Tingginya Harga Lahan, Pengembang Sulit Membangunan Rumah Murah di Bali

Tingginya Harga Lahan, Pengembang Sulit Membangunan Rumah Murah di Bali

Pembangunan rumah sejahtera yang sederhana yang dilakukan oleh Asosiasi Pengembangan Perumahan dan Permukiman Seluruh Indonesia (APERSI) di daerah Bali terkendala tingginya harga tanah di Bali. Sehingga pembangunan rumah murah ini hanya bisa dilakukan di kawasan tertentu saja.

Menurut I Wayan Adnyana Ketua Apersi Bali kondisi harga tanah yang tinggi saat ini membuat Bali lebih diminati untuk bangunan komersial. Namun, pihaknya mengaku akan tetap membangun rumah yang sederhana untuk memenuhi kebutuhan masyarakat berpenghasilan rendah.

Berdasarkan data yang dilansir oleh Knight Frank, kenaikan rata-rata harga penawaran pasar tanah di Bali mencapai sekitar 25%.  Harga pasar secara umum memang tergantung lokasi, bentuk, dan luasan area. Seperti harga jual kavling di daerah bukan pesisir pantai di Seminyak atau di sekitar Legian. Harga tanah di daerah tersebut telah menembus Rp15 juta/m2 pada pertengahan tahun lalu. 

Sementara itu seorang Pengusaha Bali dan Calon DPR RI 2014 yang lolos ke senayan I Putu Sudiartana mengatakan, dengan melambungnya harga lahan di Bali sehingga menyulitkan pembangunan perumahan sederhana di tujuan wisata dunia itu.

“Kalau terus begini, tidak mungkin bisa membangun perumahan sederhana di kawasan Sarbagita (Denpasar, Badung, Gianyar, dan Tabanan),” kata  ,   I Putu Sudiartana penggukuhan disela-sela pengurus DPD Apersi Bali, di Kuta

Menurut dia, selain harga lahan yang tinggi, proses perizinan dari pemerintah di setiap daerah berbeda-beda dan menyulitkan pengembang dalam merealisasikan proyek tersebut.

 

Rumah sederhana ini akan dibangun dengan luas maksimal 36 m2 dan dijual kepada masyarakat dengan rentang harga Rp88 juta hinga Rp145 juta per unit, bervariasi di tiap daerah.

Namun Putu Sudiartana mengapresiasi rencana Pemerintah Provinsi Bali yang akan menaikan harga perumahan sederhana dari Rp135 juta menjadi Rp138 juta per unit.

“Kami optimistis hal tersebut akan menggairahkan para pengembang untuk membuka proyek perumahan sederhana baru di Bali,” ujarnya.

Apersi didirikan 10 November 1998 sebagai wadah pengembang yang mayoritas usahanya bergerak pada proyek pembangunan rumah sejahtera. Keberadaan Apersi sebagai mitra pemerintah dalam kurun waktu 15 tahun telah mampu menyediakan 25 ribu unit rumah bagi masyarakat berpenghasilan rendah.

Namun, jumlah tersebut belum mencukupi kebutuhan rumah sederhana di Bali.

Tuangkan Komentar Anda
Gunakan kode HTML berikut untuk format text: <a><br><strong><b><em><i><blockquote><code><ul><ol><li><del>
CAPTCHA Image
Reload Image
Berita Terkait