Wisatawan Sepi, Penjualan Wine Manggis di Petang Tidak Berkembang

Wisatawan Sepi, Penjualan Wine Manggis di Petang Tidak Berkembang

Made Sukanta mengelus-elus perutnya saat membahas usaha wine manggis, produktivitas Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis), Desa Wisata Tedung Sari, Kecamatan Petang, Badung, Bali yang diketuainya.

Dia tak pernah menduga, bila desa wisatanya menjadi salah satu dari lima desa wisata di Petang yang gagal.
Itu disebabkan hingga saat ini, wisatawan yang berkunjung ke wilayah Petang hanya bisa dihitung jari. Pria yang akrab disapa Basang Gede ini sudah sering meminta Pemkab Badung membuat peraturan tentang keharusan hotel membeli produk Pokdarwis. Namun tidak pernah mendapatkan tanggapan.

"Di Badung ada ratusan hotel, kalau saja ini diberlakukan, dijamin petani Badung sejahtera," katanya, Minggu (18/10/2015).

Anggota DPRD Badung, I Wayan Suyasa mengungkapkan, Badungmemiliki 11 desa wisata dan 15 Pokdarwis.
Namun, sebagian besar hanya berjalan di tempat, tidak ada kemajuan. Itu disebabkan minimnya pembinaan teknis dari pemerintah. Setelah terbentuk, mereka dilepas begitu saja tanpa ada perhatian lebih lanjut.

"Desa wisata umumnya berada di wilayah pelosok, yang jauh dari hingar-bingar kemajuan pariwisata. Pengetahuan mereka tentang bagaimana melayani dan membuat produk-produk yang dibutuhkan wisatawan, tentu sangat minim. Karena itulah harus terus dibina dan diawasi," ucapnya.

Suyasa menilai pemerintah hanya terlena pada Pendapatan Asli Daerah (PAD) dari daerah pariwisata Badung Selatan (Kuta-Kuta Selatan), sehingga melupakan potensi wisata Badung Utara.

"Badung Utara, seperti di Petang identik dengan perkebunan dan pertanian. Kalau terus ditata dan SDM-nya dibina, tentu juga akan memberikan kontribusi pada wisata Badung," katanya.

Kepala Dinas Pariwisata Badung, Gusti Ngurah Oka Darmawan mengatakan, pihaknya telah melakukan pelatihan secara berkesinambungan kepada desa wisata maupun pokdariwis, baik yang ada di Petang maupun diBadung.

"Kami selalu melakukan pelatihan secara bertahap. Tahun ini kami melakukan penataan dan pelatihan di Desa Wisata Bongkasa Pertiwi. Astungkara, wisatawan yang ke sana sudah mulai banyak," ujarnya.

Terkait keinginan agar Pemkab Badung membuat aturan agar produk Pokdarwis bisa masuk ke hotel-hotel yang ada di Badung, menurut Darmawan, hal itu tak memungkinkan. Sebab, selain tidak ada regulasinya, pihaknya juga tidak bisa memaksakan wisatawan untuk belanja.

Solusinya adalah berkoordinasi dengan Asita dan HPI agar mengajak biro perjalanan menyambangi Pokdarwis.
Kabag Humas dan Protokol Badung, AA Raka Yuda juga mengimbau pengelola desa wisata tidak hanya tergantung pada pemerintah.

Namun, harus bercermin dari desa wisata di Sleman, Jogjakarta, yang berkembang tanpa banyak campur tangan pemerintah. Pemerintah hanya menyediakan aksebility.

"Di Badung tidak ada satupun kawasan yang jalannya tidak dihotmix. Sebab inilah faktor utama sektor pariwisata. Atas dasar itu, desa wisata tinggal mengembangkan diri saja. Caranya, mengemas semua kesenian yang dimiliki desa itu menjadi daya tarik wisatawan. Kita tidak bisa hanya fokus pada satu obyek semata. Harus ada something to see, something to do dansomething to buy. Mewujudkan tiga hal ini harus dilakukan dari internal desa wisata," ujarnya.(*)


Ditayangkan sebelumnya dari situs tribunbali
Tuangkan Komentar Anda
Gunakan kode HTML berikut untuk format text: <a><br><strong><b><em><i><blockquote><code><ul><ol><li><del>
CAPTCHA Image
Reload Image
Berita Terkait