Sejarah Kerajaan Bedahulu / Bedulu, Bali (Bagian 3)

Sejarah Kerajaan Bedahulu / Bedulu, Bali (Bagian 3)

Benda Bersejarah Ditemukan di Bedulu


Balai Arkeologi Denpasar berhasil menemukan benda-benda peninggalan sejarah di Banjar Batulumbang, Bedulu, Gianyar, Rabu (23/6) kemarin. Peninggalan sejarah itu ditemukan setelah dilakukan penggalian selama hampir enam jam oleh 16 anggota tim penggali BAD yang dibantu warga sekitar dan tenaga dari Dinas Kebudayan Gianyar. Sekitar Juli 2002, warga setempat yang sedang bergotong royong membuat lapangan bolavoli, tiba-tiba menemukan tulang belulang yang masih utuh dalam bentuk tengkorak manusia. Tetapi oleh warga, tulang itu ditanam kembali di tempat semula.

Beberapa bulan kemudian, baru dilaporkan ke BAD. Menerima laporan, BAD saat itu hanya melakukan peninjauan ke lapangan. Selanjutnya mempersiapkan penggalian. Penggalian tahap I, akan berlangsung selama 10 hari atau hingga 30 Juni mendatang. Setelah itu, akan dilakukan penelitian. Untuk sementara, dari tujuh titik penggalian, tim baru menemukan benda-benda berupa pecahan gerabah (yang terbuat dari keramik, paras), koin (cetakan tembaga), tulang dan lainnya. 
Ada dua kemungkinan dari hasil temuan sementara itu. Pertama, wilayah itu kemungkinan sebelumnya merupakan pusat pemerintahan (kerajaan). Mengingat, berdasakan lontar-lontar dan cerita rakyat, Bedulu merupakan tempat beristananya Raja Bali Kuno terakhir. Namun tidak diketahui di daerah mana pastinya. Ada juga penemuan peninggalan sejarah lainnya berupa peti mayat (sarkofagos) yang ditemukan beberapa tahun silam, skitar 20 meter dari lokasi sekarang.Kemungkinan kedua, lokasi penemuan yang diperkirakan sudah dihuni sejak zaman pra-sejarah itu merupakan pusat kerajinan gerabah yang terbuat dari berbagai macam bahan.Mengingat, kerajinan gerabah itu masih ditekuni warga hingga zaman Hindu klasik saatini. 

Oleh karena itu, dengan penemuan ini, juga sekaligus bisa dipakai untuk menyelaraskan atau menelusuri cerita rakyat tersebut. Apalagi, di sekitar tempat penemuan tersebut dikelilingi oleh peninggalan-peninggalan pendukung lain, seperti Pura Jero Agung yang setiap melaksanakan piodalan memiliki keunikan tersendiri. Di mana, upacaranya menggunakan daging cundang (daging ayam aduan) dan menggunakan penjor damar kerubung (lampu tertutup) sebagaimana layaknya upacara kematian. Sehari sebelum upacara digelar, warga juga melaksanakan prosesi mendak Ratu Jawa. Setelah itu, baru damar kerubung itu dinyalakan dan dikerek ke atas (ujung) penjor.

“Kepercayaan warga di sini (Batulumbang-red), nyala damar kerubung itu bisa juga disaksikan dari Jawa”, ujar Agung Oka yang juga warga Bedulu itu. Terkait pemakaian daging cundang, warga mempercayai bahwa Bedulu (baca Bali) dulu sempat dijajah dan dipecundangi oleh Jawa. Di samping itu, ada beberapa penduduk lain, seperti, relief Yah Pulu, Goa Gajah dan Samuan Tiga yang mengelilingi areal tersebut. Ada juga penemuan peninggalan sejarahlainnya berupa peti mayat (sarkofagos) yang ditemukan beberapa tahu silam, sekitar 20meter dari lokasi penggalian. 

Tengkorak Itu Keluarga Raja Bedahulu?

Tim arkeologi terus melakukan galian di areal ditemukan tengkorak oleh warga Banjar Batulumbang, Bedulu, Blabahtuh. Penggalian hingga sembilam titik kian bertambah jumlah benda prasejarah ditemukan. Selain pernak-pernik, juga ditemukan tembok dari batu bata khas Majapahit. Dugaan sementara di sanalah pusat kerajaan Raja Bedahulu yang selama ini misterius.

