The Lost Child (Part I)

The Lost Child (Part I)

Kemampuan transfer memori yang ane miliki ternyata membawa peranan ane di organisasi semakin meningkat. Di tahun ke dua ane aktif di organisasi, ane menggunakan kemampuan ini dengan sebaik-baiknya. Ane sering dipercaya untuk melakukan transfer memori agar lebih mengenal masalah-masalah yang dihadapi organisasi. Transfer memori selain untuk mempelajari hal-hal yang bersifat masa lalu juga berfungsi untuk membersihkan atau menghancurkan memori yang rusak atau terhambat dari seorang anggota organisasi.

Caranya nggak terlalu sulit, yang penting kita hanya perlu untuk tetap fokus dan bisa bertahan dalam prosesnya. Kita berperan sebagai tokoh atau seseorang yang berjuang bersama si klien untuk melakukan perubahan memori. Kejadian yang cukup berkesan adalah ketika ane harus berhadapan dengan dark memori atau memori yang terkontaminasi entah darimana asalnya

Perkenalan ane pertama kali dengan dark memori adalah ketika ane diminta bantuan untuk memeriksa memori seorang anak dari salah satu petinggi organisasi. Si orangtua merasa perlu dilakukan proses pembersihan memori karena sejak kematian saudara kandung si anak, anak tersebut jadi lebih banyak bengong dan mengatakan hal-hal yang enggak jelas. Beberapa anggota organisasi sudah mencoba untuk melakukan pembersihan memori namun selalu gagal karena mereka nggak “senatural” ane (itu kata orang organisasi).

Namanya Mark, usianya kira-kira lima tahun. Ia hanya menatap kosong ketika bertemu dengan ane. Orangtuanya sempat khawatir transfer memori nggak akan bisa dilakukan. Tapi saat itu, Kak L yang mendampingi ane berusaha menenangkan. Dan memang benar transfer memori akhirnya bisa berjalan. Tetapi, prosesnya cukup melelahkan bagi ane.

Dari tatapan kosongnya, ane tiba di semacam tempat yang memiliki pemandangan serba pucat nggak jelas. Saat itu ane nggak merasakan keberadaan Mark. Pemandangan yang ane lihat adalah deretan rumah-rumah yang tertata rapi. Ada jalanan yang cukup panjang di depan rumah-rumah tersebut. Ane berusaha berorientasi dan mengenali lingkungan ini. Setelah beberapa saat ane tetap tidak bertemu seorangpun disana. Mungkin memang karena pikiran anak itu kosong.
“ siapa kamu ? “

Ane mendengar suara orang bertanya, dan lumayan kaget juga saat melihat sesosok mahluk yang nggak terlalu jelas sedang duduk di atas tiang listrik. Menyerupai manusia tetapi tubuhnya berwarna abu-abu pekat. Wajahnya nggak terlihat jelas, karena ane jauh berada di bawah dia.

“ saya seseorang yang berusaha menolong “ jawab ane.
“ masuklah ke rumah yang itu “ ia menunjuk pada salah satu rumah.

Kata-katanya ane anggap sebagai keinginan dari Mark agar ane masuk lebih dalam ke memorinya.

“ tapi….” Ucapan ini membuat ane menahan langkah ane dan ingin mendengar lanjutannya.
“ mungkin kamu tidak akan kembali “
“ saya pasti kembali “
“ tidak….karena dia ada disana “
“ siapa dia? “

Pertanyaan ane ini nggak dijawab, sebaliknya sosok itu kelihatan semakin kabur dan menghilang. Apapun yang terjadi ane tetap ingin melanjutkan proses yang berlangsung. Ane berjalan menuju rumah yang ditunjuk oleh sosok tadi. Gerbangnya tidak dikunci, saat berada di dekat pintu, ane mencoba mengetuk tetapi tidak ada jawaban. Ane lalu memberanikan diri membuka pintu dan masuk ke dalam rumah. 

Di dalam rumah, suasananya agak gelap, tetapi ane masih bisa melihat seluk beluk rumah. Beberapa bagian dinding tampak sudah mengelupas. Ane bisa mendengar suara langkah kaki ane sendiri setiap kali melangkah di dalam rumah. Suaranya cukup keras. Tidak ada sesuatu yang spesial sampai ane menemukan sebuah album foto di atas meja yang ada di sudut ruang tamu.

