Romantis, Diantara Aku dan Dia | Bagian 2

Romantis, Diantara Aku dan Dia | Bagian 2

Aku terperanjat dari tempat dudukku. Bagaimana mungkin ? Wajahnya seperti Reina, mataku tidak  bermasalah, itu memang dia. "Halo, pak. Nama saya Rani. Aku baru saja lulus dari tes sekretaris dan aku lulus menjadi sekretaris anda, pak." Namanya Rani tapi wajahnya kok mirip dengan Reina, apakah dia kembarannya ? "Baiklah, Rani. Kamu saya terima. Tapi apakah kamu punya kembaran ?" Sial, aku salah ngomong pula. Dia terlihat bingung, "Maaf Rani. Lupakan saja. Sekarang kamu boleh pulang. Besok baru bekerja." Dia tersenyum kemudian pergi. Senyuman persis seperti Reina, 10 tahun yang lalu.

"Mimpi apa gue semalam ?" Jam kerja sudah selesai, saatnya kembali ke rumahku. Rumahku tidak terlalu besar karenaaku mau menghemat uang dulu. Di pikiranku masih terbayang Rina, mengapa dia memiliki kemiripan muka yang sama dengan Reina ? Bahkan dari cara berjalannya, cara ngomongnya, semua sama. Apakah dia Reina ? Tidak, Reina sudah meninggal dunia, tak mungkin hidup kembali.

Tok... tok... tok... Suara pintu yang diketuk semakin mengangguku. "Siapa ?" Kubuka pintunya dan ternyata tak lain ialah Rani sendiri. "Mengapa kamu datang kesini ? Mengapa kamu tahu alamat rumahku ?" "Sorry bos, kedatanganku kali ini untuk menyerahkan artikel ini. Kata wakil, dia ingin aku membawakan artikel ini. Saya tahu rumah bapak dari wakil juga." Dia kembali tersenyum membuat pikiranku kembali memikirkan Reina kembali. Rasa bersalahku kembali muncul. "Pak, mengapa tidak menjawab ?" "Ohh maaf, akan kuambil artikelnya. Mau masuk ?" "Maaf pak, sudah mau hujan. Aku mau pulang dulu." Dia pun permisi dan berlari keluar "Rani! Mau kuantar tidak ?" Dia tidak menjawab, kurasa dia tidak mendengarnya.

Keesokan harinya, aku bertemunya di kantin kantor. Dia bercanda dengan teman-temannya. Dan tentu saja, aku kembali melihat kemiripannya dengan Reina. Semakin hari semakin mirip dan tentu saja membuatku semakin curiga. Suatu hari ketika semua karyawanku sudah ulang termasuk Rani, aku mengikutinya dari belakang. Tiba-tiba dia membelakangi dan tentu saja melihatku. Sial, mengapa teknik mengikutiku sangat payah ? "Ada apa, pak ?" Dia bingung dan aku frustasi, entah mau menjawab apa. "Ini, saya cuma takut kamu diculik soalnya sekarang banyak kasus penculikan lagipula kamu cuma sekretarisku satu-satunya." So sweet ya tapi dalam hatiku sudah berkecamuk bahkan seperti mau keluar pula. Rani tersenyum kemudian berkata, "Jangan cemas, pak." Dia melangkah pergi dan menjauh.

Meninggalkanku dalam harmoni kecurigaan yang semakin menusukku ini. Dia semakin melangkah. Apakah dia adalah jelmaan dari Reina ? Apakah aku bisa memacarinya kembali dan tidak mengulangi kesalahanku lagi, 10 tahun yang lalu ? Pertanyaan itu semakin banyak di pikiranku. Akhirnya kuputuskan untuk mencintainya kembali agar semua perasaan bersalahku itu hilang dan tentu saja untuk memperbaiki kesalahan terbesarku.

Keesokan harinya, aku berusaha menmbaknya persis seperti aku menembak Reina, 10 tahun yang lalu. Dia agak malu-malu tetapi aku tahu dalam hatinya berkata ya. Dia mulai menjadi pacarku saat itu. Setelah 5 tahun pacaran, kami memutuskan menikah dan akhirnya kita menikah dengan resepsi pernikahan yang mewah. Saat yang bahagia telah tiba, Rani hamil dan aku sangat bahagia karena akhirnya aku punya keluarga dan penerus perusahaan ini. Di pikiranku kembali terbayang Reina, "Reina, aku akan membahagiakanmu dengan cara ini." Tekadku dalam hati.

9 bulan berlalu dan Rani melahirkan anakku dengan selamat tetapi sejak saat itu, tingkahnya menjadi aneh. Bila dia selalu periang maka hari ini dia selalu pendiam dan dingin. Dia sudah tidak seperti Reina, dia sudah berubah. Suatu hari, aku mendengarkan kabar mengejutkan. Rumahku diserang perampok tetapi ternyata Rani cukup kuat, dia ternyata sedang memegang pisau sehingga dengan mudah ia menyerang sang perampok dan sekarang perampoknya kritis. Aku pun menghampirinya di kantor polisi dan memeluknya, dia berkata kepadaku "Sayang, kukira itu kamu. Aku sedang menunggumu ternyata bukan kamu melainkan perampok." "Tenang, Rani. Kau aman sekarang."

Dan hari itu....

 


Ditayangkan sebelumnya dari situs Clusm
Tuangkan Komentar Anda
Gunakan kode HTML berikut untuk format text: <a><br><strong><b><em><i><blockquote><code><ul><ol><li><del>
CAPTCHA Image
Reload Image
Berita Terkait