Tradisi di Bali Ngusaba Bukakak

Tradisi di Bali Ngusaba Bukakak

Bali tidak hanya terkenal dengan keindahan dan seribu puranya, namun juga tradisi yang beragam. Hampir setiap desa di Bali memiliki adat-istiadat tersendiri begitu juga tradisi yang ada. Nah mungkin Anda belum pernah mendengar tradisi di Bali yang disebut Ngusaba Bukakak. Ngusaba Bukakak adalah salah satu tradisi yang hanya ada di Desa Pakraman Sangsit Dangin Yeh Kecamatan Sawan Kabupaten Buleleng Provinsi Bali. Ada yang tidak biasa dalam tradisi ini yaitu munculnya hal-hal magis, keagamaan dan keguyuban.

Ngusaba Bukakak adalah tradisi yang hanya dilaksanakan setiap 2 tahun sekali dan berlangsung pada bulan purnama yang kesepuluh. Tradisi ini sudah dilaksanakan secara turun menurun. Istilah Bukakak memiliki arti babi yang diguling hanya bagian punggung saja sedangkan bagian dibawahnya dibiarkan mentah. Sehingga babi ini akan memiliki 3 warna, warna merah yaitu bagian yang telah matang, warna hitam bagian yang masih ada bulunya, dan warna putih bagian babi yang masih mentah dan bulunya telah dihilangkan. Babi yang digunakan harus babi yang berwarna hitam kelam.

Babi ini kemudian ditaruh di atas sarana upacara (banten) kemudian digotong dengan menggunakan bambu dengan jumlah 16 batang dihiasi ambu / daun enau muda dan bungan pucuk bang. Perangkat seperti bambu yang sudah dihias ini dibuat di Pura Subak Sangsit dangin Yeh, perangkat yang dibuat melambangkan Tri Murti yaitu dewa yang disembah masyarakat Hindu (brahma, Wisnu dan Siwa). Selanjutnya bukakak dibawa ke Pura Gunung Sekar disanalah para pemangku memerciki tirta dan para laki-laki yang menggotong Bukakak seperti kerauhan (kerangsukan). Kemudian Bukakak tersebut dibawa kemana-mana tergantung kemauan bukakak, bukan kemauan penggotong, karena pada saat menggotong, para penggotong sudah tidak sadar dan hilang ingatan.

Perlu diketahui Ngusaba Bukakak dilakukan untuk mengucapkan rasa syukur kepada Tuhan karena telah diberikan hasil yang melimpah. Selian itu tradisi ini bertujuan untuk memberikan rasa syukur kepada Tuhan agar selalu diberikan kesuburan pada lahan pertanian mereka. Semoga Tradisi ini bisa terus dipertahankan sampai ke anak cucu dan masa depan.
 

Tuangkan Komentar Anda
Gunakan kode HTML berikut untuk format text: <a><br><strong><b><em><i><blockquote><code><ul><ol><li><del>
CAPTCHA Image
Reload Image
Berita Terkait