Siswi SMP Kembangkan Prototipe Rompi Anti Peluru

Siswi SMP Kembangkan Prototipe Rompi Anti Peluru

Dua siswi Sekolah Menengah Pertama (SMP) di Bali berhasil mengembangkan prototipe rompi anti peluru. Kedua siswi tersebut yaitu Ni Made Galuh Cakrawati Dharma Wijaya dan Sang Ayu Rania Callista Astarina. Siswi tersebut merupakan siswi dari SMP Negeri 3 Denpasar. Karya kedua siswi tersebut dipamerkan dan bersaing dalam Olimpiade Penelitian Siswa Sainsdi SMAN 3 Denpasar pada 16-17 September 2017.

Ni Made Galuh Cakrawati Dharma Wijaya mengungkapkan ide pembuatan prototipe rompi anti peluru berawal dari kasus maraknya kejahatan yang terjadi, sehingga masyarakat memerlukan perlindungan. Salah satu perlindungan adalah menggunakan rompi anti peluru, seperti yang digunakan aparat keamanan dan militer dalam menjalankan tugasnya. Permasalahanya rompi anti peluru selama ini menggunakan bahan-bahan seperti Aramid (Kevlar),  CNT (Carbon nanotubes) dan bahan lainnya. “Semua bahan itu umumnya menggunakan bahan sintetis, nah saya mencoba berpikir untuk memanfaatkan bahan yang ada di sekitar lingkungan tempat tinggal” kata Galuh saat ditemui di sela-sela Olimpiade Penelitian Siswa Sains di SMAN 3 Denpasar, Sabtu (16/9).

Menurut Galuh, trend penelitian sekarang cenderung beralih pada penggunaan bahan yang ramah lingkungan dan dalam upaya memberi kontribusi bagi upaya pemanfaatan sampah dan limbah. Apalagi sejak dekade 2000an pembuatan rompi anti peluru dengan bahan organik mulai menjadi sebuah trend. Sayangnya publikasi penelitian rompi anti peluru yang organik belum banyak ditemukan. Umumnya penelitian ini lebih bersifat tertutup di kalangan militer.

Secara umum rompi anti peluru karya Galuh dan Callista terbagai menjadi duabagian terpisah yang dirangkai menjadi satu. Bagian pertama adalah material seminanokomposit dari kombinasi sampah daun ketapang (Terminalia Catappa) dan limbah jerami padi (Oryza Sativa). Pada sampah daun Ketapang yang dimanfaatkan adalah unsur carbonnya. Sementara pada jerami Padi (Oryza Sativa) yang dimanfaatkan adalah senyawa silika dan unsur carbonnya. Guna merekatkan campuran itu sehingga terbentuk komposit digunakan lem perekat resin dan hardener . Material ini berbentuk padat, keras, kuat tetapi sedikit agak lentur . Sehingga fungsi material bagian pertama ini untuk mencegah peluru menembus hingga ke tubuh pemakai rompi anti peluru

Material bagian kedua adalah material kombinasi sabut Kelapa (Cocoa Nucifera), daun Pisang dan kain katun. Material ini berupa lapisan selang-seling antara kain katun dan sabut kelapa secara berlapis-lapis hingga ketebalan yang tertentu. Guna merekatkannya digunakan lem putih. Material ini memanfaatkan selulosa dan lignin yang dikandung sabut kelapa dan selulosa pada kain katun. Fungsi material bagian kedua ini adalah untuk menjerat dan mengurangi energi dari terjangan peluru saat menerobos lapisan material ini. Sehingga saat peluru menghantam material bagian pertama, energi yang yang tersisa tidak sebesar awal. Dengan demikian mengurangi besarnya energi tumbukan pada material bagian pertama. Sekaligus mencegah terjadinya retakan pada material bagian pertama

Galuh mengakui bahan yang digunakan sudah sempat diuji. Berdasarkan pengujian terpisah, saat diuji menggunakan senjata Revolver 38 dari jarak 15 meter di lapangan tembak Polda Bali di Kesiman, material dengan ketebalan 1 cm tidak mampu ditembus peluru revolver 38. Hanya terjadi retakan kecil di bagian belakang material berbentuk palang. Sementara bagian depannya yang berbenturan langsung dengan tumbukan peluru tetap mulus tanpa retakan. Sehingga keberadaan material kombinasi lapisan sabut kelapa dan kain katun berlapis-lapis di bagian depan dapat mengurangi energi tumbukan. Dengan demikian dapat mencegah terjadikan retakan kecil pada bagian belakang material seminanokomposit.

Orang tua dari Galuh, Ananta Wijaya mengungkapkan banyak tantangan yang harus dilalui untuk menyelesaikan rompi anti peluru. Tantangan pertama adalah mencari contoh rompi anti peluru yang tidak dapat ditemukan di Bali. Pada akhirnya model rompi meniru rompi pelindung untuk pengendara sepeda motor. “dari hasil pencarian lewat google juga tidak ditemukan di Bali, hanya dapat petunjuk lokasinya ada di Jakarta” ungkap Ananta Wijaya.

Tantangan selanjutnya yang cukup berat menurut Ananta adalah melakukan uji coba terhadap terhadap rompi anti peluru yang sudah jadi. Prosedur uji coba tentu memerlukan proses adminitrasi yang panjang. Belum lagi waktu pendaftaran untuk mengikuti Olimpiade Penelitian Siswa Sains cukup mepet.

Akademisi dari Fakultas Pertanian Universitas Udayana yang juga sekaligus sebagai juri dalam lomba Olimpiade Penelitian Siswa, I Putu Sudiarta, Ph.D menyatakan rompi anti peluru karya siswi SMPN 3 Denpasar cukup fenomenal. Sisiwi yang baru menginjak jenjang SMP tersebut telah mampu membuktikan secara kajian ilmiah. Pembuktian juga dilakukan dengan metode ilmiah dan ukuran yang sangat jelas. “tantanganya sekarang adalah memperbaiki kemasan dari rompi anti peluru” ungkap Sudiarta yang juga merupakan Wakil Direktur Tri Sakti Institut.

Sudiarta menegaskan aspek lain yang perlu juga mulai dipertimbangkan adalah terkait kemudahan dan kenyamanan penggunaan. Mengingat rompi anti peluru yang dihasilkan masih cukup berat, sedangkan untuk kenyamanan dibutuhkan rompi anti peluru yang ringan. Aspek berikutnya yang perlu mendapat perhatian adalah kajian keamanan. “kajian keamanan sangat penting karena rompi anti peluru digunakan untuk manusia, sehingga perlu kajian yang sangat mendalam” ungkap Sudiarta.

Sudiarta menambahkan nilai plus dari karya  rompi anti peluru ini adalah menggunakan bahan organic yang ramah lingkungan. Bahan organik yang digunakan juga merupakan kategori limbah. Pemanfaatan limbah menjadi sangat penting ditengah upaya pengurangan limbah untuk menghindari pencemaran. Apalagi selama ini sampah daun ketapang dan limbah jerami padi cenderung dibakar yang pada akhirnya berdampak pada polusi udara. (muliarta)
 

Tuangkan Komentar Anda
Gunakan kode HTML berikut untuk format text: <a><br><strong><b><em><i><blockquote><code><ul><ol><li><del>
CAPTCHA Image
Reload Image
Berita Terkait