‎Netralisir Pasca Kasus Engeline, Desa Kesiman Gelar Parisuda Bumi

‎Netralisir  Pasca Kasus Engeline, Desa Kesiman Gelar Parisuda Bumi

Wakil Gubernur Bali Ketut Sudikerta menghadiri Upacara Parisuda Bumi Wraspati Kalpa/Pengresi Gana Gumi Kebonkuri Desa Pakraman Kesiman bertepatan dengan Rahine Redite Pujut, Minggu (9/8). Upacara ini digelar berkaitan dengan kasus pembunuhan Engeline yang terjadi di wilayah tersebut.

Wagub yang hadir memberi upasaksi menyambut positif inisiatif prajuru Gumi Kebonkuri melaksanakan pecaruan ini. Menurutnya, upacara ini merupakan langkah niskala untuk menetralisir keletehan yang diakibatkan peristiwa pembuhuhan dan penguburan mayat tidak pada tempatnya. Terlebih, tambah Sudikerta, kejadian pembunuhan juga pernah terjadi sebelum kasus Engeline di wilayah ini. 

"Selain langkah sekala yang dilakukan melalui proses hukum, upaya niskala juga tetap harus dilaksanakan," ucapnya. Karena menurut dia, masyarakat Bali yang mayoritas beragama Hindu meyakini ada faktor lain yang memicu tindakan di luar nalar tersebut. Wagub berharap, tawur yang digelar dapat memberi vibrasi positif agar Gumi Kebonkuri kembali bersih dari kekotoran niskala. Dengan demikian, peristiwa serupa tak akan terulang di kemudian hari. 

Selain upaya niskala, dia juga kembali mengingatkan krama untuk meningkatkan kepekaan terhadap apa yang terjadi di lingkungannya. Hal ini penting untuk mencegah terjadinya tindakan kekerasan yang berujung kematian, khususnya pada anak-anak.

Dalam kesempatan itu, Wagub Sudikerta juga berharap agar pelaksanaan yadnya mampu meningkatkan hubungan pasemetonan di antara krama. Selain memberi upasaksi, Wagub juga menyerahkan punia guna mendukung kelancaran karya. 

Sementara itu, Kelian Gumi Kebonkuri Wayan Wiranatha menyampaikan terima kasih atas kehadiran Wagub Ketut Sudikerta. Dijelaskannya, tawur ini dilaksanakan terkait sejumlah peristiwa merenggut nyawa manusia yang terjadi di wilayah Kebonkuri. Selain kasus Engeline yang menyita perhatian masyarakat luas, di wilayah ini juga pernah terjadi tindakan pembunuhan, penguburan janin tak pada tempatnya dan kecelakaan lalu lintas beruntun. 

Dia berharap, tawur yang dilaksanakan mampu menetralisir aura negatif dan membersihkan Gumi Kebonkuri dari kekotoran niskala. Tawur yang dipusatkan di Pertigaan Gumi Kebonkuri ini merupakan tahap kedua setelah sebelumnya sempat digelar tawur dengan tingkatan lebih kecil (Panca Sata). Tawur Parisuda Bumi kali ini menggunakan sarana anjing belang bungkem, ayam warna lima, bebek gelang kalung dengan banten bebangkit.

Tawur diikuti krama dari empat banjar di wilayah Gumi Kebonkuri yaitu Kebonkuri Lukluk, Tengah, Kelod dan Kebonkuri Mangku. Prosesi dipuput dua sulinggih yaitu Ida Pedanda Putra Bajing dari Griya Tegal Jingga Lebah dan Ida Pedanda Buda dari Griya Taman Sukawati Gianyar. Selain tawur yang dipusatkan di pertigaan Gumi Kebonkuri, di bekas kediaman Engeline Jalan Sedap Malam Nomor 26 juga digelar Upacara Pamentas Kalangan. 

Upacara bertujuan menetralisir aura negatif pasca pembunuhan dan penguburan mayat tak pada tempatnya agar pekarangan tak menjadi angker. 


Ditayangkan sebelumnya dari situs Redaksi
Tuangkan Komentar Anda
Gunakan kode HTML berikut untuk format text: <a><br><strong><b><em><i><blockquote><code><ul><ol><li><del>
CAPTCHA Image
Reload Image
Berita Terkait