Kintamani Tetap Jadi Obyek Wisata Andalan

Kintamani Tetap Jadi Obyek Wisata Andalan

KEINDAHAN panorama Gunung Batur yang memiliki ketinggian 2.400 meter dari permukaan laut sangat serasi dengan Danau Batur di bawahnya yang dapat disaksikan dari kejauhan di obyek wisata Penelokan, Kintamani, Kabupaten Bangli, 45 kilometer timur Denpasar.

Perpaduan lembah dan pegunungan serta keunikan seni budaya yang diwarisi masyarakat setempat secara turun temurun menjadi daya tarik tersendiri bagi wisatawan untuk mengunjungi obyek wisata andalan di Kabupaten Bangli, Bali tersebut.

Obyek wisata Penelokan Kintamani itu memang terkenal di seantero dunia. Hingga kini masih menjadi idaman wisatawan dalam dan luar negeri saat melakukan perjalanan wisata ke Bali.

"Hawa yang sejuk ditambah pemandangan alam yang indah, kawasan Gunung Batur dengan latar belakang desa Trunyan, salah satu desa kuno menjadi daya tarik tersendiri bagi turis," tutur Made Sunada, seorang pemandu wisata.

Penelokan, Kintamani, adalah salah satu obyek wisata yang menjadi favorit dikunjungi para wisatawan saat melancong ke Pulau Dewata. Kekhasan pemandangan Gunung Batur dengan hamparan bebatuan hitam dan Danau Batur berwarna biru melengkung bak bulan sabit di sebuah kaldera yang begitu eksotis dilihat menjadi incaran setiap pengunjung ke sini.

Tempat yang oleh beberapa wisatawan dikatakan memiliki kaldera terindah di dunia itu terletak di ketinggian sekitar 2.400 meter di atas permukaan laut dengan suhu yang sejuk. Hal ini menambah nyamannya suasana ketika menikmati pemandangan eksotis itu.

Lokasinya dapat ditempuh sekitar 1,5 jam perjalanan mobil dari kota Denpasar dan hanya 20 menit dari Kota Bangli. Sehingga semakin banyak pengunjung yang berminat untuk mendatangi lokasi wisata Gunung Batur.

Kawasan wisata Penelokan Kintamani dilengkapi dengan Museum Vulkanologi. Museum ini memiliki fasilitas seperti ruang pertemuan untuk ilmuwan, ruang koleksi yang menunjukkan peristiwa meletusnya Gunung Batur.

Museum tersebut terletak di objek wisata Kintamani, resmi dibuka oleh Menteri Sumber Daya Energi dan Pertambangan, Purnomo Yusgiantoro pada 10 Mei 2007. Pengunjung yang ke sana akan mendapatkan gambaran tentang kondisi gunung berapi di daerah ini.

Museum tersebut juga menghadirkan diorama yang menggambarkan rekonstruksi aliran lava dan kepanikan masyarakat di tahun 1926 yang menghancurkan Desa Batur. Bahkan Gunung Batur dan Gunung Agung masih aktif hingga kini.

Obyek wisata Kintamani yang memiliki pemandangan alam tidak ada duanya di dunia ini menerima kunjungan terbanyak kelima dari obyek wisata yang paling terkenal di Bali, yakni setelah Tanah Lot, Uluwatu, Ulundanu Beratan dan Tirta Empul.

Sesuai catatan Dinas Pariwisata Provinsi Bali, jumlah kunjungan wisatawan dalam dan luar negeri ke obyek wisata Penelokan Kintamani sebanhak 458.184 orang terdiri atas 279.154 orang asing dalam sisanya 179.030 tamu dalam negeri.

Geopark dunia

Badan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) yang menangani masalah pendidikan, ilmu pengetahuan, dan kebudayaan (UNESCO) secara resmi sejak 2 November 2012 mengakui Gunung Batur itu sebagai Geopark dunia karena memiliki keunikan dan kekhasan sebagai warisan dunia bidang geowisata dunia.

Bahkan UNESCO sudah memasukkan dan mengakui Gunung Batur sebagai Geopark dunia. Sehingga Gunung Batur merupakan salah satu kawasan geologi unik dan memiliki kekhasan yang telah memenuhi kriteria yang ditetapkan oleh lembaga dunia itu.

Dengan pengakuan itu, Gunung Batur menjadi taman bumi berkelas dunia dan memiliki geologi bertaraf internasional. Penetapan Gunung Batur tersebut melalui penilaian dan riset yang dilakukan oleh UNESCO. Salah satu syaratnya adalah harus memiliki fenomena kelas dunia, punya keunggulan dengan tempat lain dan yang jelas ada integrasi dari unsur hayatinya.

Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Provinsi Bali Putu Astawa mengatakan, sejumlah danau yang menjadi tempat penampungan air bersih dan irigasi di Pulau Dewata perlu ada usaha pengerukan agar tidak terjadi pendangkalan dan luapan air pada saat musim hujan.

Luapan air Danau Batur misalnya yang terjadi pada musim hujan sempat merendam daerah pemukiman penduduk dalam lahan pertanian di sekitarnya sehingga perlu segera dilakukan pengerukan, sebagai akibat terjadi pendangkalan sejak lama.

Oleh sebab itu pengerukan sejumlah danau, selain Danau Batur juga Danau Tamblingan di Buleleng serta Danau Beratan dan Danau Buyan di Kabupaten Tabanan. Keempat danau di Bali itu menjadi penampungan dan penyuplai air untuk daerah Bali, baik untuk air minum maupun untuk pengairan irigasi pertanian.

Sumber-sumber air bersih atau mata air yang ada semakin berkurang, akibat adanya penebangan kayu di daerah hulu, maupun di hutan-hutan yang ada. Sehingga banyak sungai kondisinya mengering dan cukup mengkhawatirkan.

Pada sisi lain jumlah penduduk Bali bertambah terus kini mencapai empat juta jiwa lebih yang memerlukan adanya persediaan air minum bersih, yang volumenya bertambah terus sejalan laju pertumbuan penduduk.

Oleh sebab itu perlu adanya usaha-usaha selain melakukan pengerukan danau yang sudah dangkal, juga penanaman penghijauan termasuk tanaman hutan bambu di daerah pegunungan, karena tanaman bambu banyak menyimpan air.

Trunyan

Putu Astawa mengingatkan, khusus luapan air Danau Batur, terutama pada musim hujan yang berlangsung cukup lama perlu segera penanganan secara tuntas, agar tidak mengganggu dunia perpelancongan ke Desa Trunyan yang ada di balik Danau Batur.

Wisatawan dalam dan luar negeri sangat tertarik untuk bisa berkunjung ke Desa kuno tersebut melalui penyeberangan dari Desa Kedisan ke Trunyan, menggunakan perahu atau boat, untuk bisa menyaksikan adat istiadat masyarakat setempat.

Hal yang lebih menarik lagi, turis bisa menyaksikan mayat penduduk setempat yang ditaruh begitu saja di atas tanah tanpa dikubur, di bawah pohon kayu menyan yang besar, tetapi tidak mengeluarkan bau seperti mayat manusia umumnya.

Untuk tidak menganggu dunia perpelancongan ke Desa Trunyan, di kawasan Kintamani tersebut, maka perlu segera dilakukan pengerukan atas pendangkalan Danau Batur, sehingga mampu juga meringankan beban masyarakat dan petani setempat.

Sesuai catatan Dinas pariwisata setempat jumlah kunjungan turis mancanegara ke Desa Trunyan sejak terjadinya bencana alam tanah longsor yang mengakibatkan pendangkalan tersebut berkurang dari 1.600 orang selama bulan Januari 2014 menjadi hanya 1.196 orang pada Februari 2014.

Desa Trunyan, salah satu desa tua di Bali mewarisi adat dan tradisi leluhur diwarnai corak kehidupan yang khas dan memiliki segudang keunikan. Keunikan tersebut antara lain sistem penguburan mayat, dengan cara meletakkan jenazah begitu saja di areal pekuburan yang berlokasi di tepi tebing danau Batur, jaraknya cukup jauh dari pemukiman masyarakat setempat.

Sistem penguburan yang diterapkan masyarakat Trunyan secara turun temurun itu, berbeda dengan cara penguburan umat Hindu lainnya di Bali dalam menangani proses upacara kematian.

Jenazah tidak dikebumikan tetapi diletakkan begitu saja di atas tanah di areal kuburan dengan dikelilingi atau dibatasi "ancak saji" (pagar bambu). Anehnya jenazah itu tidak menimbulkan bau amis.

Masyarakat setempat percaya jenazah yang tidak berbau amis itu karena berada di bawah pohon kemenyan, sebuah pohon besar yang mengeluarkan bau harum mampu menetralkan bau yang kurang sedap itu. (I Ketut Sutika)

 

 

sumber: kompas

Tuangkan Komentar Anda
Gunakan kode HTML berikut untuk format text: <a><br><strong><b><em><i><blockquote><code><ul><ol><li><del>
CAPTCHA Image
Reload Image
Berita Terkait