Cara Unik Melestarikan Budaya Kopi Luwak Tradisional

Cara Unik Melestarikan Budaya Kopi Luwak Tradisional

SELAIN untuk mengembangkan pariwisata di daerah Tegalalang, Agro Wisata Bali Pulina ini dibuat untuk membuka lapangan pekerjaan bagi masyarakat lokal sekitar, dan membantu para petani kopi lokal untuk menyalurkan kopinya.

Begitulah yang menjadi tujuan pemilik Bali Pulina Agro Tourism, I Nyoman Diana, yang berada di Banjar Pujung Kelod, Desa Sebatu, Kecamatan Tegalalang. 

Berdiri sejak 19 Januari 2011, Bali Pulina ingin mengenalkan kopi luwak, yang merupakan produk utama di sini, bagi masyarakat lokal sendiri, serta para turis, baik domestik maupun mancanegara.

“Di sini mereka, bisa melihat proses pembuatan kopi, terutama kopi luwak, yang diolah dengan cara tradisional,” ujar Manajer dari Bali Pulina Agro Tourism, Ni Wayan Suniati.

Berbagai tanaman kopi dan juga coklat juga ditanam langsung di sini. Para pengunjung dapat berkeliling area Bali Pulina, melihat kebun-kebun yang selain ditanami kopi dan coklat, juga berbagai herbal dan buah-buahan.

Tak hanya itu, bisa mengetahui bagaimana cara perawatannya, dan bisa melihat langsung luwak-luwak sebagai penghasil kopi luwak, yang juga turut dikembangbiakkan oleh Bali Pulina.

Bali Pulina juga bekerja sama dengan para petani kopi lokal dengan membantu mendistribusikan kopi mereka di sini. Untuk kopi luwak, menurut Suniati, luwak-luwak di sini, baik luwak kandang dan luwak yang berasal langsung dari kebun, memilih sendiri biji-biji kopi yang memang telah matang dan berkualitas baik.

“Para pengunjung dapat belajar mengenai hal-hal tradisional Bali yang mulai dilupakan saat ini,” ujar Suniati.

Selain memang tampil dengan bangunan tradisional, berbagai peralatan pembuatan kopi dan juga peralatan sawah yang ada merupakan barang-barang tradisional khas Bali tempo dulu. Tujuannya, agar anak-anak muda yang datang teredukasi dan mau ikut melestarikan kembali budaya tradisional Bali. 

Karena dari awal pengolahan hingga menjadi kopi yang siap dinikmati oleh orang-orang dilakukan secara tradisional, Bali Pulina ingin memberi penjelasan kepada masyarakat mengapa harga kopi luwak yang dibanderol selama ini tidak murah.

Selain dengan cara yang masih manual dan tradisonal, kopi luwak pun tak dapat dilakukan secara mass production.

Karena, luwak-luwak ini memang tak bisa dipaksa untuk mengonsumsi kopi dalam jumlah banyak. Belum lagi para luwak ini juga tak hanya mengonsumsi kopi, namun juga buah-buahan lainnya yang ada di sekitarnya. Mulai dari sangrai hingga penggilingan kopi luwak ini juga dapat disaksikan langsung oleh para customer.

Para pengunjung dapat berwisata di Bali Pulina ini mulai dari pukul 07.00-19.00 Wita. Selain pada saat Nyepi, tempat ini beroperasi setiap harinya. Ke depannya, Bali Pulina berencana untuk mengadakan kegiatan bercocok tanam di sawah sebagai bagian dari aktivitas para pengunjung di sini.

Bisa mencicipi delapan jenis minuman

Harga tiket masuk untuk saat ini adalah Rp 100.000 untuk para tamu lokal. Dengan biaya tersebut, para pengunjung akan mendapat pengalaman wisata tentang kopi luwak itu sendiri, dan yang tak kalah menarik adalah pemandangan yang ditawarkan.

Para pengunjung dapat berkeliling area Bali Pulina yang memiliki luas sekitar 1,5 hektare ini. Pemandangan sawah yang berundak-undak jadi satu di antara yang ditonjolkan oleh Bali Pulina. Bahkan, saat ini terdapat anjungan dari dek kayu yang berbentuk daun kopi.

Area yang telah ada selama dua bulan ini, kemudian jadi spot favorit para pengunjung. Baik untuk menikmati suasana, hingga tak lupa mengabadikannya dalam bentuk foto.

“Dengan datang ke sini, kami berharap mereka dapat pengalaman berkesan, baik dari produk dan pelayanan yang diberikan, sehingga tak menutup kemungkinan kemudian mereka akan datang kembali,” ujar Suniati.

Para staf siap melayani dan menemani setiap pengunjung selama berkeliling di area Bali Pulina.

Biaya tersebut juga sudah termasuk kopi dan juga snack yang dapat dinikmati para pengunjung. Sebelumnya para pengunjung juga akan disuguhkan delapan jenis minuman secara gratis. Yang terdiri dari lemon tea, ginger tea, ginger coffee, ginseng coffee, chocolate coffee, pure cocoa, vanilla coffee, dan Bali coffee.

Kedelapan jenis minuman ini disajikan sekaligus, berjejer dalam satu tatakan kayu memanjang. Tujuannya, agar para pengunjung tersebut dapat mencicipi terlebih dahulu setiap minuman tradisional yang ada di Bali Pulina ini dan kemudian memutuskan minuman dan produk mana yang ingin mereka pesan untuk dinikmati.

 

Sebagai teman ngopi, pilihan pisang goreng, pisang rai (pisang kukus) dan juga cookies akan melengkapi nikmatnya bersantai di alam terbuka yang ditawarkan oleh Bali Pulina.

Selain untuk agro wisata dan tempat relaksasi dari penatnya perkotaan, ada juga aktivitas lain yang diadakan di Bali Pulina ini. Di sini, terdapat area pondokan yang berada tepat di sebelah restoran, tempat anak-anak dari daerah sekitar untuk belajar bermain gamelan dan juga menari.

Selain itu, ada juga kelas untuk kursus bahasa untuk mengajarkan bahasa asing kepada para staf di Bali Pulina. Khususnya di luar Bahasa Inggris, seperti Bahasa Jepang, Korea, Russia, hingga Perancis.

Hal tersebut dikarenakan banyaknya turis asing dari negara-negara tersebut yang datang berwisata di Bali Pulina. “Kalau untuk bahasa Inggris, tentunya mereka sudah terbiasa dan ada bekal yang memang sudah diberikan oleh sekolah masing-masing,” ujar Suniati.

Untuk produk, tak hanya dapat dipesan untuk dinikmati di sini. Bali Pulina sendiri menyediakan area shop yang menawarkan produk-produk, mulai dari kopi luwak, kopi bali, dan berbagai jenis kopi lainnya dan juga coklat, yang dapat dibeli para pengunjung sebagai oleh-oleh. Area shop ini berada di area atas, dekat dengan pintu masuk dan keluar dari Bali Pulina.


Ditayangkan sebelumnya dari situs kompas
Tuangkan Komentar Anda
Gunakan kode HTML berikut untuk format text: <a><br><strong><b><em><i><blockquote><code><ul><ol><li><del>
CAPTCHA Image
Reload Image
Berita Terkait