Gerakan Pembuatan 1000 Lubang Resapan Biopori Tak Hanya Seremonial

Gerakan Pembuatan 1000 Lubang Resapan Biopori Tak Hanya Seremonial

Menyikapi terbatasnya lahan resapan serta penggunaan air tanah yang berlebihan dibeberapa daerah, Pemerintah Provinsi Bali meluncurkan gerakan pembuatan 1000 lubang resapan biopori yang juga telah menjadi program nasional. 

Gubernur Bali Made Mangku Pastika yang menghadiri sekaligus mencanangkan aksi ini meminta gerakan ini tidak hanya sekedar seremonial, tetapi benar-benar suatu gerakan yang membumi dan dapat dilaksanakan oleh seluruh komponen masyarakat Bali. Demikian disampaikannya dalam aksi “Gerakan Pembuatan 1.000 Lubang Resapan Biofori “ yang dipusatkan  di lapangan puputan margarana, Niti Mandala Renon-Denpasar (19/06). 

Menurut Pastika, resapan biopori ini memiliki multiplier effect untuk  meningkatkan daya resapan air. Pada musim hujan biopori dapat menahan aliran air hujan langsung ke saluran drainase dan pada musim kemarau air ini bisa dimanfaatkan untuk mengatasi kekeringan dan juga dapat menghasilkan pupuk, sehingga selama musim hujan tidak ada lagi genangan air yang dapat menimbulkan penyakit seperti demam berdarah dan malaria.

Pada kesempatan itu Gubernur Pastika menginstruksikan dan mengajak seluruh SKPD Provinsi Bali, instansi vertikal, SKPD Kab/Kota, instansi TNI/POLRI, swasta, BUMN, BUMD serta seluruh masyarakat di Bali untuk mendukung gerakan ini dengan bersama-sama melakukan pembuatan lubang resapan biopori agar penyelamatan air di Bali dapat kita jaga bersama-sama. “Jangan biarkan tempat-tempat terbuka itu nganggur. Jadi gunakanlah sebaik mungkin demi kelestarian lingkungan kita,” ujarnya. 

Sementara Kepala Badan Lingkungan Hidup Provinsi Bali Gede Suarjana, lubang resapan biopori yang telah dibangun di Bali sekitar 50.000 buah, yang tersebar di Desa Sadar Lingkungan dan Sekolah Adiwiyata dan Kantor-Kantor Pemerintah Kab/Kota se Bali.  Disamping pembuatan lubang biopori, pada kegiatan kali ini juga dilakukan penanaman pohon perindang seperti palem ekor tupai, tanaman langka kas Bali seeprti Nyeleket, Sokoasti, Sentul, Cempaka Keraton dan lainnya. 

Ia berharap, gerakan lubang resapan biopori dan beberapa penanaman pohon langka ini,  memberikan dampak positif bagi pelestarian lingkungan di Bali, khususnya komitmen untuk menanggulangi krisis air yang terjadi saat musim kemarau. 

Tuangkan Komentar Anda
Gunakan kode HTML berikut untuk format text: <a><br><strong><b><em><i><blockquote><code><ul><ol><li><del>
CAPTCHA Image
Reload Image
Berita Terkait