu..."

"beneran gila lo!" sela Indra. "mana? mana cewek itu sekarang? gue jadi prihatin sama lo. besok kita ke psikiater deh, kalo nggak dukun aja buat periksain otak lo yg mulai jereng itu."

"gue serius, Dul."

"serius gila nya? hahaha..."

gue tarik napas panjang. lagi-lagi percuma untuk mendebat Indra.

"udah deh jangan bahas itu. gimana tadi sama Echi nya?" tanya Indra mengalihkan topik.

"engga gimana-gimana kok. biasa aja."

"biasa kayak gimana maksud lo?"

"setau gue yg namanya 'biasa aja' ya nggak gimana-gimana deh."

"itu kata elo. kalo kata gue, kayaknya lo suka deh sama dia. iya kan?"

"ah, ngasal aja lo."

"alaah...sama gue aja pake rahasia-rahasiaan." Indra menyalakan rokoknya. "terus gimana kelanjutannya?"

"tau deh, ketemu aja nggak tau kapan."

"makanya beli HP doong biar bisa SMS an. canggihan dikit napa? nih kayak gue," Indra mengeluarkan Nokia 3315 nya. (jaman segitu ni HP masih tergolong kelas atas cuy! gue aja belom punya HP saat itu)

"tuh liat bisa bikin gambar sendiri. canggih kan??" lanjut Indra menunjukkan layar monochrome kuning bergambar sebuah logo nama dirinya. saat itulah ada panggilan masuk. Indra segera ke kamarnya.

tinggal gue sendirian lagi. cukup lama gue termangu menatap pintu kamar itu. dan akhirnya gw habiskan malam dengan menyanyikan lagi lagu itu berkali-kali.


Ditayangkan sebelumnya dari situs haha.hehe
Tuangkan Komentar Anda
Gunakan kode HTML berikut untuk format text: <a><br><strong><b><em><i><blockquote><code><ul><ol><li><del>
CAPTCHA Image
Reload Image
Berita Terkait