Tengkorak itu kemungkinan salah satu bagian kerangka keluarga Raja Bedahulu. Namun perlu dikaji lebih lanjut. Arah penelitian arkeologi kami memang ke pengungkapan misteri letak pusat kerajaan Bedahulu.

Kata Drs. AA Gde Oka Astawa, M.Hum. selaku ketua tim.”Yang bisa disimpulkan sementara, berdasarkan temuan pernak-pernik benda prasejarah seperti gerabah, pecahan stupa, kapak batu, perunggu dan manik-manik, di lokasi itu pernah ada aktivitas manusia prasejarah. Sedangkan pondasi tembok yang lebarnya 1,5meter, diperkirakan bagian dari tembok Puri Raja Bedahulu.Diakui selama ini di wilayah Bedulu banyak ditemukan peninggalan raja Bedahulu. Namun belum ditemukan lokasi pusat kerajaannya. Dikaitkan dengan tradisi yang dianutwarga setempat, baginya, kemungkinan besar lokasi galian itulah pusat kerajaanBedahulu sebelum runtuh lalu dikuasai Majapahit sekitar tahun 1343. Lokasi galian itu sejak leluhur warga Batulumbang dikenal sangat angker. Dewa Beratha, warga setempat lulusan FS Unud jurusan Arkeologi membenarkan. Tak  ada warga berani bicara ngawur di sana. Wanita yang menstruasi menghindari melintas dan jangan coba-coba buang air (kencing/berak). Yang melanggar dipastikan linglung tak tahu jalan pulang,” jelasnya seraya menyebut sejumlah nama warga yang pernah jadi korban. Bukti kuat itu lokasi kerajaan, sebut Oka Astawa, nama Pura Jero Agung bersebelahan dengan lokasi temuan. Sedangkan subak selatan pura itu disebut Subak Delod Jero. Buktilain kekhasan upacara di Pura Jero Agung mendak, Betara Jawa dan menaikkan damar kurung di atas penjor. Konon sinar damar kurung itu bisa dilihat dari Jawa. Sedangkan bagian akhir upacara menghaturkan daging ayam jantan yang kalah diadu.

“Itu simbolis dari runtuhnya Bedahulu oleh Majapahit”, ucapnya. Soal dana operasional penggalian, diakui sangat minim. Pihaknya telah bersurat ke Pemkab* Gianyar. (029)

Lokasi Wisata: Tenganan Pengringsingan

Sejarah: Tenganan merupakan salah satu dari beberapa desa kuno di Bali, yang biasanya disebut "Bali Aga". Ada beberapa versi tentang sejarah tentang desa Tenganan. Ada yang mengatakan kata Tenganan berasal dari kata "tengah" atau "ngatengahang" yang berarti" bergerak ke daerah yang lebih dalam". Penurunan kata ini berhubungan dengan pergerakan orang-orang desa dari daerah pinggir pantai ke daerah pemukiman, dimana posisi desa ini adalah di tengah-tengah perbukitan, yakni Bukit Barat (Bukit Kauh) dan Bukit Timur (Bukit Kangin). Versi lain mengatakan bahwa orang-orang Tenganan berasal dari Desa Peneges, Gianyar, tepatnya Bedahulu. Suatu kali, raja Dalem Bedahulu kehilangan salah satu kuda kesayangannya. Di manakah kuda itu meringkik? Raja berniat hati agar kuda itu ditemukan. Maka diperintahlah orang-orang Bedahulu untuk mencarinya ke timur Bali di bawah pimpinan Ki Patih Tunjung Biru. Di tanah inilah pada akhirnya kuda itu ditemukan dalam keadaan tidak  bernyawa oleh Ki Patih. Atas loyalitasnya, sang raja memeberikan wewenang kepada Ki Patih Tunjung Biru untuk mengatur daerah itu selama aroma dari Icarrion kuda tercium. Ki Patih seorang yang pintar, is memotong carrion menjadi potongan-potongan dan menyebarkannya sejauh yang dia bisa lakukan. Dengan demikian dia mendapatkan daerah yang cukup luas. Kata Pegeringsingan diambil dari kata "geringsing". Geringsing adalah produk tenun tradisional yang hanya dapat ditemukan di Tenganan. Gerinsing dianggap sakral yakni menjauhkan kekuatan magis jahat atau black magic. 

