Pemerintah Diminta Serius Pebaiki Pertanian

Pemerintah Diminta Serius Pebaiki Pertanian

Keberlangsungan pertanian di Bali selalu menjadi pembahasan yang menarik tapi tak berujung solusi. Dalam diskusi yang bertemakan Ketahanan Pangan dan regenerasi Provinsi Bali, yang menjadi momok jatuhnya pertanian tidak hanya alih fungsi lain, tetapi sumber daya manusia. Diskusi yang diselenggarakan oleh Organisasi Dewan Pimpinan Cabang Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI) Denpasar di Yayasan Panti Marhaenis baru-baru ini.

I Wayan Supartha, Guru Besar Fakultas Pertanian Universitas Udayana (Unud) mengatakan, sedikitnya pemuda yang mau menjadi petani dan pengusaha tani. Baginya, pemuda Bali tidak memiliki rasa memiliki tanah air lagi dan Nasionalisme. Selain itu, benteng terbesar menghambat kemajuan pertanian di Bali karena pertanian bentrok dengan pariwisata.

“ Petani harus memiliki intelektualitas, realitas, kreativitas, produktivitas, kualitas, Intensifitas. Kita semua harus bisa meregenerasi petani dan meningkatkan kapasitas buildingnya, “ ungkapnya.

Menariknya, Alit Susanta Wirya, Dosen Fakultas Pertanian Unud mengatakan, pembahasan pertanian hanya eksis saat pemilu. Dia menjelaskan, saat pemilu semua orang berlomba-lomba membuat kelompok tani untuk merebut bantuan sosial (bansos).

Sleain itu, dalam diskusi tersebut terdapat masukan agar produk pertanian impor yang masuk ke Indonesia harus harganya mahal, agar masyarakt lokal lebih memilih produk dalam negeri. Sebab, dalam diskusi yang berlangsung 180 menit, mengatakan ketahanan pangan ujung tombak di pertanian.

Ketua Bidang Produksi, Dinas Pertanian dan Tanaman Pangan Provinsi Bali mengatakn, di Bali tidak hanya butuh petani saja tapi membutuhkan petani yang bisa ilmu teknologi. Maksudnya, agar petani dapat bersaing dengan petani di luar negeri. Selain itu dilematis, pemerintah masih mengimpor beras karena lahan pertanian tidak sebanding dengan jumlah penduduk Indonesia.

“ Kami butuh sedikit petani, tapi yang berkompeten. Pertanian butus terobosan baru dan inovasi baru,” tandasnya.

Ketua Panitia, I Kadek Aryani mengatakan diskusi ini diselenggarakan atas sadar  pemuda terhadap kondisi pertanian di Bali.  Menurutnya, pangan adalan hidup matinya masyarakat suatu bangsa. Dia menambahkan, bangsa yang merdeka adalah bangsa yang rakyatnya tidak kelaparan.

Ketua Bidang Kaderisasi GMNI Denpasar, I Putu Sindhu Andreditha, menjelaskan dalam diskusi tersebut, sudah saatnya pertanian Bali bangkit dari pemikiran cerdas generasi muda. Pertanian dan petani jangan lagi menjadi “jualan politik” yang laris manis saat jelang pemilu. Dia berharap pemuda dan khususnya mahasiswa pertania lebih serius lagi membangun pertanian di Bali.

“ Tergerusnya pertanian di Bali karena pemerintah tidak serius menggarap pertanian. Hingga kami sebagai pemuda Bali harus ikut memikirkan masa depan Pertanian di Bali, “ ungkap mahasiswi semester 3 Fakultas Pertanian Unud ini.

Selain itu, Diskusi tersebut juga hadir Ketua Pengurus Alumni GMNI Bali, Dewa Wiarsa Raka Sandhi. Wiarsa yang terkenal sebagai Ketua Komisi Pemilihan Umum Provinsi Bali ini, juga konsen menyikapi permasalahan pertanian. Sebab, dia juga anak dari seorang petani.


Ditayangkan sebelumnya dari situs redaksi
Tuangkan Komentar Anda
Gunakan kode HTML berikut untuk format text: <a><br><strong><b><em><i><blockquote><code><ul><ol><li><del>
CAPTCHA Image
Reload Image
Berita Terkait