Menunggu Pelangi Bagian 2 (Tamat)

Menunggu Pelangi Bagian 2 (Tamat)

Suatu hari Pelangi sedang sakit, dan meminta agar Arsyil tidak menjemputnya dan pada saat yang bersamaan mereka marahan entah apa penyebabnya. Mereka lost contact, tidak ada pesan singkat mau pun chat Line yang membuat senyum Pelangi mengembang ketika jam tidur menjelang. Semuanya bersifat dingin dan membuat suasana nyaman yang mereka ciptakan menjadi beku. Mereka hanya saling gengsi untuk memulai, hanya saling menunggu untuk dihubungi duluan padahal mereka saling butuh dan saling mencemaskan satu sama lain. Begitu pun dengan perasaaan mereka berdua, saling memendam tanpa ada pengakuan dan kepastian. Padahal mereka merasakan sesuatu yang sama. Kenyamanan yang tercipta sejak kejadian waktu hujan itu membuat mereka saling sayang dan cinta, membuat mereka tak ingin jauh satu sama lain. Mereka hanya saling menunggu.

Pelangi memang memiliki penyakit Leukimia yang kapan saja bisa membuatnya down da ia tidak menceritakannya kepada Arsyil, ia takut kalau misalnya Arsyil mengetahuinya, Arsyil menjauhinya. Leukemia yang bersarang di tubuh Pelangi semakin jahat membuat kondisinya melemah dan ia dilarikan ke rumah sakit tanpa sepengetahuan Arsyil. Sudah tiga hari Pelangi dirawat dan Arsyil tak kunjung menghubungi Pelangi padahal di saat kondisi seperti ini, Pelangi berharap ada Arsyil yang selalu ada di sampingnya.

Pada hari keempat Pelangi di rumah sakit, kondisinya tak menunjukkan perubahan yang membaik. Dia malah masuk ke ruang ICU. Handphone Pelangi pun berdering, nama Arsyil muncul di layarnya. Namun saat itu, Pelangi tidak bisa menjawab panggilan Arsyil, jadi Nenek yang menjawabnya. Tidak ada percakapan panjang antar Nenek dan Arsyil di telepon. Setelah mendengar kabar dari Nenek, Arsyil sangat kaget dan terpukul mengetahui keadaan Pelangi. Tanpa pikir panjang ia langsung mengambil jaket lalu mengarahkan motornya ke rumah sakit tempat Pelangi dirawat.

Di rumah sakit, Arsyil disambut dengan muka sedih Kakek dan Nenek Pelangi, meskipun mereka berusaha menutupinya dengan senyuman. Kini Arsyil sudah berdiri di samping tempat tidur Pelangi. Pelangi terbangun, merasakan kehadiran Arsyil. Pelangi masih bisa berkomunikasi namun suaranya sangat kecil dan agak terbata-bata.
“Kamu? Kenapa ada di sini? Kenapa kamu bisa tahu? Aku kira kamu sudah tak memikirkan aku lagi.”
“Jujur, hari ini rinduku memuncak. Aku tidak tahu harus bagimana lagi. Aku meneleponmu dan Nenek yang menjawabnya, Nenek memberitahuku kalau kamu sedang dirawat di rumah sakit. Hari-hariku sepi tanpa celotehanmu. Jangan pikir ketika aku marah kayak gini, aku berhenti untuk memikirkanmu? Itu salah, kamu selalu ada di sini Pelangi” Arsyil meraih tangan Pelangi dan meletakkannya di atas dadanya.

“Apa kamu bilang? Rindu? Aku selalu ada di hatimu?” Pelangi bingung namun ada perasaan senang karena apa yang ia rasakan, dirasakan pula oleh Arsyil.
“Iya Pelangi, setelah kejadian itu, aku merasa ada sesuatu yang berbeda, kamu membuatku mengerti cinta, sayang, dan rindu. Aku merasa kalau aku selalu ingin bersamamu. Aku menyayangimu. Selama kita dekat, kenapa kamu tidak pernah cerita tentang penyakitmu?”
Pelangi terdiam, air matanya pun jatuh membasahi bantal. “Dengan waktu yang sesingkat ini kamu sudah berkata yang seperti itu? Aku.. aku menyembunyikannya karena aku takut, nanti kalau kamu tahu, kamu menjauhiku.”

Arsyil menghapus air mata yang ada di pipi Pelangi dan berkata, “Pelangi, apapun kondisimu, aku tidak akan meninggalkanmu, bahkan aku akan menjagamu.”
“Aku juga tidak mau jauh dari kamu. Perasaan kita sama, aku menyayangimu. Tapi apa kamu tidak takut? Penyakit yang ada di tubuhku ini bisa kapan saja membawaku ke pangkuan Tuhan.” Air mata Pelangi semakin deras.
“Aku tidak takut kok. Tenanglah sayang, jangan berkata seperti itu, itu juga membuatku semakin sedih. Aku selalu ada di sini, di samping kamu. Udah, jangan nangis lagi yah. Wajah kamu tidak cantik lagi karena kena air mata. Ini kan sudah malam, sudah waktunya kamu beristirahat.”
“Iyah, janji yah. Kamu pulang aja dulu, besok pagi kamu ke sini, ada Kakek dan Nenek kok yang nungguin aku.”
Berhubung jam besuk rumah sakit telah selesai, Arsyil pamit dengan Kakek dan Nenek Pelangi. Arsyil pulang dengan perasaan sedih karena harus meninggalkan Pelangi dan berjanji besok ia akan kembali.

Pagi harinya, Arsyil kembali ke rumah sakit. Ia terkejut, karena ia melihat keadaan genting di sana. Kakek dan Nenek Pelangi sudah panik, dokter dan suster sedang berusaha menyadarkan Pelangi. Tapi usaha dokter tak membuahkan hasil, takdir berkata lain, Pelangi menghela napas terakhirnya. Arsyil merasakan kepedihan yang sangat dalam. Mengapa orang yang baru ia cintai begitu cepat diambil oleh Tuhan. Apa dia yang terlambat mengutarakan perasaannya, karena termakan oleh gengsi? Dia baru saja merasakan kebersamaan lalu seketika diganti dengan kehilangan. Cinta datang terlambat. Selepas kepergian Pelangi ia sesekali duduk di tepi danau, tempat kesukaan mereka berdua, mengenang segalanya menunggu hujan turun dan menikmati pelangi setelah hujan.


Ditayangkan sebelumnya dari situs Nur Fauziah Rahman
Tuangkan Komentar Anda
Gunakan kode HTML berikut untuk format text: <a><br><strong><b><em><i><blockquote><code><ul><ol><li><del>
CAPTCHA Image
Reload Image
Berita Terkait