Cinderella’s After Story Bagian 2

Cinderella’s After Story Bagian 2

Ian menceritakan kisah hidupnya dan juga alasannya meninggalkan aku dulu. Aku hanya diam menatapnya, aku tak tahu mungkinkah aku masih mencintainya atau cintaku sudah ku serahkan semua pada Almar? memandangi Ian membuat jantungku berdebar bukan karena adanya Ian tapi lebih kepada ketakutanku ada orang yang melihatku berduaan dengan Ian. Walau bagaimanapun aku seorang istri sekarang dan sungguh bukan hal baik jika berduaan dengan pria lain. Aku melirik sekeliling dan Ian bergantian hingga aku tak bisa terlalu fokus mendengar cerita Ian.

“Sofia, aku masih mencintaimu.”
Deg, deg, deg jantungku berpacu kencang mendengar pernyataaan cinta Ian. Aku menatap ke arahnya mencari kebohongan dari ucapannya tapi yang ku lihat hanya sebuah ketulusan tergambar jelas di matanya. Aku tak bisa berkata apa pun, di satu sisi aku sangat bahagia mengetahui masih ada seseorang yang mencintaiku, di sisi lain aku sudah berstatus istri dari seseorang dan meskipun orang itu tidak mencintaiku tapi aku sudah memberikan cintaku untuknya. Ian tidak meminta jawaban apa pun dariku tapi dia hanya meminta aku memberinya waktu untuk kita bisa melewati hari-hari bersama dalam waktu sebulan karena dia akan tinggal di kota ini selama sebulan dan dia yakin bahwa waktu yang akan kami lewati mampu membangkitkan rasa cinta yang lebih dalam di hati kami. Aku hendak membantah dan mengatakan keadaanku tapi Ian tak memberi aku kesempatan untuk bicara dan mengatakan dia akan menungguku di tempat ini besok hingga aku datang.

Aku bingung harus melakukan apa, Ian tak pernah ingkari janji dia pasti datang ke tempat itu dan menungguku, haruskah aku datang? Aku melirik Almar yang asyik dengan laptopnya tanpa mempedulikan aku yang berada di hadapannya sejak tadi. Meskipun aku mencintainya tapi selalu diabaikan seperti ini lama-lama membuatku lelah juga. Waktu kebersamaan kami menginjak bulan keempat tapi aku merasa waktu yang ku lalui begitu lambat dan melelahkan.

Entah setan apa yang berbisik di telingaku hingga sekarang aku berdiri di samping Ian dan menerima uluran tangannya untuk menggenggam tanganku. Aku tidak tahu ini sebuah perselingkuhan atau bukan tapi di samping Ian aku merasa menjadi wanita paling bahagia di dunia. Ian membawaku ke tempat wisata dan sepanjang jalan kami berpegangan tangan mengingat kembali masa SMA yang kami lewati bersama dalam jalinan kasih percintaan. Waktu yang ku habiskan bersama Ian membuatku lupa kalau aku wanita yang sudah bersuami. Seperti permintaan Ian setiap hari kami bertemu dan menghabiskan waktu bersama seperti sepasang kekasih. Menjelang malam Ian mengantarku sampai depan kompleks perumahan milik Almar, dengan berbagai alasan aku menolak jika Ian mau berkunjung ke rumahku, yah tentu saja aku belum gila membawa kekasihku ke rumah suamiku apa kata orang nanti kalau aku melakukannya.

Setiap hari aku keluar rumah untuk bertemu dengan Ian bahkan di akhir pekan saat Almar ada di rumah. Almar sama sekali tidak peduli padaku dan sibuk dengan dunianya sendiri. Aku sadar mungkin ini salah, seharusnya aku mengakhiri pernikahanku dulu baru mulai berkencan bukan seperti ini tapi apa mau dikata ini sudah terlanjur terjadi tapi aku mungkin akan menyelesaikan ikatanku dengan Almar setelah Ian pergi dan aku yakin Ianlah jodohku.

Hari itu Ian mengajakku menghadiri pernikahan teman kami waktu SMA, pestanya memang di malam hari dan karena keasyikan ngobrol sana-sini dengan teman masa SMA aku jadi lupa waktu. Jam sudah menunjuklan pukul 10 malam ketika kami pulang dari pesta itu, aku beruntung tak ada satu pun temanku yang tahu statusku sebenarnya dan malah mendoakan aku segera menikah dengan Ian. Karena hari sudah sangat gelap Ian memaksaku untuk mengantar hingga depan rumahku.

