Riset dan Pengembangan Kebun Raya Masih Minim

Riset dan Pengembangan Kebun Raya Masih Minim

Presiden kelima Republik Indonesia selaku Ketua Umum Yayasan Kebun Raya Indonesia Megawati Soekarnoputri menilai anggaran yang dikelola pemerintah untuk kepentingan riset dan pengembangan kebun raya masih minim. Karena itulah, dia berharap kepada Presiden Joko Widodo (Jokowi) agar ke depannya memberikan perhatian terhadap kondisi kebun raya dan riset atas pepohonan serta tumbuhan yang sejauh ini masih kurang mendapatkan perhatian serius dan prioritas dalam politik anggaran. Dan kepada pemerintah khususnya Menteri Riset dan Teknologi dan Perguruan Tinggi (Menristekdikti memperjuangkan peningkatan anggaran untuk melakukan riset, khususnya terhadap tumbuhan endemie yang menjadi kekayaan alam Indonesia.

"Dalam APBN kita untuk research itu perjuangan luar biasa, sampai sekarang belum pernah sampai 1 persen dari pengelolaan APBN. Saya sangat berharap, bilang pada Menristek atau pemerintahan yang ada, paling tidak kalau bisa dapat 2,5 persen. Makanya tolong media bantu," kata Megawati Soekarnoputri saat mendampingi 25 Duta Besar (Dubes) Negara sahabat saat berkunjung ke Istana Tampak Siring, Kabupaten Gianyar, Bali, Minggu (7/8/2016).

Para Dubes yang ikut ambil bagian dalam acara tersebut antara lain dari Rusia, Turki, Vietnam, Filipina, Serbia, Peru, Zimbawe, singapura, dan Srilannka. Kalau anggaran untuk riset tidak mendukung, kata Megawati, dikhawatirkan ke depannya semakin banyak tanaman dan pepohonan asli Indonesia yang dipatenkan oleh negara lain yang sudah melakukan riset atas manfaatnya.

"Katakan seperti kunyit. Kunyit diam-diam diambil oleh luar karena sangat bermanfaat sekali. Hal-hal seperti itu (riset atas pemanfaatan tumbuhan milik Indonesia) perlu dilestarikan. Jangan sampai kita cari sesuatu bukan ada di Indonesia, tapi sudah di luar," ungkapnya saat  Soekarnoputri mendampingi para Dubes keliling Istana Tampaksiring, Gianyar, untuk memperkenalkan kekayaan alam dan budaya Indonesia, khususnya Bali.

Megawati kemudian menceritakan apa yang diamati dalam perjalanannya dari Denpasar menuju Istana Tampaksiring yang perbedaannya sudah cukup jauh jika melihat lingkungan dan pepohonan serta ciri khas daerahnya. Perubahan yang sangat kelihatan adalah, sekarang ini sudah sangat sulit mendapatkan bukit yang ada alang-alangnya.

"Saya tanya, ternyata dilakukan penghijauan, tapi tidak melihat sebaiknya apa yang harus ditanam untuk penghijauan itu. Sebagai contoh, kayu sengon sekarang sangat laku untuk jadi bahan-bahan kerajinan atau mebel. Itu ditanam di bukit yang ada alang-alangnya. Ternyata daya serap sengon sangat rakus, mematikan alang-alang itu. Padahal bentuk rumah tradisional Bali, kalau kita lihat dari foto-foto lama, temboknya diberi tanah yang di atasnya diberi alang-alang, dan atap Bali kan alang-alang. Itu yang saya lihat sayang sekali tidak dilestarikan," ungkap Presiden Indonesia ke-5 ini.


Ditayangkan sebelumnya dari situs redaksi
Tuangkan Komentar Anda
Gunakan kode HTML berikut untuk format text: <a><br><strong><b><em><i><blockquote><code><ul><ol><li><del>
CAPTCHA Image
Reload Image
Berita Terkait