Sulit di Negaranya, Buruh Kasar Tiongkok Dapat Rp 200 Ribu Sehari di Bali

Sulit di Negaranya, Buruh Kasar Tiongkok Dapat Rp 200 Ribu Sehari di Bali

SINGARAJA - Tenaga Kerja Asing (TKA) asal Tiongkok yang bekerja di Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) Celukan Bawang di Kecamatan Gerokgak, Buleleng, Bali, tidak hanya bekerja sebagai pekerja teknis saja.

Pada tahap kontruksi, tidak sedikit buruh kasar yang didatangkan langsung dari Tiongkok. Para buruh kasar asal Tiongkok ini bekerja layaknya buruh kasar lokal. Mereka melakukan pekerjaan seperti mengecor beton, menggali lubang untuk pondasi, mengecat tembok dan mencangkul tanah untuk taman.

Seorang petugas waker yang bekerja untuk China Huadian Engineering Co Ltd (CHEC) berinisial Nal mengatakan, upah yang diterima buruh kasar asal Tiongkok jauh lebih besar dari buruh kasar asal Indonesia. Mereka bisa menerima upah Rp 200 ribu per hari.

Kini buruh kasar asal Tiongkok itu sebagian besar telah kembali ke negara asalnya, seiring dengan tahap kontruksi yang telah rampung.

“Mereka juga banyak yang mencangkul, kerja bangunan. Sehari mereka bisa dapat Rp 200 ribu kabarnya. Tapi sekarang sudah banyak yang pulang, di tempat saya (CHEC) juga sudah nggak ada lagi, karena kontraknya sudah habis. Saya sendiri juga nggak tahu, buruh kasar saja didatangkan dari Cina (Tiongkok),” ujarnya.

Seorang mantan penerjamah di PLTU Celukan Bawang mengakui jika upah yang didapatkan buruh kasar asal Tiongkok jauh lebih besar dari yang didapatkan dari negaranya.

Ia yang kini membuka toko asesoris di wilayah PLTU mengatakan, upah yang jauh lebih tinggi itulah satu di antara beberapa faktor, yang menjadi alasan buruh Tiongkok bersedia bekerja di Indonesia.

“Mereka dapat Rp 3 juta per bulan di negaranya itu sangat susah. Di luar negaranya mereka bisa dapat lebih banyak, seperti di sini, buruh kasar bisa dapat Rp 200 ribu per hari. Keluarganya juga bangga kalau mereka bisa kerja di luar negaranya,” ujarnya.

Sementara upah yang didapatkan buruh kasar lokal jauh lebih rendah daripada yang didapatkan buruh kasar asal Tiongkok.

Ketua Lembaga Pemberdayaan Masyarakat (LPM) Desa Celukan Bawang, Muhammad Sadli mengatakan, upah yang didapatkan buruh kasar lokal hanya Rp 60 ribu per hari

Menurutnya, upah serendah itu tidak sebanding dengan risiko pekerjaan.

“Kalau dibanding mereka (buruh Tiongkok) jauh berbeda, buruh kasar kita cuma dapat Rp 60 ribu per hari, itu tugasnya mengangkut batu bara yang banyak debunya, cuma pakai masker yang tiga ribuan,” katanya.

Kepala Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Disnakertrans) Buleleng, Ni Made Dwi Priyanti Putri Koriawan mengaku tidak mengetahui besaran upah yang didapatkan TKA asal Tiongkok maupun pekerja lokal di PLTU Celukan Bawang.

Ia mengaku masih belum pernah menanyakan kepada kontraktor yang mempekerjakannya.

“Kami masih belum mengecek sampai sana. Kalau itu ke kontraktor masing-masing yang mempekerjakannya yang lebih tahu," ucapnya singkat. (*)


Ditayangkan sebelumnya dari situs tribunbali
Tuangkan Komentar Anda
Gunakan kode HTML berikut untuk format text: <a><br><strong><b><em><i><blockquote><code><ul><ol><li><del>
CAPTCHA Image
Reload Image
Berita Terkait