Stigma dan Diskriminasi Terhadap ODHA Masih Terjadi

Stigma dan Diskriminasi Terhadap ODHA Masih Terjadi

Dunia telah merancang strategifast-track untuk mengakhiri epidemi aids pada tahun 2030. Strategi itu secara konkrit dituangkan kedalam tiga tujuan besar melalui target three zero.

Three zero itu meliputi tidak ada lagi penularan HIV, tidak ada lagi kematian akibat aids, dan tidak ada lagi stigma serta diskriminasi baik kepada ODHA (Orang Dengan HIV-Aids), populasi kunci maupun kelompok rentan.

Tak dipungkiri dalam penanggulangan HIV, diskriminasi dan stigma masih menjadi tantangan besar. Selain lingkungan, pelayanan kesehatan bahkan media massa dituding kerap melakukan hal tersebut.

Fokal Point Distrik Denpasar Indonesian Aids Coalition (IAC), Afriezhal Hafizt menyebut, stigma dan diskriminasi terhadap ODHA masih terjadi pada penyuguhan pemberitaan media massa.

"Banyak informasi-informasi di media yang tidak mengedukasi seperti HIV-aids atau yang disebabkan oleh kebanyakan komunitas, populasi kunci seperti ODHA, GWL (Gay, Waria, dan Lelaki yang seks dengan lelaki lainnya) dan juga pengguna Napza (narkotika, psikotropika dan zat adiktif) begitu," ungkapnya kepada wartawan disela-sela pertemuan antara komunitas dan perwakilan media lokal, di Denpasar, belum lama ini.

Pihaknya berharap kedepan terjalin sinergitas antara media massa dan komunitas. Kerjasama komprehensif itu disebut upaya meminimalisasi stigma dan diskriminasi dalam pemberitaan media massa.

"Kita kan inginnya ada kerjasama untuk menghilangkan stigma dan diskriminasi, agar teman-teman komunitas dengan poin untuk mengakses layanan HIV lebih mudah. Jadi tidak ada stigma lagi," ujarnya.

"Terkadang pemberitaan, karena dia LGBT (Lesbian, Gay, Biseksual, dan Transgender) ketika datang ke pelayanan, dia tidak membuka status. Dia merasa dengan pemberitaan tersebut membuat yang bersangkutan enggan dan malu membuka statusnya tersebut, atau bahkan ada yang tidak mau menggunakan layanan HIV yang tersedia," imbuhnya.

Selain itu, yang masih menjadi pekerjaan rumah adalah menghilangkan stigma dan diskriminasi yang dilakukan diri sendiri. Kondisi itu disebut lebih sulit ditangani ketimbang stigma atau diskriminasi dari lingkungan sekitar.

Menyiasati fenomena itu, pihaknya akan mengumpulkan seluruh komunitas di Pulau Dewata. Tujuannya untuk memberikan sosialisasi kepada ODHA agar lebih terbuka, khususnya ketika mencari layanan HIV.

"Kita akan melakukan juga pertemuan dengan komunitas, langkah-langkah apa untuk menghilangkan stigma, yang kita mulai menghilangkan hal tersebut dari diri sendiri dulu baru orang lain. Makanya kita mengajak kawan-kawan media agar bisa menghilangkan stigma dan diskriminasi di masyarakat," pungkasnya.

Tuangkan Komentar Anda
Gunakan kode HTML berikut untuk format text: <a><br><strong><b><em><i><blockquote><code><ul><ol><li><del>
CAPTCHA Image
Reload Image
Berita Terkait