Isinya tidak terlalu jelas, hanya gambar-gambar buram. Sulit untuk mengenali orang-orang yang ada di album foto tersebut. Pada beberapa foto bahkan wajah dari orang yang ada tampak menghilang. Lembar demi lembar ane buka, berharap mendapat suatu petunjuk. Tepat pada lembar terakhir ane melihat sebuah gambar yang membuat jantung ane berdetak kencang. Gambar ini memancarkan sesuatu yang kurang menyenangkan.

Seorang anak perempuan menundukkan wajahnya, di sekelilingnya terdapat beberapa orang berjubah hitam , dengan kepala tertutup kain yang juga berwarna hitam. Masing-masing orang berjubah memegang lilin yang menyala. Gambar ini memiliki latar belakang dinding berwarna putih dengan beberapa bercak hitam, membentuk semacam simbol. Ane mencoba memperjelas gambar dengan menggosok telapak tangan ane ke permukaan gambar, tetapi tidak terjadi apa-apa. Tetapi beberapa detik kemudian ane bisa mendengar ada suara semacam orang sedang berdoa bersama-sama dari salah satu ruangan.

Suara semacam doa yang dipanjatkan itu ane nggak tahu pake bahasa apa. Seperti ada beberapa orang sedang memanjatkan doa, sebagian laki-laki dan sebagian lagi perempuan. Ane memberanikan diri berjalan mendekati ruangan tempat suara-suara itu berasal. Setiap langkah ane lakukan dengan hati-hati meskipun ane sudah terbiasa dengan kondisi suram ini. Lantunan doa yang ane dengar nggak membuat ane merasa tenang, sebaliknya malah semacam ada perasaan aneh. Lama-lama ane menyadari bahwa ini bukan orang-orang memanjatkan doa, tetapi semacam orang-orang mengucapkan mantra atau melakukan pemujaan terhadap sesuatu.

Ane benar-benar terkejut saat merasa ada sebuah tangan yang mencengkeram pergelangan kaki kanan ane. Memang saat ane lihat ada sebuah tangan yang keluar dari lantai dan memegang dengan keras pergelangan kaki ane. Belum sempat ane melakukan tindakan, tiba-tiba terjadi sesuatu yang membuat ane semakin terkesiap. Sebuah kepala muncul di dekat tangan tersebut. Kepala itu mendongak menatap ke arah ane. Sebuah wajah pucat dengan rambut pendek. Seorang laki-laki.

“ pulanglah “ katanya
“ tidak, biarkan saya melanjutkan, saya hanya ingin memberi pertolongan “

Jawaban ane ini disambut dengan kemunculan beberapa tangan lagi dari bawah lantai. Jumlahnya tidak terhitung. Tangan-tangan itu menggapai-gapai udara kecuali sebuah tangan yang masih menahan langkah ane. Kepala yang menatap ke ane kelihatan ingin mengucapkan sesuatu tetapi ane nggak bisa mendengar dengan jelas, karena suara lantunan dari salah satu ruangan terdengar semakin keras.

Suara jeritan melengking terdengar sesaat. Bersamaan dengan itu tangan-tangan yang bermunculan dari lantai terlihat terkulai lemas, begitu juga dengan tangan yang menahan langkah ane. Kepala yang tadi muncul menghilang entah kemana. Yang ane liihat hanyalah tangan-tangan kaku seperti pohon-pohon yang hampir mati.

Album foto yang ane tinggalkan kelihatan terbuka dengan sendirinya, halaman-halaman tampak terbolak balik dengan cepat. Kemudian lembar demi lembar foto terlepas keluar. Saat foto terakhir, yaitu foto anak perempuan yang dikelilingi orang berjubah hitam, terlepas keluar, mendadak situasi menjadi gelap total. Situasi mendadak hening tanpa suara. Beberapa saat kemudian ane melihat beberapa lilin menyala di sekeliling ane


Ditayangkan sebelumnya dari situs hancurkan666
Tuangkan Komentar Anda
Gunakan kode HTML berikut untuk format text: <a><br><strong><b><em><i><blockquote><code><ul><ol><li><del>
CAPTCHA Image
Reload Image
Berita Terkait