Batan Kembangkan Penelitian Teknologi Untuk Pelestarian Cagar Budaya

Batan Kembangkan Penelitian Teknologi Untuk Pelestarian Cagar Budaya

Badan Tenaga Nuklir Nasional (BATAN) mengembangkan penelitian teknologi nuklir untuk pelestarian cagar budaya. Pengembangan itu melibatkan negara anggota Badan Tenaga Atom Internsional (International Atomic Energy Agency/IAEA)

Kepala Pusat Aplikasi Isotop dan Radiasi (PAIR), Totti Tjiptosumirat menjelaskan, pemanfaatan teknologi nuklir untuk kesejahteraan masyarakat terus berkembang. Pemanfaatan itu tidak hanya dibidang energi, industri, pertanian, kesehatan, dan lingkungan, melainkan dapat digunakan juga untuk pelestarian cagar budaya. Penelitian ini sangat mendukung upaya pemerintah dalam menjaga kelestarian peninggalan bersejarah di tanah air.

"Ide awalnya adalah karena memang sebetulnya apa yang dihasilkan oleh suatu senyawa yang dikatakan mempunyai radiasi atau merupakan senyawa nuklir, itu kan memaparkan sesuatu elektromagnetik yang elektromagnetiknya ini yang terus kemudian bisa dimanfaatkan untuk segala bidang, mulai dari apakah itu pertanian, apakah itu kesehatan, terus kemudian lingkungan, termasuk ke cagar budaya," katanya kepada wartawan disela-sela pertemuan internasional bertajuk Harnessing Nuclear Science and Technology for the Preservation and Conservation of Cultural Heritage, di Kuta, Senin (10/2/2020).

Totti menjabarkan, radiasi nuklir bisa dimanfaatkan untuk mengidentifikasi komposisi senyawa termasuk usia dari benda purbakala. Radiasi nuklir juga dapat digunakan untuk proses restorasi artefak. Restorasi dilakukan, setelah adanya analisa penyebab kerusakan.

"Dengan teknologi radiasi ini atau teknologi yang menggunakan senyawa-senyawa yang dikatakan nuklir ini, hal itu bisa diketahui. Sehingga dengan diketahuinya tadi itu, dilakukanlah terus kemudian program-program preservasi (pelestarian). Preservasinya pun juga melakukannya dengan radiasi," ujarnya.

Totti mengaku, benda purbakala yang telah melalui proses preservasi akan memiliki ketahanan dua kali lipat dibandingkan sebelumnya. Proses preservasi itu pun dipastikan aman bagi kesehatan manusia.

Di Indonesia, proses pelestarian cagar budaya telah dilakukan dibeberapa tempat. Salah satunya adalah di Museum Jakarta. Namun proses pelestarian itu baru dalam tahap identifikasi karakteristik melalui pengukuran menggunakan teknik radio carbon dating.

"Jadi kita baru bisa mengetahui sebetulnya berapa lama sih benda purbakala ini. Belum terus kemudian melakukan preservasinya. Tetapi kami sudah melakukan kerjasama dengan Badan Puslit Arkeologi, supaya program pelestarian cagar budaya ini masuk dalam programnya," ujarnya.

"Jadi tidak sekadar mengetahui berapa umurnya, terus kemudian didiamkan. Tetapi kedepannya agar tahan lama, mau diapain. Disitulah kami kerjasama, selain terus kemudian juga mengembangkan dari kegiatan-kegiatan untuk mengukur benda-benda pubakala ini yang sudah berapa lama usianya," pungkasnya.

Tuangkan Komentar Anda
Gunakan kode HTML berikut untuk format text: <a><br><strong><b><em><i><blockquote><code><ul><ol><li><del>
CAPTCHA Image
Reload Image
Berita Terkait