Geringsing diturunkan dari kata "gering" yang berarti sakit dan "sing" yang berarti tidak. 

Lokasi: Tenganan Pegeringsingan terletak di Kecamatan Manggis, sekitar 65 km dari Denpasar (Bandar Udara Internasional Bali), dekat dengan Candidasa dan dapat dijangkau dengan mudah oleh kendaraan umum atau pribadi.

Fasilitas: Wisatawan akan merasa nyaman mengunjungi daerah ini karena banyak fasilitas yang tersedia misalnya: warung, kamar mandi yang bagus, toko barang-barang seni, dan area parkir yang luas. Jika Anda ingin makan di restoran atau bermalam di daerah ini, Anda bisa datang ke Candidasa, sekitar 3 km dari desa ini. Dalam Kerajaan Bali Kuno, ditanah inilah Ki Patih Tunjung Biru memperoleh kuasa sebagai menteri kerajaan.

Tenganan pun menjadi tempat kekuasaan Ki Patih Tunjung Biru hingga masa ekspedisi Gajah Mada ke Bali. Dimanakah Ki Tunjung Biru membakar semangat laskar  perang Bali Aga ketika Gajah Mada menyerang Bali? Di sini di tengah-tengah bukit Tenganan kupercayai Ki Tunjung Biru gugur sebagai ksatria sejati melawan serangan pasukan Majapahit dari pintu gerbang timur Pulau Bali. Jika aku Tenganan, kudapati pandan-pandan itu tengah berduri. Meruncing pada tepi-tepi daunnya yang menyirip hijau. Siapakah yang menjadikan pandan-pandan itu tumbuh menyuburi Pageringsingan? Kupercayai ini sudah menjadi titah Dewa Indra sebagai dewa tertinggi dalam dunia peperangan. Di tanah Tenganan Dewa Indra selalu dihormati dengan ritual Perang Geret Pandan. Warga percaya bahwa mereka adalah keturunan ksatria perang dari tanah suci India. Setajam apakah duri-duri itu akan menggeret kulit tubuhmu? Setajam hatimu untuk selalu menjaga tradisi perang yang penuh dengan kedamaian itu. Nah, duri-duri itu telah lama menunggumu untuk beryuda di atas arena perang tradisional. Juga tameng ata (sejenis tumbuhan pakis yang merambat) itu, bukankah telah lama merindukannya? Perisai yang akan melindungimu nanti dari geretan duri pandan lawan. Sudah siapkah dirimu bersetubuh dengan duri-duri itu? Pada sasih kelima tepat di Hari Raya Sambah perang pandan kembali berkobar. Arena yang selalu jadi riuh itu telah menanti laki-laki pemberani sebagai laskar ksatria perang.

Di arena perang itulah, pemuda-pemuda Tenganan akan membuktikan bahwa raga dan jiwa mereka betul-betul kuat mempertahankan tradisi yang telah berurat-akar. Tajamnya duri pandan Tenganan tak lalu membuatnya jadi takut jika menghujani punggungnya yang menegak matahari. Sakitkah ketika duri-duri itu menggeret kulit punggungnya? Gepokan daun pandan berduri itu akan menjadi saksi bahwa tubuhmu betul-betul kuatmenahan sakit dan perih sesaat. Jikapun punggungnya itu nanti berdarah tak lalu membuatnya meringis kesakitan. 

Mereka kini tahu, keteguhan hatinya betul-betul diuji di laga perang. Semangat akan makin menyala untuk menggores punggung lawan ketika tahu bajang-bajang dari celah jendela di atas rumah panggung itu memberinya sorak dalam senyum yang menggoda. Siapakah yang akan mencabuti duri-duri itu pada punggungnya yang memerah? Ketika duri-duri itu dicabuti satu per satu, tarian perang pun telah usai. Perang pandan selalu berakhir dengan damai. Bagiku tak ada yang menang tak ada yang kalah. Kemenangan sejati akan ada ketika tradisi itu tetap terjaga sepanjang pandan-pandan itu terus berbunga dan berduri ditanah Bali Aga Tengan.(selesai)

Sebelumnya...

 

 

sumber: sarubaligh

Tuangkan Komentar Anda
Gunakan kode HTML berikut untuk format text: <a><br><strong><b><em><i><blockquote><code><ul><ol><li><del>
CAPTCHA Image
Reload Image
Berita Terkait