Aku tidak bisa menolak dan mengiyakan saja, di dalam hati aku terus berdoa semoga Almar sudah tidur hingga tak perlu bertemu dengan Ian dan aku. Sampai depan rumah ternyata doaku tak terkabul karena ternyata Almar sudah berdiri tegak di depan pintu dengan sorot mata tajam. Aku menarik napas panjang dan ke luar perlahan dari mobil Ian. Ian berdiri di hadapanku dan wajahnya semakin dekat denganku tapi tiba-tiba saja seseorang menarikku menjauh.

“Apa yang akan kau lakukan pada istri orang?” tanya Almar marah.
Ian terlihat menatap Almar bingung. “Wanita yang baru saja kau antar pulang adalah wanita bersuami dan aku suaminya.”

Ian melotot tak percaya dan melihat ke arahku, aku mencoba menjelaskannya tapi Almar langsung menarikku untuk masuk ke rumah. Aku hanya bisa menatap Ian berharap Ian mengerti arti tatapanku. Aku bisa melihat sorot mata terluka di mata Ian dan dia langsung masuk ke mobilnya tanpa mendengar panggilan dariku. Aku menghempaskan tangan Almar yang dari tadi menuntunku, aku mencari handphone dalam tasku untuk menghubungi Ian dan menjelaskan semuanya tapi Almar malah membanting handphoneku hingga tak terbentuk. Aku melotot kaget atas tindakannya dan akhirnya kemarahanku tak dapat ku bendung lagi dan akhirnya aku mengeluarkan segala kemarahanku padanya dengan isakan tangis. Almar tidak menanggapiku dan malah mengurungku di kamar. Aku masih marah-marah dan menggedor pintu tapi Almar seakan tuli dan tak menghiaraukanku akhirnya aku hanya bisa menangis.

Berhari-hari aku habiskan untuk menangis dan marah-marah tapi Almar seakan tak peduli dan malah sekarang dia berani menciumku ketika dia berangkat dan pulang dari kantor.

Hari ini hari kepulangan Ian, aku harus menemuinya dan menjekaskan semuanya sebelum dia pergi. Meskipun Almar melarangku untuk ke luar rumah tapi aku nekat untuk ke luar dan menemui Ian.

Di stasiun ternyata kereta yang membawa Ian sudah berangkat dan aku hanya bisa melihat Ian dengan sorot mata terlukanya sekilas dari jendela kereta.

Aku hanya bisa menangis meratapinya. Di dunia ini mungkin hanya Ian pria yang mencintaiku tapi aku justru menyia-nyiakannya karena keegoisan dan kebohonganku. Seseorang memelukku dari belakang dan membisikkan kata maaf berulang kali padaku. Aku berbalik dan melihat Almar tersenyum padaku. Aku melepaskan pelukannya dan berjalan menjauh darinya, Almar terus mengikutiku dan mengucapkan kata maaf berulang kali dan mengatakan dia tak bisa melihat aku bersama pria lain karena dia juga mencintaiku, aku mengabaikan ucapannya tapi karena dia bersuara cukup keras jadi orang-orang di stasiun pun dapat mendengar ucapannya.

Semua orang melihat ke arah kami jadi mau tak mau aku mendekat padanya dan menyuruhnya berhenti bicara. Almar menatapku dan menyuruhku untuk melihat ke sekeliling stasiun yang ternyata penuh dengan permintaan maaf dan pernyataan cintanya padaku. Aku menutup mulutku tak percaya bagaimana mungkin Almar yang selalu bersikap datar dan dingin padaku melakukan hal sebesar ini hanya untukku. Semua orang di stasiun bersorak meminta aku memaafkan dan menerima cinta Almar. Aku menangis terharu dan mengangguk ke arah Almar, dia tersenyum dan membawaku ke pelukannya. Dia mengucapkan kata maaf dan cinta berulangkali ke telingaku dan membuatku menangis terharu. Semua orang bersorak menjadi saksi bersatunya cinta kami.

The End


Ditayangkan sebelumnya dari situs Nina
Tuangkan Komentar Anda
Gunakan kode HTML berikut untuk format text: <a><br><strong><b><em><i><blockquote><code><ul><ol><li><del>
CAPTCHA Image
Reload Image
Berita Terkait