Pemerintah Target 22 Persen Penggunaan Energi Fosil Terkonversi

Pemerintah Target 22 Persen Penggunaan Energi Fosil Terkonversi

Kabardewata - Tak dipungkiri, sampai saat ini masyarakat Dunia, termasuk di Indonesia sangat bergantung pada penggunaan energi fosil dan minyak bumi. Padahal, energi fosil adalah salah satu Sumber Daya Alam (SDA) yang tidak bisa diperbaharui. Berbagai langkah dan upaya pun dilakukan, untuk menyiasati kondisi yang terjadi. Pemerintah Indonesia contohnya, yang mulai mengeksplorasi Energi Baru Terbarukan dan Energi Ramah Lingkungan, untuk mengkonversi energi fosil tersebut. Gas menjadi salah satu alternatif yang dipilih pemerintah, dalam hal ini Kementrian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), untuk mengurangi ketergantungan masyarakat terhadap energi fosil dan minyak bumi.

Direktur Jenderal Minyak dan Gas pada Kementrian ESDM, I Gusti Ngurah Wiratmaja Puja kepada wartawan disela-sela Bali Clean Energy Forum 2016 kepada wartawan, di Bali Nusa Dua Convention Centre, mengatakan, pemerintah telah menargetkan tahun 2019, setidaknya 22 persen ketergantungan akan energi fosil atau minyak bumi dapat dikurangi. 

"Jadi 2 sampai 3 tahun kita targetkan akan ada koversi ke gas. Cukup lama waktunya. Kita proyeksikan, 22 persen ketergantungan terhadap minyak bumi, akan dapat digantikan," ungkapnya. 

Berbicara harga, Wiratmaja Puja mengaku, tarif gas akan lebih murah dibandingkan menggunakan Bahan Bakar Minyak (BBM). Bila dengan gas, tarif akan mengikuti harga pasar, yang jauh lebih ringan.

"Mungkin harga dengan gas, hanya 60 sampai 70 persen dari harga BBM. Tergantung ya. Kalau dari ladang gas Tangguh, Papua Barat lebih tinggi, tapi dari ladang gas bontang lebih murah," ujarnya. 

Khusus di Bali, Kementrian ESDM, menurut Wiratmaja Puja akan dimulai dahulu di Pembangkit Listrik di Pesanggaran, Denpasar, pada Bulan Maret 2016. Konversi akan dilakukan menggunakan gas, untuk keperluan listrik 200 Megawatt. Tidak hanya di Pesanggaran, pihaknya kini juga tengah mengerjakan instalasi pipa gas di Pembangkit Listrik Pemaron, Buleleng, yang menggunakan dana dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN).

"Untuk di pemaron, gas-gas ini akan dikembangkan untuk energi bersih di Singaraja, jadi masyarakat tidak perlu lagi nenteng-nenteng tabung gas. Pesanggaran juga akan mengalirkan gas-gas untuk kepentingan hotel-hotel di Kuta, Nusa Dua dan Sanur. Ketiga lokasi ini akan kita mulai kembangkan untuk proyek percontohan di Bali dengan daya 6 MM CFD," katanya. 

Selain itu, Wiratmaja Puja mengatakan, Kementrian juga berencana membangun Stasiun Pengisian Bahan bakar Gas (SPBG), untuk keperluan transportasi. Kendaran wisata, kedepan diharapkan menggunakan Bahan Bakar Gas, untuk mengurangi ketergantungan terhadap Bahan Bakar Minyak (BBM) dan mengimplementasikan semangat Indonesia dalam mengoptimalkan penggunaan energi ramah lingkungan. 

"Tahun depan SPBG-SPBG itu akan kita bangun untuk kendaraan pariwisata. Tapi kita awali dulu dengan optimalisasi Pembangkit Listrik Tenaga Gas (PLTG) di Pesanggaran, dan pembangunan PLTG di Pemaron, Buleleng," ucapnya. 

Wiratmaja Puja mengaku, tidak perlu ada kekhawatiran akan terjadi ledakan bila ada kebocoran pipa gas. Alasannya, sambungan pipa gas berbeda dengan elpiji, yang dapat berakibat fatal bila terjadi kebocoran dan terkena percikan api. 

"Kalau elpiji tekanannya 5 sampai 7 bar, jadi 5 kali tekanan atmosfer, begitu bocor, dia nyebar kemana-mana. Kalau jaringan gas yang pakai pipa kecil-kecil kerumah ini, tekanannya hanya 1,02 atmosfer, jadi hampir sama dengan tekanan udara bisa. Jadi jika bocor, dia tidak akan nyebar dengan cepat. Gas yang mengalir adalah gas alam, gas metana. Gas metana ini jauh lebih ringan dari udara, jadi begitu bocor dia akan menguap, hilang. Sedangkan kalau elpiji, itu gasnya butana dan propane, sejenis gas berat, jadi kalau bocor, dia akan ngendap dibawah," jelas Dirjen Minyak dan Gas, KESDM, I Gusti Ngurah Wiratmaja Puja.


Ditayangkan sebelumnya dari situs redaksi
Tuangkan Komentar Anda
Gunakan kode HTML berikut untuk format text: <a><br><strong><b><em><i><blockquote><code><ul><ol><li><del>
CAPTCHA Image
Reload Image
Berita Terkait